Eksklusif: Nilai Keluhuran Tetap Kuat, Mama Gina 'Kimbab Family' Punya Cara agar Si Kecil Cerdas Sosial
Perkembangan teknologi mengubah banyak perspektif pada anak dan remaja, tak bisa dibendung
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kimbab Family dikenal sebagai family influencer yang populer di Indonesia. Banyak orangtua yang menggemari keluarga ini karena cara mereka mendidik anak-anak mengagumkan dan bisa dicontoh.
Itu terlihat dalam berbagai vlog mereka dalam membimbing tiga anaknya yakni Suji, Yunji, dan Jio dalam tumbuh kembangnya. Salah satu concern orangtua modern saat ini adalah perkembangan teknologi yang semakin masif. Pasalnya perubahan itu tentunya bisa membawa dampak bagi anak yang lahir di generasi native internet.
Gina Selviana sendiri sebagai Millennial Family of the Month edisi Maret 2023 mengaku memang membatasi dan menyeimbangkan antara teknologi dengan pendidikan moral ini cukup menantang.
"Benar-benar susah, karena sekarang teknologi tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Di rumah ada gadget banyak, semua pakai teknologi," ucapnya kepada Popmama.com.
Meski menantang, tidak ada rasa khawatir berlebih. Perempuan yang akrab disapa Mama Gina dan suaminya, Yeon Seungjae atau Appa Jay, lebih memilih menanamkan nilai keluhuran yang mengakar dari dini. Tujuannya tentu agar anak tumbuh menjadi pribadi yang lebih bijak dalam memilah informasi dari internet.
Berikut Popmama.comrangkum cerita selengkapnya.
1. Pembatasan sejumlah gadget, TV hanya boleh saat weekend
Teknologi yang tidak bisa dipisahkan membuat orangtua harus berdamai untuk bisa mengenalkan dan hidup berdampingan dengan anak. Namun, agar tidak berlebihan menggunakannya ia memilih untuk membatasi penggunaan gadget di rumah.
Misalnya TV, ketiga anaknya diperbolehkan menonton saat weekend saja. Itupun waktunya dibatasi hanya 2 jam per hari.
"Kalau untuk TV kami ada pembatasan, hanya boleh di weekend dan tidak lebih dari 2 jam," tuturnya.
2. Untuk ponsel Mama Gina memberikan kepada Suji dengan sejumlah syarat
Untuk gadget seperti ponsel dan tablet, Mama Gina dan Appa Jay juga memberlakukan demikian. Khusus ponsel ia baru memberikan kepada anak sulungnya, Suji.
Itupun bukan untuk kebutuhan berinternet, melainkan hanya sebatas komunikasi saja.
"Kalau Suji sudah kami beri ponsel dari kelas 3 SD, itu pun hanya boleh untuk telepon ke kita kalau telat jemput dari sekolah. Kalau sampai rumah ponselnya dikembalikan ke kami lagi, jadi di rumah sendiri tidak ada penggunaan. Kalau adik-adiknya belum sama sekali," ucap Mama Gina.
Sementara soal tablet, ketiga anaknya diperbolehkan menonton video tetapi secara terbatas. Itupun digunakan kalau mereka traveling agar tidak bosan.
"Kalau untuk tablet, mereka pakai saat traveling untuk menonton televisi atau video," pungkasnya.
3. Perkembangan teknologi dan moralitas, cara Mama Gina agar anak tetap punya budaya luhur
Perkembangan teknologi bak pisau bermata dua. Beragam penelitian menyebutkan ada efek antara keterpaparan teknologi dan internet untuk perkembangan anak.
Dalam publikasi karya Poulain, Meigen, Kiess dan Vogel dengan judul "Media regulation strategies in parents of 4- to 16-year-old children and adolescents: a cross-sectional study" tahun 2023, disebutkan kalau penggunaan berlebihan gadget atau media elektronik di masa kanak-kanak dan remaja terbukti berhubungan dengan masalah kesehatan mental, gangguan tidur hingga kesulitan perilaku anak.
Sadar bahwa anak-anaknya lahir di zaman yang tech native, Mama Gina melakukan strategi pembatasan tetapi juga aktif untuk bermediasi dengan anak. Artinya, tidak melarang untuk digunakan sama sekali tetapi dengan pengawasan yang tepat sesuai umurnya.
Oleh karenanya, terpenting bagi keluarga Kimbab Family adalah menanamkan nilai-nilai keluhuran dari dua negara asal orangtuanya kepada mereka dulu sebelum mengenal gadget.
"Saya pikir sebelum kami mengenalkan teknologi, sudah dikenalkan nilai-nilai keluhuran kami itu seperti apa. Saat masuk ke gadget pun pelan-pelan. Kami juga sadar kalau kehidupan mereka tidak bisa lepas dari teknologi. Pelan-pelan diberi tahu, sehingga saat mereka besar sudah bisa memilih sendiri agar lebih bijak," ucapnya.
4. Sumber informasi pertama anak harusnya dari orangtuanya
Kemudahan mengakses internet membuat anak dan remaja bisa 'searching' apapun yang ingin mereka tahu. Tentunya ini akan menciptakan kebiasaan yang tidak sehat perihal komunikasi dengan orangtuanya.
Kebiasaan itu akan menciptakan barier atau batasan kepada anak dengan orangtuanya. Bisa saja anak pada akhirnya lebih percaya informasi dari internet ketimbang ucapan orangtuanya.
Agar tidak seperti itu, perempuan kelahiran Bandung ini menekankan komunikasi dan kedekatan kepada anak-anaknya sejak kecil. Melibatkan anak untuk aktif berkomunikasi dan menyampaikan pendapatnya akan menciptakan rasa percaya dari mereka.
"Dari kecil pengenalan teknologinya pelan-pelan saja. Utamakan komunikasi dengan kami, dekat dengan orangtuanya, sering komunikasi baru teknologi. Dengan begitu, mereka apa-apa memilih tahu itu dari kami dulu daripada teknologi, dari searching atau 'googling'. Tanamkan rasa percaya dengan kami dulu daripada hasil dari search tadi, atau teknologi," tuturnya.
Lewat jurnal yang sama karya Poulain, dkk itu pula menekankan dalam hasil penelitiannya agar orangtua harus diberdayakan untuk mengatur penggunaan media anak-anak mereka, dengan lebih menekankan pada mediasi aktif (berdiskusi dan komunikasi).
Dalam hasil penelitian itu para peneliti menganggap masih belum jelas bentuk regulasi media orangtua mana yang paling efektif dalam mencegah penggunaan media agar tidak bermasalah pada anak.
5. Menumbuhkan kecerdasan sosial pada anak-anak di Kimbab Family
Dalam parenting orangtua Korea Selatan, dikenal dengan istilah nunchi yang berarti “ukuran mata”. Membaca ini tidak hanya konteks pengetahuan tetapi juga secara sosial dan emosional.
Anak-anak yang tumbuh di Korea Selatan terbiasa dengan budaya kuat untuk menghormati orang yang lebih tua. Misalnya saat di restoran, orang yang lebih muda biasanya menunggu yang lebih tua untuk bisa makan terlebih dahulu. Kebiasaan ini tentunya sangat baik dan patut dicontoh.
Mama Gina dan Appa Jay pun sudah secara aktif mengajarkan agar anak peka terhadap hal-hal di sekitarnya sejak kecil. Ini membantu mereka terlibat aktif untuk punya kemauan dan sensitivitas terhadap orang lain. Sesuai dengan parenting nunchi dalam buku The Power of Nunchi: The Korean Secret to Happiness and Success karya Euny Hong.
"Kami berdua ajarkan dari kecil mengenai nilai sopan santun, menghormati lebih tua. Kami kuat ajarkan itu dulu sebelum mereka mengenal dunia luar yang akan berpendapat lain ke kita. Intinya kami lebih banyak ngobrol dan komunikasi kepada mereka di lingkup terkecil dulu," ucapnya.
6. Perpaduan nilai luhur Korea Selatan dan Indonesia dalam keluarga Kimbab Family
Pengajaran soal nilai keluhuran di Kimbab Family tidak hanya dari satu pihak saja. Mama Gina dan Appa Jay bekerja sama untuk bisa memberikan insight tentang dua kebudayaan ini kepada anak mereka.
Ada beberapa kebiasaan yang mirip antara di Korea Selatan dan Indonesia. Namun, ketika terjadi perbedaan dan si Kecil menanyakan keduanya berusaha menjawab sesuai kebutuhan dan konteks dari pertanyaan anak-anaknya.
"Ketika mereka ada penasaran sesuatu tentang Korea Selatan akan bertanya ke Appa-nya, 'kok begini?', habis Appa-nya menjelaskan saya juga menambahkan, 'kalau di Indonesia tuh gini lho'. Jadi seimbang," pungkas Mama Gina.
Mama Gina akan memberikan pemahaman dari nilai-nilai yang ia dapat dari kedua orangtuanya dulu. Ini membantu si Kecil bisa mengenal nilai keluhuran Indonesia meski tidak secara langsung.
Misalnya, cium tangan saat bertemu orang yang lebih tua hingga sapaan di Indonesia.
"Saya juga mengajari mereka sesuai dengan nilai-nilai yang saya anut dari orangtua. Mungkin bagian Korea itu Appa-nya dan karena natural tinggal di sana juga, jadi sambil belajar juga setiap hari," ucapnya.
Sebagai keluarga Korea-Indonesia yang banyak digemari, parenting Kimbab Family memang sangat bisa ditiru. Meskipun mereka tinggal di Korea Selatan, banyak cara parenting yang juga bisa diterapkan di Indonesia lho.
Millennial Family of the Month Edisi Maret 2023: Kimbab Family
Editor in Chief - Sandra Ratnasari
Senior Editor - Novy Agrina
Editor - Onic Metheany
Reporter - Putri Syifa Nurfadilah & Sania Chandra Nurfitriana
Social Media - Irma Ediarti
Design - Aristika Medinasari
Photographer - Michael Andrew P.
Asst. Photographer - Adi Nugroho
Videographer - Krisnaji Iswandani, Norman Indra Issudewo
Stylist - Onic Metheany, Putri Syifa Nurfadilah
Makeup Artist - Linda Kusumdewi
Hair stylist - Yuniarti Ningih
Kimbab's wardrobe - UNIQLO, CALLA THE LABEL, KIM AND KIN
Baca juga:
- Eksklusif: Terlahir Blasteran, Ketiga Anak ‘Kimbab Family’ Mudah Menerima Perbedaan Budaya
- Eksklusif: Pola Asuh Kimbab Family agar Anak Tidak Stres Belajar untuk Mengejar Nilai Sempurna
- 5 Foto Mama Gina 'Kimbab Family' dan Mertua, Sempat Tak Direstui