Penggunaan Cairan Pembersih Kewanitaan, Benarkah Sebabkan Keputihan?
Simak penjelasan dari dokter mengenai cairan pembersih kewanitaan yang bisa sebabkan keputihan
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Di pasaran, penjualan produk pembersih kewanitaan memang kian menjamur. Mereka mengklaim bahwa produk yang ditawarkan bisa membuat vagina jadi lebih bersih, wangi, dan juga sehat.
Meski populer, penggunaan cairan pembersih kewanitaan sebenarnya bisa menimbulkan sejumlah risiko, salah satunya dapat memperparah kondisi keputihan. Hal ini terjadi karena kandungan dalam produk tersebut bisa mengganggu pH dan flora normal di vagina.
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Permata Bekasi (RSPB), dr. Duma Mauliyasari Sp. DV membenarkan hal tersebut. Ia menegaskan bahwa, penggunaan cairan pembersih kewanitaan justru berisiko memicu terjadinya beberapa masalah pada organ intim, termasuk keputihan.
Berikut Popmama.com rangkum informasi selengkapnya mengenai benarkah cairan pembersih kewanitaan bisa sebabkan keputihan.
1. Seberapa perlu menggunakan sabun pembersih kewanitaan?
Membersihkan area organ intim memang jadi satu hal yang harus dilakukan oleh setiap orang.
Dengan menjaga kebersihan area organ intim kewanitaan, nantinya risiko infeksi akibat jamur, virus, dan bakteri bisa dihindari. Selain itu, membersihkan organ intim juga dapat memberikan kenyamanan, sehingga rasa percaya diri seseorang bisa meningkat.
Menurut dokter Duma dalam sesi wawancara pada Selasa (6/6/2023), membersihkan area kewanitaan dengan sabun khusus dirasa tidak perlu. Sebab pada dasarnya, vagina memiliki mekanisme alami untuk membersihkan dirinya sendiri.
“Vagina yang sehat memiliki mekanisme alami dalam membersihkan vagina itu sendiri. Sehingga, tidak perlu menggunakan sabun tertentu,” ungkap dr Duma.
2. Bolehkah menggunakan sabun antiseptik sehari-hari?
Penggunaan sabun antiseptik untuk pembersih vagina juga tidak disarankan, karena berisiko mengganggu flora normal di vagina.
“Jadi sebenarnya sabun antiseptik tidak disarankan. Karena sabun antiseptik bisa mengubah flora normal yang ada di vagina. Jadi tak hanya menghilangkan bakteri penyebab penyakit, tapi mikroorganisme normal di vagina juga bisa terganggu atau ikut terbasuh,” kata dokter Duma kepada Popmama.com.
Penggunaan sabun antiseptik disarankan ketika seseorang memiliki masalah di area kewanitaan, misalnya ada luka dengan nanah. Namun untuk jenis pembersih dan cara menggunakannya, tentu tak bisa sembarangan ya. Mama disarankan untuk berkonsultasi ke dokter terlebih dahulu terkait hal tersebut.
3. Benarkah penggunaan sabun pembersih kewanitaan bisa memperparah keputihan?
Keputihan adalah satu hal yang wajar dialami oleh perempuan. Ini menjadi cara alami tubuh untuk menjaga kebersihan dan kelembapan organ intim. Keputihan ditandai dengan keluarnya lendir atau cairan bening dari vagina yang membawa sel mati dan bakteri.
Ketika Mama menggunakan sabun pembersih kewanitaan, menurut dokter Duma hal ini justru bisa memperparah keputihan.
“Pemilihan sabun pembersih kewanitaan yang tidak tepat, bisa memperberat keluhan keputihan. Meningkatkan faktor risiko masuknya infeksi bakteri seperti pada bacterial vaginosis. Infeksi jamur seperti pada kandidiasis vulvovaginal. Terus apabila terdapat infeksi virus, bisa terjadi kanker serviks akibat tertular infeksi Human Papillomavirus (HPV),” tuturnya.
4. Ciri keputihan normal dan tidak normal
“Keputihan itu ada dua, ada yang normal (fisiologis) dan tidak normal (patologis),” kata dr Duma.
Berikut ini ciri-ciri keputihan normal dan tidak normal.
Keputihan normal:
- Ditandai dengan lendir yang berwarna bening dan jernih.
- Tidak ada bau menyengat (bau amis atau bau busuk).
- Jumlahnya sedikit.
- Terjadinya di waktu tertentu. Seperti saat masuk masa subur, hamil, atau menyusui.
Keputihan tidak normal:
- Ditandai dengan lendir yang berwarna kuning hingga kehijauan.
- Muncul bau menyengat (bau amis atau bau busuk).
- Timbul rasa gatal di vagina.
- Timbul sensasi rasa perih atau seperti terbakar.
- Keputihan keluar disertai dengan gumpalan.
5. Dampak menggunakan sabun pembersih kewanitaan terlalu sering
Tak hanya memperparah keputihan, penggunaan sabun pembersih kewanitaan juga bisa menimbulkan dampak lainnya. Diantaranya:
- Menyebabkan gatal di area vagina.
- Menimbulkan sensasi rasa perih dan terbakar di organ intim kewanitaan.
- Menyebabkan alergi, terutama untuk tipe kulit sensitif.
“Selain itu, jika membersihkan sampai ke dalam liang vagina atau melakukan douching, berisiko menyebabkan infeksi. Infeksi bisa masuk ke dalam rahim, tuba falopi, dan ovarium. Ini dapat menyebabkan radang panggul, infertilitas atau masalah kesuburan, sampai kehamilan di luar kandungan atau kehamilan ektopik,” ungkapnya.
6. Bagaimana cara membersihkan area vagina yang baik dan aman?
Menurut dokter Duma, untuk membersihkan area vagina sebenarnya cukup mudah. Mama hanya perlu membersihkannya menggunakan air mengalir, tanpa tekanan. Di mana area yang perlu dibersihkan hanya bagian luarnya saja.
“Membersihkan area kewanitaan sebenarnya cukup dengan membasuh menggunakan air bersih yang mengalir, dari depan vagina ke arah belakang anus. Hanya di bagian bibir vagina (vulva) saja ya, tidak boleh sampai ke dalam (liang vagina). Setelah itu keringkan vagina,” tutur dr Duma.
Mama bisa bersihkan area kewanitaan setiap habis buang air kecil, buang air besar, dan setelah berhubungan intim.
Jika ingin menggunakan cairan pembersih kewanitaan, sebaiknya gunakan sesekali saja. Bersihkan area luar atau bibir vagina, serta pastikan sabun yang digunakan tidak masuk sampai ke dalam liang vagina.
7. Cara memilih sabun yang aman untuk organ kewanitaan
Untuk memilih sabun pembersih kewanitaan tentu tak bisa sembarangan ya. Terkait hal ini, dokter Duma memberikan informasi mengenai cara memilih sabun yang aman untuk organ kewanitaan.
Mama bisa pilih produk sabun yang lembut dengan pH balance, memiliki kandungan hypoallergenic, serta tidak mengandung parfum atau pewangi.
“Jadi lebih ke arah menggunakan sabun yang lembut, ada kata-kata lembut atau gentle care. Terus lebih bagus lagi tertera pH-nya, Ph-nya cenderung ke arah asam atau biasanya pH balance. Bagus lagi yang ada kata-kata hypoallergenic atau dermatological tested. Terakhir pilih sabun yang tidak terlalu harum atau lebih baik non fragrance,” tutupnya.
Selain memperhatikan kandungan di dalamnya, Mama juga harus menyesuaikan produk pembersih kewanitaan dengan jenis kulit ya. Ini karena, sebagian orang mungkin memiliki tipe kulit sensitif, yang tentunya butuh perhatian khusus.
Demikian tadi, ulasan lengkap mengenai benarkah cairan pembersih kewanitaan bisa sebabkan keputihan, menurut dr. Duma Mauliyasari Sp. DV, Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Permata Bekasi (RSPB).
Semoga informasi ini bisa menyadarkan kita terkait pentingnya menjaga kesehatan organ intim kewanitaan, serta bagaimana memilih produk yang tepat agar tidak menimbulkan risiko kesehatan tertentu.
Baca juga:
- 7 Bahaya Memakai Sabun Pembersih Kewanitaan untuk Ibu Hamil dan Janin
- 5 Jenis Sabun Pembersih Kewanitaan yang Perlu Kamu Ketahui
- 5 Kebiasaan Sehari-hari yang Sebabkan Keputihan, Sering Diabaikan