TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

China Dilanda Suhu Panas Ekstrem hingga Lebih dari 36 Derajat

China harus bersiap menghadapi rekor suhu tinggi tahun ini

Pexels/Pixabay

Sejumlah kota di China telah mengeluarkan peringatan panas ketika negara itu bersiap menghadapi rekor suhu tinggi tahun ini. Suhu udara ibu kota Beijing diperkirakan mencapai lebih dari 36 derajat Celcius pada Senin (15/5/2023).

Kota-kota padat penduduk seperti Jinan, Tianjin, dan Zhengzhou, juga diprediksi lonjakan suhu hingga 37 derajat Celcius, dilansir dari Reuters.

Gelombang panas telah melanda beberapa bagian negara China sejak Maret. Provinsi Yunnan yang terkenal dengan cuacanya yang sejuk pun belum lama ini menghadapi suhu lebih dari 40 derajat Celcius.

Berikut Popmama.com telah merangkum informasi mengenai China yang terkena gelombang panas. 

1. Kemarau berdampak ke sektor pertanian

Pexels/Quang Nguyen Vinh

Gelombang panas sporadis yang terjadi menjelang musim panas ini juga sangat mengkhawatirkan sektor pertanian.

Kerusakan tanaman dapat meningkatkan harga pangan, memperburuk inflasi dan membebani ekonomi China yang berusaha bangkit dari keterpurukan usai kebijakan nol-Covid selama tiga tahun dicabut.

Stasiun penyiaran CCTV melaporkan, daerah Yunan pada tahun ini hanya mendapatkan curah hujan setinggi 35mm hingga 20 April. Sementara itu, curah hujan di ibu kota Provinsi Kunming menjadi yang terendah, yaitu kurang dari 8mm.

Cuaca panas pun berdampak terhadap berkurangnya cadangan air. Tahun lalu, suhu tinggi yang berlangsung selama dua bulan menyebabkan sungai-sungai besar dan saluran air mengering di China.

2. Beban listrik meningkat akibat cuaca panas

Popmama.com/Onic Metheany

Dengan adanya jutaan rumah yang menyalakan AC selama musim panas yang ekstrem ini, maka situasi pasokan listrik menjadi semakin ketat di seluruh negara.

China Energy News telah mengutip Lembaga Penelitian Energi Jaringan Negara melaporkan bahwa provinsi tengah, timur, dan barat daya China cenderung mengalami kekurangan listrik selama periode permintaan puncak.

Oleh sebab itu, Beijing telah berupaya meningkatkan produksi batu bara, yang masih menjadi sumber listrik utamanya.

Dilansir dari Bloomberg, pemerintah juga telah menyetujui perluasan pembangkit listrik menggunakan bahan bakar secara besar-besaran. Banyak di antaranya akan digunakan secara maksimal pada saat pasokan listrik menipis. 

Menurut Nannan Kou, seorang analis di Bloomberg NEF, krisis listrik nasional tampaknya tidak mungkin terjadi lantaran masih banyaknya persediaan batu bara saat ini.

3. El Nino berpotensi menambah panas

Freepik/evening_tao

Pakar cuaca mengatakan, cuaca ekstrem yang kini melanda banyak kawasan di Asia disebabkan oleh pemanasan global.

Dikutip dari CNA, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memprediksi fenomena cuaca El Nino kemungkinan akan kembali akhir pada tahun ini. Adapun hal tersebut berpotensi memicu naiknya suhu secara global dan kemungkinan munculnya rekor panas baru.

"Perkembangan El Nino kemungkinan besar akan mengarah pada lonjakan baru pemanasan global dan meningkatkan kemungkinan memecahkan rekor suhu," kata Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas.

WMO memperkirakan kemungkinan terjadinya El Nino pada akhir Juli adalah sebesar persen 60 persen dan pada akhir September sebesar 80 persen.

Mengutip USGS, El Nino mengacu pada pemanasan permukaan laut di atas rata-rata yang biasa terjadi di bagian tengah dan timur Samudra Pasifik. Fenomena ini biasa dikaitkan dengan peningkatan suhu panas di seluruh dunia, serta kekeringan dan hujan lebat di beberapa tempat lainnya. El Nino terakhir kali terjadi pada 2018-2019.

Begitulah informasi terkait cuaca panas yang melanda China. Semoga tidak berdampak besar terhadap masyarakatnya dan aspek lainnya, ya.

Baca juga:

The Latest