Fenomena Jouhatsu, Hilangnya Orang Jepang dari Kehidupannya
Bukan lagi menghilang untuk healing, tapi orang Jepang lakukan Jouhatsu untuk menghilang selamanya
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ketika dilanda masalah yang dirasa tak ada habisnya dalam hidup, beberapa orang akan mulai memasuki fase stress hingga depresi yang serius.
Bahkan yang paling parah, ketika permasalahan tersebut sudah tidak menemukan titik akhir, sering kali mereka memilih untuk mengakhiri hidup atau bunuh diri.
Salah satunya seperti yang terjadi di Jepang, dimana negara dengan julukan negeri Sakura tersebut punya angka kematian yang terus meningkat tiap tahunnya akibat bunuh diri. Dikutip dari Antara, kematian ini didominasi oleh laki-laki berusia 40-an hingga 60-an, warga pensiunan dan pengangguran.
Di sisi lain, di Jepang kini juga dikenal dengan adanya fenomena Jouhatsu atau 'orang-orang yang menguap'. Alih-alih bunuh diri, para pelaku Jouhatsu ini lebih memilih cara tersebut untuk menghilangkan diri dari dunianya.
Lantas, apa dan bagaimana fenomena tersebut bisa terjadi?
Berikut telah Popmama.com rangkumkan seputar Jouhatsu di Jepang. Simak sampai tuntas ya!
1. Apa itu jouhatsu?
Jouhatsu merupakan istilah yang digunakan di Jepang, yang ditujukan kepada orang-orang yang menghilang tanpa jejak atau yang sengaja menghilang dari kehidupan yang mereka jalani saat ini.
Selain itu, istilah jouhatsu bisa dipahami sebagai tindakan memutuskan hubungan dengan keluarga, teman, dan rekan kerja untuk memulai hidup baru di tempat lain dengan identitas yang baru.
Walaupun tidak ada data resmi dari pemerintah, fenomena sosial ini diperkirakan telah memakan puluhan ribu orang setiap tahunnya, yang dilaporkan hilang.
2. Penyebab umum terjadinya jouhatsu
Sama halnya dengan penyebab umum terjadinya kasus bunuh diri di sana, alasan mengapa terjadinya jouhatsu lantaran para pelaku ingin meninggalkan kehidupan lamanya. Namun, maraknya jouhatsu di Jepang sering dikaitkan dengan faktor sosial, budaya, dan ekonomi.
Adapun salah satu alasan yang umum dari fenomena ini lantaran kesulitan keuangan, sebab biaya hidup dan tekanan ekonomi di sana yang terbilang cukup tinggi.
3. Faktor budaya dan sosial yang dijunjung tinggi masyarakat Jepang
Seperti yang kita tahu, Jepang memang salah satu negara yang memiliki budaya malu dan hormat yang sangat tinggi. Maka tak heran jika jouhatsu kian marak lantaran faktor budaya dan sosial tersebut.
Ketika pelaku jouhatsu melakukan suatu kesalahan atau tidak memenuhi harapan keluarga atau masyarakat, maka tak menutup kemungkinan mereka akan merasa bersalah dan telah mengecewakan.
Alih-alih mengakhiri hidupnya, individu-individu tersebut akhirnya memutuskan untuk menempuh jalan jouhatsu alias menghilangkan dirinya dan memulai hidup dengan indentitas baru. Bahkan tak jarang pula ada yang rela melakukan operasi plastik agar mereka tak lagi dikenali oleh orang-orang di masa lalunya.
4. Muncul akibat masalah ekonomi dan lilitan hutang
Masih dikutip dari Medium, adanya stigma kebangkrutan di Jepang, yang dapat mempersulit individu untuk mencari bantuan atau dukungan saat mereka menghadapi kesulitan menjadi alasan mengapa jouhatsu ditempuh.
Tak kuat menghadapi beban ekonomi, hutang, dan keuangan, beberapa orang pun akhirnya memilih untuk menempuh jalan jouhatsu.
Akan tetapi dalam hal ini, jouhatsu sendiri sebenarnya dapat memberikan dampak yang signifikan bagi anggota keluarga dan kreditur yang ditinggalkan.
5. Beban kerja dan persaingan dalam pekerjaan
Jouhatsu sering dipilih sebagai alternatif menghilangkan diri lantaran budaya kerja Jepang yang dikenal menuntut dan penuh tekanan.
Dengan tingginya tuntutan pekerjaan ini lah yang akhirnya menyebabkan kelelahan, masalah kesehatan mental, dan masalah lainnya bagi para individu.
Ketika para individu tersebut tertekan dengan beban mereka dan pada akhirnya merasa tidak punya pilihan selain menghilang, maka jalan jouhatsu merupakan jalan terbaik baginya untuk menghindari tekanan pekerjaan. Bahkan mencari pekerjaan yang baru dengan identitas baru mereka.
6. Ada perusahaan yang menyediakan layanan jouhatsu
Di sisi lain, tindakan jouhatsu ini terbilang tidak ilegal dan tidak pula dilarang nih, Ma.
Jepang sendiri pun tidak melarang individu memiliki hak untuk bergerak bebas dan mengubah identitas mereka, selama para pelaku jouhatsu tidak terlibat dalam tindak kriminal ataupun penipuan.
Bahkan dalam praktiknya, ada perusahaan yang khusus menanngani hal ini. Orang yang tertarik dengan jouhatsu cukup mendaftar dan membayar, selebihnya perusahaan ini lah yang akan mengurus identitas baru mereka. Mulai dari nama baru, pekerjaan, tempat tinggal, hingga pendidikan.
Itulah kira-kira informasi seputar fenomena menghilangnya orang-orang Jepang bak uap alias Jouhatsu. Dari kasus ini penting untuk disadari dan diambil sebagai pelajaran ya Ma, walaupun jouhatsu nampak seperti sebuah solusi untuk lari dari masalah, akan lebih baik lagi jika kita mencari solusi lewat dukungan keluarga dan orang-orang yang kita sayang. Semoga bermanfaat!
Baca juga:
- Hindari Depresi di Kantor dengan Empat Langkah Mudah Ini
- Mengenal Depresi Melankolis serta 18 Gejala yang Perlu Diwaspadai!
- 12 Cara Meningkatkan Hormon Kebahagiaan untuk Mental yang Sehat