TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Males Gerak Alias Mager? Hati-Hati Terjebak Sedentary Lifestyle!

Gaya hidup malas-malasan ini bahkan bisa meningkatkan risiko kematian!

Pexels/cottonbro

Siapa di sini yang lebih memilih kegiatan yang minim gerak? Apakah Mama salah satunya yang memilih hal tersebut? Jika, iya, mulai sekarang harus lebih waspada nih, Ma. 

Berkaitan dengan hal itu, mungkin kita sering mendengar ya, beberapa orang berkata "mager" alias malas gerak.

Tak jarang juga, orang-orang yang mageran ini bisa betah hanya dengan seharian duduk atau berbaring di rumah tanpa melakukan kegiatan dengan aktivitas fisik yang berat. 

Walau kelihatannya tidak membuat tubuh menjadi lelah, malas gerak ini bisa dikategorikan ke ke dalam gaya hidup yang tidak sehat! Kok bisa ya, Ma? 

Sebab nyatanya, mageran ini masuk ke dalam kategori sedentary lifestyle, yakni gaya hidup yang kebanyakan dihabiskan dengan duduk dan berbaring saja.

Adapun gaya hidup ini dapat memiliki dampak serius pada kesehatan fisik dan mental lho, Ma. 

Dikutip dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa dampak negatif dari sedentary lifestyle yang telah Popmama.com rangkum. Simak sampai tuntas ya, Ma!

1. Obesitas dan kenaikan berat badan

Unsplash/Ehimetalor

Kurangnya aktivitas fisik akibat gaya hidup mageran dapat menyebabkan pembakaran kalori yang minim. Tetunya hal ini yang dapat menyebabkan penumpukan lemak dan peningkatan berat badan, bahkan obesitas. 

Karena seperti yang kita tahu, obesitas sendiri adalah faktor risiko utama untuk banyak penyakit serius lainnya, mulai dari jantung, diabetes, hingga hipertensi. 

2. Risiko penyakit kardiovaskular

Pexels/Pavel onerror="this.src='https://hikaru.popmama.com/images/image-not-found.png';

Selain meningkatkan risiko obesitas, sedentary lifestyle juga meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, yakni penyakit yang disebabkan adanya gangguan pada jantung dan pembuluh darah. 

Adapun contoh yang ditimbulkan dari penyakit ini yang umum terjadi seperti stroke, tekanan darah tinggi, dan penyakit arteri koroner. 

Nah selain meningkatkan penyakit kardiovaskular, kurangnya aktivitas fisik lantaran gaya hidup mageran ini juga dapat mengakibatkan penumpukan plak dalam pembuluh darah! Gimana, bahaya banget, bukan? 

3. Resistensi insulin dan diabetes tipe 2

Freepik/xb100 onerror="this.src='https://hikaru.popmama.com/images/image-not-found.png';

Risiko selanjutnya akibat kebiasaan duduk dan berbaring yang berlebihan nyatanya juga dapat meningkatkan risiko resistensi insulin dan diabetes tipe 2. Mengapa? 

Hal ini lantaran gaya hidup sedentari yang minim gerak pada akhirnya membuat tubuh kurang responsif terhadap insulin yang mengontrol gula darah. 

4. Masalah tulang dan otot

Freepik.com/Tirachard

Karena minimnya gerakan yang dihasilkan tubuh lantaran seharian duduk dan berbaring saja, tentu hal ini dapat mengakibatkan penurunan kekuatan otot, kepadatan tulang yang rendah, hingga risiko cedera. 

Bahkan Mama juga patut waspada nih, sebab gaya hidup yang minim gerak ini akan membuat otot melemah, sehingga nantinya akan menyebabkan masalah postur dan nyeri punggung di masa yang akan datang. 

5. Penyakit pernapasan

thehealthsite.com ilustrasi sesak napas

Gaya hidup sedentary nyatanya bukan hanya menyerang jantung, otot, dan tulang saja lho, Ma. Kebiasaan duduk yang berlebihan juga dapat menyebabkan berbagai penyakit pernapasan. 

Beberapa risiko yang timbul akibat gaya hidup mageran ini adalah penurunan kapasitas paru-paru yang berisiko terkena penyakit pernapasan, seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

6. Gangguan kesehatan mental

Freepik/Jcomp

Jika sebelumnya kita hanya membahas pada dampak fisik, sedentary lifestyle nyatanya juga dapat menyerang mental lho, Ma. 

Dikutip dari IDN Times, sedentary lifestyle dapat berdampak negatif pada kesehatan mental lantaran gaya hidup ini membuat seseorang malas berinteraski dengan dunia luar. 

Biasanya bagi seseorang yang sudah kecanduan rebahan mereka hanya berfokus pada gadget saja. Maka tak menutup kemungkinan jika gaya hidup ini dapat meningkatkan risiko depresi, kecemasan, dan stres. 

Maka dari itu, aktivitas fisik dan berinteraksi secara langsung dengan lingkungan lah yang dapat membantu mengurangi gejala dan risiko gangguan mental, akibat gaya hidup sedentary. 

7. Risiko kematian dini

Pexels

Terakhir, gaya hidup sedentari juga dapat meningkatkan risiko kematian dini lho, Ma! Dikutip dari laman WHO, kurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu faktor risiko utama kematian akibat penyakit tidak menular. 
Penelitian menunjukkan bahwa orang yang kurang aktif memiliki peningkatan risiko kematian sebesar 20% hingga 30% dibandingkan dengan orang yang cukup aktif.

Bahkan, WHO saja dalam laman resminya mengungkapkan jika orang dewasa harus membatasi jumlah waktu yang dihabiskan untuk duduk diam. Ada baiknya mengganti waktu duduk santai dengan aktivitas fisik dengan intensitas apa pun (termasuk intensitas ringan) yang  memberikan manfaat kesehatan. 

Maka dapat dipahami jika dampak dari gaya hidup sedentari dapat mencakup peningkatan risiko untuk sejumlah kondisi kesehatan, seperti obesitas, diabetes tipe 2, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, osteoporosis, depresi, hingga risiko kematian dini. 

Oleh dari itu, penting untuk mengimbangi gaya hidup sedentari dengan melakukan aktivitas fisik secara teratur, seperti berjalan-jalan, berlari, bersepeda, atau melakukan latihan fisik lainnya untuk memelihara kesehatan fisik dan mental. Semoga bermanfaat!

Baca juga: 

The Latest