Sering Dianggap Pengganti Rokok, Ini Bahaya Vape yang Perlu Diwaspadai
Di dalam vape juga terkandung zat kimia berbahaya yang mirip seperti rokok konvensional
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Vape atau rokok elektrik belakangan begitu menjadi perhatian publik. Ini merupakan suatu device, yang banyak digunakan sebagai penghantar nikotin secara elektronik.
Banyak orang beranggapan bahwa, vape lebih aman dari pada rokok konvesional yang menggunakan tembakau. Karenanya, nggak heran jika saat ini vape dianggap sebagai cara mudah untuk berhenti merokok. Bahkan tak sedikit juga yang saat ini menjadi double user, menggunakan rokok konvensional sekaligus vape.
Dalam sesi wawancara bersama Popmama.com pada Selasa (23/1/2024), Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan, dr. Erlina Burhan Sp.P (K) menyatakan sebaliknya.
Ia menyebut bahwa, vape tidak lebih aman dari rokok konvensional. Bahkan kandungan yang ada di dalamnya, berisiko menyebabkan masalah kesehatan bagi para pengguna dan orang di sekitarnya.
Di bawah ini Popmama.com rangkum berita selengkapnya mengenai bahaya vape yang perlu diwaspadai.
1. Benarkah vape lebih aman daripada rokok konvensional?
Seperti diketahui, saat ini banyak orang yang mulai beralih dari rokok konvensional ke vape. Hal ini lantaran, vape dianggap jauh lebih aman daripada rokok konvensional yang menggunakan tembakau sebagai bahan utamanya.
Vape merupakan sebuah alat yang memiliki fungsi seperti rokok. Bedanya, vape tidak menggunakan atau membakar daun tembakau. Device ini bekerja dengan cara mengubah cairan atau liquid menjadi uap, yang kemudian dihirup ke paru-paru.
Erlina Burhan, dokter spesialis paru RSUP Persahabatan membantah hal tersebut. Ia mengatakan bahwa, pada kenyataannya vape tidak lebih aman dari rokok konvensional. Sebab menurutnya, di dalam vape juga mengandung bahan kimia berbahaya, yang bisa meningkatkan risiko masalah kesehatan seperti penyakit jantung dan kanker.
“Tidak. Rokok elektrik tidak terbukti lebih aman dibandingkan dengan rokok biasa. Sama seperti rokok biasa, rokok elektrik juga banyak mengandung agen kimia berbahaya yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan kanker,” kata dokter Erlina saat dihubungi Popmama.com pada Selasa (23/1/2024).
2. Vape tidak benar-benar membuat seseorang berhenti merokok
Menurut WHO (World Health Organization), vaping atau merokok dengan vape, tidak benar-benar terbukti membuat seorang perokok konvensional berhenti merokok atau tidak kecanduan nikotin lagi.
Sejalan dengan hal tersebut, dokter Erlina juga menegasakan bahwa di dalam vape tetap terkandung nikotin. Di mana hal ini bisa memicu rasa ketagihan atau adiksi dalam tubuh seseorang, sehingga ia akan terus merokok.
“Vape memiliki kandungan senyawa nikotin yang dapat memicu rasa ketagihan atau adiksi, yang menyebabkan rokok menjadi kebiasaan,” tambahnya.
3. Vape bisa merusak organ paru-paru penggunanya
Potensi toksisitas serta dampak kesehatan akibat penggunaan vape sangatlah banyak menurut dokter Erlina. Salah satunya ia menyebut jika vape bisa merusak paru-paru.
Kandungan tetrahidrokanabinol (THC) yang bisa memberi efek rileks dan vitamin E asetat di dalam liquid vape, bersifat racun bagi tubuh jika terhirup. Risikonya, seseorang bisa mengalami peradangan paru dengan gejala berupa sesak napas, nyeri dada, hingga batuk.
“Vape dapat mengandung zat perusak paru-paru, seperti tetrahidrokanabinol (THC) dan vitamin E asetat, yang bersifat racun bagi tubuh apabila terhirup. Kerusakan paru-paru yang dapat terjadi salah satunya adalah peradangan paru (pneumonia) dan dapat memunculkan gejala seperti sesak napas, nyeri dada, dan batuk,” ungkap dokter Erlina.
4. Vape juga berdampak buruk bagi orang lain di sekitar pengguna
Tak hanya pengguna vape, menurut dokter Erlina, orang lain yang terpapar asap vape juga memiliki risiko masalah kesehatan yang sama. Sebab sama seperti rokok tembakau, di dalam asap vape juga terkandung berbagai macam zat kimia beracun yang bisa memicu penyakit.
Diantaranya asap vape bisa menyebabkan masalah perkembangan janin pada Ibu hamil, iritasi saluran pernapasan, serta iritasi mata. Sementara bagi penderita gangguan pernapasan, asap vape bisa memperparah asma dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
“Asap vape dan rokok tembakau sama-sama bersifat racun bagi tubuh apabila terhirup. Kedua jenis asap ini terlebih lagi berbahaya bagi ibu hamil, karena dapat mengganggu perkembangan kandungannya. Secara umum, asap vape dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan, iritasi mata, serta memperburuk seseorang yang memiliki gangguan pernapasan, seperti asma, PPOK dan seterusnya,” tegas dokter Erlina.
Nah, jadi pada akhirnya bahaya rokok konvensional dan vape akan sama saja. Tak hanya kecanduan, kedua jenis rokok ini juga bisa memicu terjadinya gangguan kesehatan bagi para pengguna, maupun orang yang berada di sekitarnya.
Jadi, mulai sekarang lebih bijak lagi dalam memilih dan menggunakan suatu produk ya Ma, Pa!
Baca juga:
- Apa Itu Popcorn Lung Penyakit Paru Akibat Vape atau Rokok Elektrik
- Berdampak Buruk, Dokter Menentang Keras Penggunaan Vape!
- WHO Minta Seluruh Negara Larang Vape Beraroma atau Perasa