Jelajah Gizi Kuliner Legendaris Kota Solo, Ada Resep Kerajaan Mataram!
Kota Solo terkenal dengan makanan-makanan lezat. Ada yang sudah dikelola oleh generasi ke-4!
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Resep turun temurun dan usaha keluarga yang bertradisi menjadi kekuatan kuliner klasik dari Surakarta atau Kota Solo.
Meski sudah diturunkan oleh generasi penerus, resep dapur makanan-makanan klasik ini tidak berubah.
Keberlanjutan ini yang membuat kuliner Kota Solo menjadi legenda di kalangan pelanggannya. Ketika resep diturunkan ke generasi pengusaha makanan, cerita kelezatannya juga menurun dikalangan pelanggannya.
Popmama.com bersama Danone Indonesia dan Citilink mengunjungi beberapa tempat makan legendaris Kota Solo ini.
Dalam rangkaian acara yang diberi judul Jelajah Gizi, Popmama.com juga mengulik bahan-bahan makanan beserta kandungan gizinya.
Tempat makan legendaris yang dikunjungi antara lain:
1. Serabi Notosuman Ny. Lidia yang dikelola generasi ke-4
Notosuman adalah nama sepenggal jalan di Kota Solo. Di tempat inilah serabi Notosuman lahir. Kini jalan yang berganti nama menjadi Jalan Ahmad Yamin itu terdapat beberapa penjual serabi.
Mereka semua adalah keturunan Hoo Geng Hok dan Tan Giok Lan yang mulai berjualan serabi sejak tahun 1932. Ada toko terbesar yaitu Serabi Notosuman Ny. Handayani dan Serabi Notosuman Ny. Lidia.
Kakak beradik ini memiliki resep serabi yang sama warisan orangtuanya. Hanya warna kertas pembungkusnya yang membedakan. Serabi Ny. Lidia dibungkus kertas berwarna hijau, sedangkan Ny. handayani dibungkus kertas warna oranye.
Serabi adalah kue berbahan dasar tepung beras, gula, dan santan. Adonan dipanggang di atas mangkuk ceper tanah liat dengan bara kompor. Hanya dua rasa yang dijual yaitu original dan cokelat yang membedakan hanyalah bubuhan meses di atas serabi.
Serabi Notosuman memiliki tektur lembut dan manis. Serabi ini juga memiliki ciri khas yaitu digulung daun pisang saat disajikan.
Popmama.com mengunjungi toko Serabi Notosuman Ny. Lidia di acara Jelajah Gizi Danone Indonesia dan Citilink.
Yohanes Krismanto, generasi keempat Serabi Notosuman menjelaskan bahwa untuk mempertahankan cita rasa warisan nenek moyangnya, hingga kini serabi buatannya hanya memakai tepung dari beras jenis cendani yang ditumbuk sendiri.
Prof. Ir. Ahmad Sulaeman, MS, PhD, Pakar Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor, mengatakan serabi adalah makanan yang bisa menyumbangkan energi dengan segera karena kandungan karbohidrat yang cukup tinggi.
“Serabi seringkali menjadi camilan. Ini baik jika dimakan dalam jumlah yang terkontrol karena kalorinya cukup tinggi,” kata Ahmad Sulaeman.
2. Tengkleng dan Sate Kambing Pak Manto dipimpin generasi ke-2
Pak Manto alias Sumanto adalah pengusaha kuliner legendaris di Kota Solo. Sejak tahun 1990, Pak Manto mengolah daging kambing dan iga kambing untuk menjadi sate, rica, dan tengkleng.
Warung Pak Manto di Jalan Honggowongso, Solo terkenal hingga kini bahkan sudah memiliki lebih dari 50 cabang di seluruh Indonesia.
Novita, anak pertama Pak Manto menjadi penerus setelah ayahnya meninggal.
Ia mengatakan bahwa dalam sehari, ratusan kilo daging kambing diolah di dapurnya untuk semua pengunjung.
Menu unggulannya selain sate kambing adalah tengkleng kuah santan kuning, tengkleng bumbu rica, sate buntal, dan oseng sumsum.
Ahmad Sulaeman mengatakan bahwa olahan daging kambing baik sebagai sumber protein. Protein tinggi dari daging dan sumsum lebih mudah diserap oleh tubuh. Selain sebagai sumber protein, daging dan sumsum juga memberikan asupan zat besi.
“Untuk terapi kesehatan, daging sangat baik dimakan. Namun, tentu saja, pengolahannya harus tepat. Daging harus benar-benar matang untuk menghindari kontaminasi bakteri di daging termakan,” kata Ahmad Sulaeman.
3. Legenda Nasi Liwet Wongso Lemu di tangan generasi ke-4
Nasi Liwet Wongso Lemu adalah menu populer langganan artis dan pejabat. Nasi gurih dengan santan kental, sayur labu, dan potongan ayam kampung suwir adalah menu utamanya. Sebagai tambahan, disajikan tahu dan tempe bacem serta ceker ayam kampung dan kerupuk aci.
Nasi Liwet Wongso Lemu adalah usaha yang dirintis oleh Mbah Karso sejak tahun 1950. Usaha itu kemudian dilanjutkan oleh Mbah Wongso, anaknya.
Karena fisik Mbah Wongso yang gemuk, maka ketika nasi liwet racikan Mbah Karso ini ternama, disebut sebagai Nasi Liwet Wongso Lemu (gemuk).
Setelah itu, Mbah Wongso mewariskan resep kepada anaknya, Parmi, dan kini resep diturunkan ke generasi ke-4 Mbah Karso yaitu Bu Bayan.
Nasi liwet resep warisan keluarga ini pertama kali berjualan di Jalan Keprabon (kini Jalan Teuku Umar) sehingga sering juga disebut sebagai Nasi Liwet Keprabon.
Menu sederhana ini disebut Ahmad Sulaeman sebagai menu pengganjal perut yang pas ukurannya.
Namun, untuk mendapatkan gizi maksimal, satu porsi nasi liwet harus ditambah pelengkap yaitu tahu dan tempe. “Dengan tambahan itu, menu akan semakin sehat,” demikian komentar Ahmad Sulaeman.
4. Camilan Karak Bratan Mbah Sastro dilestarikan generasi cicit
Camilan ini sudah diekspor ke banyak negara. Tahukah mama, bahwa kerupuk yang dinamakan karak bratan ini asalnya dari nasi?
Di kawasan Bratan, karak buatan Mbah Sastro adalah yang paling tua. Pembuatannya diawali di zaman penjajahan Jepang.
Mbah Sastro memanfaatkan limbah nasi bekas yang ia campur dengan bleng dan ditumbuk hingga menjadi padat.
Setelah padat dan bisa dibentuk, adonan dipotong sangat tipis kemudian dijemur di bawah sinar matahari. Setelah kering, karak digoreng dan menjadi camilan renyah yang gurih.
Pak Rudi adalah cicit dari mbah Sastro pencipta karak yang ditemui Popmama.com dalam perjalanan Jelajah Gizi.
Pak rudi, penerus resep keluarga mengungkapkan karak terenak adalah dengan meramu beras jenis IR 64 dengan sedikit beras ketan dan bumbu lainnya.
Bleng atau pengawet masih digunakan dengan pemantauan langsung dari Departemen Kesehatan dan Departemen Industri.
Untuk proses pengeringan karak yang telah diiris tipis masih sangat tradisional yaitu dengan memakai panas sinar matahari sebab menurut pak Rudi, mengeringkan karak dengan oven, hasilnya tidak enak.
“Camilan sejenis kerupuk bisa menambah nafsu makan. Namun tentu saja tidak boleh dimakan dalam jumlah berlebihan,” komentar Ahmad Sulaeman.
5. Resep warisan Raja Mataram di Pura Mangkunegaran
Di dalam Pura Mangkunegaran ada restoran viral bernama Pracima Tuin. Restoran ini hanya menyajikan menu warisan Pura Mangkunegaran yang biasa disantap keluarga kerajaan.
Meski demikian, menurut Gusti Raden Ajeng Ancillasura Marina Sujiwo, makanan ditampilkan menueut selera kekinian. “Misalnya untuk platting (penempatan di piring) dan ada rasa yang disesuaikan dengan selera global,” kata Ancillasura.
Chef utama Pracima Tuin, Chef Raja, mengadaptasi resep warisan leluhur dengan cara pengolahan dan penyajian yang kekunian.
“Resep Dendeng Age adalah yang tersulit diadaptasi. Membutuhkan waktu enam bulan riset untuk akhirnya menemukan cita rasa yang pas untuk semua lidah,” kata Chef Raja.
Popmama.com mendapatkan kesempatan menikmati 10 resep khas Pura Mangkunegaran yang disediakan di Praciman Tuin.
Di antaranya adalah Dendeng Age yang dibuat dari daging sapi yang dimarinasi adalah menu wajib Pura Mangkunegaran sejak zaman Kerajaan Mataram.
“Menu di Pracima Tuin ini adalah menu yang memiliki gizi lengkap. Komposisi protein dengan karbohidrat dan serat di dalam setiap makanannya sangat menunjang pola hidup sehat,” kata Ahmad Sulaeman.
Hah, jika Mama mendapat kesempatan menikmati kuliner legendaris di Kota Solo, Mama ingin makan dimana nih?
Baca juga:
- 5 Rekomendasi Kuliner Malam Surabaya, Makanan Enak yang Buka 24 Jam!
- 11 Rekomendasi Hidden Gems Kuliner di Kawasan Pecinan Glodok
- 5 Kuliner Malam Enak di Jogja, Asyik Buat Nongkrong Bareng Keluarga