5 Alasan Mengapa Perempuan Rentan Mengalami Kekerasan
Ada banyak faktor yang memengaruhi dari budaya patriarki hingga psikologis
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Menurut Catatan Tahunan (CATAHU) Komnas Perempuan diluncurkan pada 8 Maret 2024 lalu, sekaligus memperingati Hari Perempuan Internasional terjadi peningkatan tipis dalam jumlah pengaduan kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan ke Komnas Perempuan.
Total pengaduan mencapai 4.374 kasus, meningkat sebanyak 3 kasus dari tahun sebelumnya yang mencatat 4.371 kasus.
Data Komnas Perempuan menunjukan bahwa kekerasan psikis mendominasi dengan jumlah sebesar 3.498 atau 41,55%, diikuti dengan kekerasan fisik sebesar 2.081atau 24,71%, kekerasan seksual sebesar 2.078 atau 24,69%, dan kekerasan ekonomi sebesar 762 atau 9,05%.
Tindak kekerasan bisa dialami oleh siapa saja. Namun, di Indonesia korban lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki. Mengapa perempuan lebih banyak mendapatkan kekerasan? Ada beberapa faktor penentu lho.
Berikut Popmama.com rangkum deretan alasan mengapa perempuan rentan mengalami kekerasan!
1. Budaya patriarki yang tinggi
Budaya patriarki menjadi faktor utama yang membuat perempuan rentan terhadap kekerasan. Sistem ini menempatkan laki-laki sebagai pihak dominan secara sosial dan ekonomi, sementara perempuan dianggap lebih rendah.
Dalam banyak kasus, kekerasan oleh laki-laki dilihat sebagai bentuk kontrol terhadap perempuan. Di Indonesia, budaya patriarki masih sangat kuat, terutama dalam rumah tangga.
Perempuan sejak kecil lebih banyak diajarkan untuk tunduk kepada suami, sehingga sering menerima kekerasan sebagai hal wajar. Ketakutan akan stigma sosial dan ancaman kemiskinan membuat banyak perempuan bertahan dalam hubungan yang penuh kekerasan.
2. Kurangnya pendidikan seksual
Kurangnya pendidikan seksual yang memadai, baik di sekolah maupun dari orangtua, menjadi salah satu penyebab perempuan rentan terhadap kekerasan seksual.
Banyak orang tidak mendapatkan bimbingan tentang hubungan sehat, seperti cara mengenali tanda-tanda hubungan yang tidak sehat, menetapkan dan menghormati batasan, atau memahami persetujuan dalam sebuah hubungan. Hal ini membuat pemahaman mereka tentang hubungan sering kali terbentuk dari contoh yang kurang ideal, seperti orangtua atau media.
Akibatnya, banyak perempuan tidak menyadari bentuk pelecehan hingga mengalaminya sendiri. Minimnya pendidikan ini memperbesar risiko mereka menjadi korban kekerasan seksual.
3. Ketergantungan yang kuat terhadap suami
Perempuan dengan pendidikan rendah seringkali kesulitan mendapatkan pekerjaan yang layak, sehingga bergantung secara finansial pada suami. Ketergantungan ini membuat mereka sulit keluar dari hubungan yang penuh kekerasan.
Rasa takut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sendiri atau anak-anak membuat banyak perempuan memilih bertahan dalam hubungan berbahaya karena merasa tidak memiliki pilihan lain untuk bertahan hidup.
4. Pola asuh keluarga yang salah
Psikolog Klinik Forensik lulusan Universitas Indonesia, A. Kasandra Putranto seperti dikutip dari ANTARA, menyebutkan mengapa perempuan lebih rentan mengalami kekerasan. Salah satu alasan terkuat adalah karena konstruksi sosial yang menganggap perempuan lebih lemah, sejalan dengan hal diatas.
Selain itu pola asuh keluarga yang salah juga menentukan. Menurut Kasandra pola asuh ini bisa melahirkan bibit-bibit kekerasan pada anak di masa depan. Entah dari korban yang menoleransi kekerasan atau menjadi pelaku.
Ia menyebut kalau kekerasan bisa terjadi karena ketimpangan kuasa antara satu sama lain. Satu orang yang lebih powerful sehingga melakukan kekerasan terhadap yang dianggap lemah, dalam hal ini biasanya perempuan.
5. Faktor psikologis korban yang mengalami kekerasan
Korban kekerasan, terutama perempuan, sering kali terjebak dalam siklus kekerasan yang sulit dihindari. Ketergantungan emosional dan rendahnya rasa percaya diri menjadi faktor psikologis yang membuat mereka kesulitan melepaskan diri dari pelaku, seperti terikat oleh tali yang semakin kuat seiring waktu.
Selain itu, pola asuh yang tidak tepat sejak kecil turut berperan dalam meningkatkan kerentanan perempuan terhadap kekerasan. Anak-anak yang tumbuh di lingkungan dengan kekerasan dalam rumah tangga cenderung lebih mudah menerima kekerasan sebagai hal wajar atau bahkan menjadi pelaku saat dewasa.
Itulah tadi alasan mengapa perempuan rentan mengalami kekerasan. Semoga menjadi pengetahuan terkini untuk perempuan di luar sana.
Baca juga:
- Apa Saja Tanda Kekerasan Finansial?
- 10 Artis yang Peduli Isu Kekerasan Terhadap Perempuan
- Cegah Kekerasan Perempuan dan Anak, Pemprov DKI Didesak Tambah CCTV