5 Hal agar Resolusi Tahun 2024 Tidak Gagal, Jangan Overthinking!
Resolusi tahun baru tidak hanya hal-hal besar, meraihnya juga butuh proses dan bertahap
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Menyusun Resolusitahun baru menjadi kebiasaan yang dilakukan di awal tahun. Biasanya ini menjadi turning point banyak orang untuk mencapai banyak hal di kehidupannya pada tahun tersebut.
Kita seringkali membuat resolusi sebagai langkah untuk meningkatkan diri dan mencapai tujuan yang diinginkan. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa banyak dari kita yang merasa resolusi tersebut sulit untuk dipertahankan.
Di tengah jalan, justru banyak orang yang merasa terbebani lho karena resolusi yang dibuatnya sendiri. Bagi beberapa orang ini membuat mereka overthinking dan menjadi cemas. Pada akhirnya justru membuat kita kehilangan fokus dan kepercayaan diri untuk mencapai resolusi tersebut.
Anna Deasyana, M. Psi., Psikolog dari Amanasa Indonesia menjelaskan ada beberapa hal yang bisa membuat orang gagal mencapai resolusinya. Namun, perlu digaris bawahi ketika seseorang tak mencapai resolusi bukan berarti kehidupannya juga gagal ya!
Berikut Popmama.com rangkum informasi selengkapnya!
1. Evaluasi berkala bisa jadi cara memantau resolusi kita
Resolusi dibuat di awal tahun dan tak dilihat lagi bisa membuat kita sendiri lupa. Nah, salah satu cara agar resolusi tak hanya sekedar ditulis adalah dengan melakukan evaluasi secara berkala.
Tentu waktunya dipilih berdasarkan kenyaman pembuatnya. Jadi, tidak dipaksakan atau harus ditentukan beberapa bulan atau waktu tertentu.
"Kuncinya adalah evaluasi. Kita perlu lihat ini achievable atau tidak. Karena kembali lagi permasalahan terbesar dari pembuatan resolusi adalah
jangan-jangan ada isu lain di luar isu resolusi ini yang menempel," terang Anna.
Ada beberapa pilihan waktu yang bisa digunakan untuk mengevaluasi resolusi kita secara berkala. Anna menyebutkan diantaranya pertiga bulan sekali atau enam bulan sekali.
"Gunanya evaluasi ini karena aspek dari resolusi ini banyak sekali, jadi sangat baik kalau mau dievaluasi di tengah tahun. Nanti di akhir tahun dievaluasi lagi, atau kalau mau rajin banget perkuarter sekali (3 bulan)," tuturnya.
2. Melihat sisi lain dari resolusi yang dilakukan meski gagal
Tak hanya satu atau dua orang yang mungkin cukup berpegang teguh pada resolusi yang ada beserta pencapaiannya. Sehingga saat beberapa poin dair hal itu tidak tercapai, muncul rasa tidak percaya diri dan menganggap semuanya gagal.
Anna menyebut jangan sampai hal itu terjadi. Jangan sampai hanya karena resolusi ini menjadi target, kita tidak melihat hal lain yang sudah dilakukan. Padahal hal lain yang tidak kita catat di resolusi itu justru bekerja lebih baik.
"Kalau yang dimaksud dengan kegagalan itu artinya adalah saya gagal sebagai individu untuk berkomitmen terhadap apa yang telah saya buat tentu tidak. Karena secara tidak sadar kalau arti gagal adalah seperti yang tadi saya ucapkan, kita sudah over generalization. Hidup kita itu tidak hanya menuhi resolusi ya, masih ada yang lain," jelasnya.
3. Merasa terbebani jadi awal resolusi jadi mandeg
Setahun berjalan mungkin bisa digunakan untuk meraih kesempatan baru. Namun, ini juga menjad waktu yang singkat untuk seseorang bisa mewujudkan semua hal yang diinginkan dalam hidup.
Kadang ada beberapa hal yang tidak bisa langsung jadi, bahkan dalam waktu setahun. Banyak orang yang mungkin tidak bisa menikmati proses tersebut. Pada akhirnya resolusi yang ditulis bukannya menjadi guidance malah beban untuk si Pembuatnya.
"Ketika kita kelelahan di tengah jalan, biasanya itu karena kecapean. Kalau kita kecapean, jangan-jangan resolusinya jadi beban. Nah, kita istirahat dulu. Cool down, jangan-jangan kita lari segitu cepetnya padahal sebenarnya ini kebetulan baru awal bulan di 2024. Boleh jalan santai dulu ngggak? Boleh nggak pacenya diatur?," jelasnya.
Anna menjelaskan, mencapai resolusi pun harus bertahap. Dimulai dari hal-hal kecil yang rutin dilakukan. Lama-lama akan terbiasa dan pasti menemukan jalan untuk mencapainya.
"Mengaitkan resolusi sebagai suatu achievement yang sangat menarik. Achievement yang sangat bisa dibanggakan yang mana kalau saya tidak achieve itu, saya gagal. Kalau sudah kesana, berarti antara kita capek memang dan motivasinya turun atau yang kedua sebenarnya ini menjadi beban," terangnya.
4. Motivasi naik dan turun itu wajar kok, jangan overthinking!
Karena ini resolusi yang kita buat, tentu seakan semuanya ada pada kita yang menentukan. Padahal suatu resolusi bisa berjalan atau tidak juga ada pengaruh sekitar lho.
Selain itu wajar sekali dalam menjalani resolusi pasti ada naik dan turun. Tentu ini jadi faktor yang cukup besar untuk seseorang bisa atau tidak menyelesaikan resolusinya di akhir tahun.
"Jadi, motivasi ini memang akan naik dan turun, sangat berpengaruh pada perilaku. Untuk mencapai si target dan resolusi kita. Karena mungkin sekali bisa ditunggangi oleh isu yang lain juga. Berarti dalam mencapai si resolusi ini, itu sebenarnya bukan peran kita saja tetapi juga lingkungan," jelas Anna.
Menurut Anna dalam melihat resolusi ini harus bertanya ke diri sendiri lebih dalam. Untuk apa kita membuat resolusi ini pada awalnya? Kita perlu sadar dan tahu sisi diri kita mengenai hal tersebut.
"Resolusi itu bukan cuman sekedar hal yang kita perlu buat setiap tahun," tuturnya.
5. Resolusi bukan tentang perubahan-perubahan besar
Awal tahun adalah awal baru untuk seseorang. Ini sering dikaitkan dengan hal-hal besar yang ingin dicapai dalam kehidupan. Padahal resolusi tahun baru bukan hanya soal hal-hal besar yang 'wah'.
"Sebenarnya tidak apa-apa sekali selama kita punya tujuan yang lain. Itu tidak perlu jadi resolusi yang gimana-gimana, karena kita tetap bisa hidup. Ini yang sebenarnya kadang miss dan tidak terpikirkan. Karena ya sudah resolusi itu identik dengan tahun baru. Tahun baru itu identik dengan bikin resolusi, kenapa tidak kita buat jadi seperti kebiasaan sehari-hari saja?," jelasnya.
Dalam artian, setiap hari manusia bisa mencapai banyak hal kecil yang dilakukan rutin. Ini saja sudah cukup untuk membuat seseorang merasa 'berhasil' dalam menjalani harinya.
Jangan sampai resolusi dibuat muluk-muluk tetapi hanya sekedar rencana. Anna mengingatkan lebih baik dibuat kecil-kecil tetapi terukur dan tidak membuat kita stres pada akhirnya.
"Lagi ingin rajin olahraga, malah hanya tiga hari pertama di tahun tersebut. Kayaknya pas melihat sosial media kayak muncul, harus ini, harus itu di tahun ini. Makanya kita juga bisa lihat hal-hal kecil, jangan meremehkan supaya kalau kita demotivasi, itu yang bisa membantu kita untuk bounce back untuk bisa bangkit lagi," tutur Anna.
Itulah tadi guidance dari Anna mengenai topik agar resolusi tahun 2024 tidak gagal. Yuk, mama dan papa jangan banyak overthinking dan merasa gagal duluan ya!
PODCAST POPMAMA TALK EP.7 - Anna Deasyana, M. Psi., Psikolog - Amanasa Indonesia
Editor in Chief - Sandra Ratnasari
Senior Editor - Novy Agrina
Editor - Onic Metheany
Host - Wahyuni Sahara
Content Writer - Putri Syifa Nurfadilah, Sania Chandra Nurfitriana & Ninda Anisya
Internship - Dewi Hanifah
Social Media - Irma Erdiyanti & Hashifah Dzati
Design - Aristika Medinasari
Photographer - Krisnaji Iswandani
Videographer - Krisnaji Iswandani & Hari Firmanto
Stylist - Putri Syifa Nurfadilah
Makeup Artist - Putri Syifa Nurfadilah
Wardrobe - PWP (play with pattero)
Baca juga:
- Penting, Tips Mengajarkan Anak Membuat Resolusi
- 5 Cara Konsisten Menjalankan Resolusi di Tahun Baru
- Menjelang Tahun Baru, Kenali Apa Itu Resolusi dan Cara Membuatnya