TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Kimberly Ryder Bicara Isu KDRT yang Kerap Dialami Perempuan

Perempuan mesti paham kalau KDRT tidak hanya fisik tetapi juga psikologis hingga finansial

Popmama.com/Hari Firmanto

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) masih menjadi salah satu isu serius yang dihadapi banyak perempuan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Aktris Kimberly Ryder kepada Popmama.com bicara soal isu ini, ia menyuarakan keprihatinannya terhadap permasalahan tersebut.

Kimberly berbicara tentang pentingnya meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya KDRT, serta perlunya dukungan nyata bagi para korban.

Soal topik ini ia ingin bisa mendorong perempuan yang menjadi korban untuk berani mencari pertolongan, speak up dan keluar dari hubungan yang menyengsarakan.

Kimberly juga menekankan bagaimana faktor budaya, stigma sosial, dan kurangnya perlindungan hukum sering kali membuat korban enggan melaporkan kekerasan yang mereka alami.

Berikut Popmama.com rangkum mengenai bagaimana cara Kimberly Ryder bicara isu KDRT yang kerap dialami perempuan!

1. Belum banyak yang tahu kalau KDRT tidak hanya sola fisik

Popmama.com/Hari Firmanto

KDRT tidak selalu berbentuk kekerasan fisik, tetapi juga kekerasan verbal, psikologis, ekonomi, seksual, dan penelantaran. Kekerasan verbal melibatkan hinaan atau kata-kata kasar yang merendahkan, sedangkan kekerasan psikologis mencakup manipulasi, pengendalian, atau isolasi yang merusak kesehatan mental korban.

Di sisi lain, kekerasan ekonomi terjadi ketika pelaku mengontrol keuangan korban untuk menciptakan ketergantungan. 

Kekerasan seksual dalam rumah tangga mencakup tindakan pemaksaan atau pelecehan seksual tanpa persetujuan, sementara penelantaran merujuk pada pengabaian kebutuhan dasar korban, baik fisik maupun emosional.

Semua bentuk kekerasan ini dapat berdampak serius pada fisik, mental, dan kesejahteraan korban, meskipun tidak selalu meninggalkan bekas yang terlihat. Penting untuk memahami bahwa KDRT tidak hanya soal fisik, tetapi juga berbagai bentuk kekerasan lain yang merusak.

"Sangat disayangkan (banyak perempuan menjadi korban), mungkin orang melihat KDRT itu hanya memukul atau menyakiti secara fisik. Padahal tidak, KDRT itu termasuk kekerasan verbal dan mental juga," jelas Kimberly Rider.

2. Media sosial jadi sumber informasi dan edukasi soal kekerasan

Popmama.com/Hari Firmanto

Adanya media sosial saat ini menjadi penting untuk menggalakkan isu soal edukasi kekerasan ini. Kimberly melihat sebagai public figure, ia bersyukur karena perkembangan media sosial mendukung banyak orang berpartisipasi untuk menjadi bagian dari edukasi soal kekerasan.

"Sekarang bersyukurnya dengan media sosial lebih banyak yang speak up, banyak yang lebih mengerti juga, saling membantu. Kalau masih ada banyak yang merasa tidak bisa speak up, semoga mereka terbantu oleh orang-orang yang sudah keluar dari relationship tersebut," pungkasnya.

Banyak konten di media sosial juga saat ini menyediakan akses cepat ke layanan bantuan, seperti nomor hotline dan kontak organisasi pendukung, sehingga masyarakat lebih mudah mendapatkan pertolongan saat diperlukan.

Kimberly menyebut semoga kedepannya semakin banyak yang terinspirasi untuk bisa keluarga jika ia terjebak dalam hubungan toxic.

"Semoga kedepannya lebih banyak orang yang menonton dan bisa mendapatkan informasi tentang KDRT ini. Dia bisa berani keluar dari relationship (toxic) tersebut. Semua orang punya reason mereka sendiri untuk get out from toxic relationship," tuturnya.

3. Kimberly Ryder tekankan jangan katakan hal ini ke korban KDRT!

Popmama.com/Hari Firmanto

Untuk bisa keluarga dari hubungan yang toxic tidak mudah. Banyak kasus korban dimanipulasi sehingga dirinya yang merasa salah, padahal ia adalah korban.

Sehingga tidak mudah untuk meyakinkan dan menemani korban KDRT untuk bisa keluar dari hubungan yang mengekang mereka.

"Jangan katakan 'kenapa kamu bisa masuk ke relationship itu? Kenapa tidak bisa keluar?' Ya karena tidak segampang itu. Bisa masuk ke hubungan itu karena awalnya ya tidak toxic," jelas Kimberly Rider.

4. Pandangan Kimberly Rider soal perempuan dalam toxic relationship

Popmama.com/Hari Firmanto

Menurut Kimberly Rider, korban tidak mudah keluar dari hubungan toxic. Dari pandangan artis kelahiran 6 Agustus 1993 itu, hubungan seperti ini biasanya 'tarik-ulur'.

Satu waktu korban merasa sangat dicintai, tetapi beberapa waktu kemudian korban menerima kekerasan. Hal itu terus berulang dilakukan sehingga korban berada dalam posisi bimbang bahkan sampai mempertanyakan dirinya sendiri.

"Lama-lama berpikir apa kita yang salah? Apa kita yang gila? Am I deserve to be loved? Itu yang bikin korban susah keluar. Kita dimanipulasi untuk berpikir kalau dirinya itu tidak layak," pungkasnya.

Lebih gamblang lagi, hubungan ini membuat korban bisa mengalami trauma bonding kepada pelaku. Trauma bonding ini merujuk pada hubungan emosional yang terbentuk antara korban dan pelaku dalam situasi yang melibatkan kekerasan, manipulasi, atau pengabaian.

"Jadi ada trauma bonding, saya belajar hal-hal ini di tahun ini. Kita masih butuh kasih sayang dari dia tapi mempertanyakan kok dia melakukan ini (jahat)," tuturnya.

Trauma bonding biasanya terjadi dalam dinamika yang tidak sehat, di mana pelaku menciptakan pola interaksi yang mengombinasikan kekerasan atau perlakuan buruk dengan momen-momen kasih sayang, perhatian, atau janji perubahan.

Pola ini membuat korban merasa terikat secara emosional kepada pelaku, meskipun hubungan tersebut merugikan dan menyakitkan.

Itulah tadi soal Kimberly Ryder bicara isu KDRT yang kerap dialami perempuan. Wah, menginspirasi banget ya opini Mama Kimberly.

POPMAMA TALK Desember 2024 - Kimberly Ryder

Editor in Chief - Sandra Ratnasari  
Senior Editor - Novy Agrina  
Editor - Onic Metheany & Denisa Permataningtias 
Content Writer - Putri Syifa Nurfadilah & Sania Chandra Nurfitriana  
Contributor - Salsyabila Sukmaningrum 
Script - Sania Chandra Nurfitriana  
Social Media - Irma Erdiyanti & Hashifah Dzati  
Photographer - Hari Firmanto 
Videographer - Hari Firmanto
Property by INFORMA 

Baca juga:

The Latest