TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Deteksi Kanker Payudara Dini dengan Alat Canggih & Kekinian

Semakin dini kanker payudara diketahui, makin besar peluangnya untuk sembuh

Pexels/Michelle Leman

Deteksi dini adalah hal penting untuk menemukan kanker ketika masih di stadium awal dan menentukan pengobatan yang tepat pada pasien. Namun berdasarkan studi, hanya 5 persen perempuan Indonesia yang mengetahui mengenai pemeriksaan dini kanker payudara,  seperti dengan metode mamografi.

Semakin dini kanker terdeteksi maka peluang kesembuhannya juga makin besar. Jika kanker sudah terdeteksi dari stadium awal atau stadium 1 peluang sembuhnya bisa di atas 70 persen.

Berikut Popmama.com rangkum informasi selengkapnya.

1. Peluang sembuh kanker payudara makin besar jika sudah terdeteksi lebih awal

Pexels/Klaus Nielsen

Dokter Spesialis Bedah, dr. Rika Lesmana, SpB, mengatakan berdasarkan data dari Globocan 2020 menunjukkan bahwa jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus (16,6 persen) dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia. 

Sementara itu, untuk jumlah kematiannya mencapai lebih dari 22 ribu jiwa kasus. Hal itu ia sampaikan dalam press conference peluncuran Invenia™ ABUS 2.0 di Brawijaya Hospital Saharjo.

"Deteksi dini kanker payudara dapat meningkatkan prognosis dan mengurangi biaya pengobatan. Contohnya pada pasien dengan kanker payudara yang telah masuk stadium 1 dan 2, sekitar 70 persen dapat terhindar dari kemoterapi. Sehingga deteksi dini sangatlah penting," ujar Rika.

2. Jangan lupa deteksi kanker payudara dengan SADARI dan SADANIS

Freepik/jcomp

Menurut dokter dr. Rika, deteksi dini dapat dilakukan dengan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) maupun SADANIS (pemeriksaan payudara klinis). 

Meski demikian, SADARI hanya dapat mendeteksi jika kanker sudah berkembang sehingga menunjukkan gejala yang muncul ke permukaan kulit seperti benjolan dibawah kulit.

Oleh karena itu, meskipun perempuan didorong untuk melakukan SADARI secara teratur. Namun, hal tersebut tidak dapat menggantikan metode diagnostik klinis seperti mamografi atau ultrasound.

Sementar untuk SADANIS, perempuan dengan umur di atas 40 tahun sudah bisa melakukan deteksi ini. Terutama untuk orang atau perempuan dengan kasus risiko kanker payudara tinggi.

3. Risiko kanker payudara karena keturunan hanya sedikit, sisanya masih belum diketahui

Dok. Brawijaya Hospital Saharjo

Dokter spesialis bedah onkologi Brawijaya Hospital Saharjo, dr. Bob Andinata, SpB.Onk, mengatakan memang ada kemungkinan kanker payudara dari keturunan.

Sekitar 10-15% pasien muda memang punya risiko kanker payudara. Hal itu bisa terjadi karena ada keluarga tingkat 1 (ibu, adik/kakak kandung) yang memiliki riwayat kanker jenis ini.

Oleh karenanya akan lebih baik jika perempuan atau calon pasien yang memiliki risiko kanker payudara bisa memeriksakannya ke dokter lebih dini. Minimal usia 30 tahunan.

"Bagi dokter, keakuratan hasil deteksi dini akan membantu menentukan penanganan yang tepat bagi pasien. Dengan cepat tertangani, maka angka kesembuhan pasien akan semakin tinggi. Invenia ABUS 2.0 dengan berbagai keunggulan yang dimiliki, memberikan hasil yang akurat. Bersama dengan mamografi, kanker dapat lebih cepat terdiagnosa dan pasien dapat langsung mendapat penanganan," ujar dr. Bob.

Itulah tadi deteksi kanker payudara dini dengan alat canggih yang kekinian. Yuk Ma, jika memang merasa ada yang tak beres apalagi punya risiko segera periksa ya!

Baca juga:

The Latest