WHO Terbitkan Pedoman dan Rekomendasi Tangani Pasien Cacar Monyet
Semoga pedoman dan rekomendasi ini bisa meredakan wabah cacar monyet di seluruh dunia
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kasus cacar monyet atau monkeypox telah tembus 1000 kasus, hal tersebut menjadi salah satu perhatian dunia. Dikutip dari stasiun berita CNBC Internasional, penyakit cacar monyet saat ini sudah ditemukan di 29 negara non-endemik dalam satu bulan terakhir sejak Mei 2022.
Organisasi kesehatan dunia atau WHO turut prihatin atas situasi pasien cacar monyet. Apalagi virus tersebut bisa menular kepada kelompok rentan seperti ibu hamil dan anak-anak.
WHO menyampaikan bahwa saat ini sedang dikembangkan pedoman sementara terkait penanganan cacar monyet, sebagai upaya mendukung negara-negara dalam mencegah penyebaran cacar monyet.
Berikut Popmama.com telah merangkum informasi terkait pedoman yang diterbitkan WHO dalam pencegahan dan penanganan cacar monyet.
1. Pedoman mengenai cacar monyet dari WHO
Melalui video yang dibagikan, Dr. Rosamund Lewis sebagai pakar WHO menjelaskan terkait pedoman cacar monyet. Beberapa pedoman yang perlu diketahui masyarakat, antara lain:
- Sebagian besar kasus cacar monyet diyakini ringan, WHO menginstruksikan untuk memastikan ketika memutuskan merawat dan mengisolasi penderita cacar monyet di rumah, maka harus yang terinfeksi ringan dan tanpa komplikasi di lingkungan rumah.
- Harus memberikan perhatian ekstra ketika membuang limbah yang terkontaminasi penderita cacar monyet.
- Kesehatan mental penderita cacar monyet harus terus dipantau, karena beberapa kali penderita mengalami diskriminasi atas penyebaran virus
- Penderita cacar monyet disarankan untuk tidak melakukan hubungan seksual sampai pulih yang ditandai dengan keropeng yang jatuh dan terbentuknya kulit baru di bawahnya
- Pasien yang berisiko tinggi mengalami komplikasi seperti anak kecil, ibu hamil dan mereka yang mengalami imunosupresi atau mereka dengan infeksi berat atau rumit harus dirawat di rumah sakit. Tujuannya agar bisa dilakukan pemantauan lebih dekat dan perawatan klinis di bawah tindakan pencegahan isolasi yang tepat untuk mencegah penularan.
- Bayi baru lahir dari mama yang terinfeksi harus dipantau secara konstan, dan praktik pemberian makan bayi, termasuk apakah akan menghentikan menyusui untuk mama yang terinfeksi virus, harus dinilai berdasarkan kasus per kasus.
2. Gejala sedang, namun bisa saja menularkan
Menurut Dr. Rosamund, kebanyakan orang yang tertular virus cacar monyet tidak memiliki gejala parah.
Meski begitu, WHO menyebutnya berisiko sedang karena virus menyebar ke lokasi yang sebelumnya tidak dilaporkan. Hal tersebut yang mengkhawatirkan.
Tujuan WHO membuat pedoman dan rekomendasi tersebut supaya seseorang yang terpapar cacar monyet bisa secara mandiri memahami berbagai risikonya sendiri.
3. WHO tidak merekomendasikan vaksinasi massal
Menurut kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan meskipun kasus cacar monyet tinggi, namun tidak ada kematian yang tercatat akibat dari cacar monyet.
Vaksin yang tersedia pun dalam persediaan terbatas dan WHO tidak merekomendasikan dilakukannya vaksinasi massal.
Tedros, menambahkan bahwa sangat disayangkan bahwa komunitas internasional baru sekarang memperhatikan penyakit ini, bahkan ketika cacar monyet telah membunuh orang di Afrika selama beberapa dekade.
Tetap jaga kesehatan diri sendiri dan keluarga ya, Ma.
Baca juga:
- Kasus Cacar Monyet Meningkat Lagi, Mungkinkah Tertular ke Bayi?
- Cacar Monyet Kian Mengkhawatirkan, Tembus 1.000 Kasus Lebih
- Waspada! Kasus Cacar Monyet Sudah Terdeteksi di Singapura