Kasus COVID-19 Meningkat di Indonesia, Ada Dua Gejala Baru Terdeteksi
Terdapat dua gejala COVID-19 baru yang patut disadari oleh masyarakat Indonesia
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tahun 2024 telah tiba, namun tampaknya kasus Covid-19 masih menjadi permasalahan umum yang terjadi di tengah masyarakat Indonesia. Sejak Desember 2023, terdapat peningkatan kasus Covid-19.
Berdasarkan laman Infeksi Emerging milik Kemenkes, per tanggal 6 Januari 2024, total kasus yang terkonfirmasi COVID mencapai 361 orang di Indonesia. Meski total kematiannya rendah, tetap saja masyarakat dianjurkan untuk tetap waspada dan menerapkan protokol kesehatan seperti yang sempat dilakukan dulu.
“Kasus ditemukan secara tidak sengaja, pada mereka yang hendak menjalani tindakan medis. Ternyata ditemukan COVID,” ujar dr. Imran Pambudi MPHM, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI, saat acara 'Bincang Akhir Tahun Ngobras dan Kemenkes tentang Info Kesehatan Terkini', Selasa (19/12/2023).
Kasus ini jelas membutuhkan perhatian semua pihak serta kerjasama pemerintah dan masyarakat untuk menangkal penyebarannya agar tidak semakin meluas.
Lantas, apakah Covid-19 yang kini beredar di masyarakat sama urgennya seperti pandemi dulu? Bagaimana sebaiknya masyarakat bersikap? Simak ulasannya telah Popmama.com siapkan.
1. Kasus COVID dapat meningkat lebih besar jika terjadi mutasi virus
dr. Imran menjelaskan, angka kejadian dan kematian akibat COVID kemungkinan besar dapat meningkat bila terjadi mutasi virus seperti saat pandemi dulu.
“Dulu yang paling ganas itu strain Delta. Lalu, strain berubah jadi Omicron. Kasus-kasus yang terjadi sekarang disebabkan oleh virus turunan dari Omicron. Sifatnya lebih cepat menular, virulensi tinggi, tapi fatalitasnya rendah atau tidak ganas,” papar dr. Imran.
Kendati begitu, masyarakat Indonesia disarankan untuk tetap waspada.
“Kita terus memantau perkembangan. Sekarang kita menggunakan sentinel ILI (influenza-like illness) di FKTP dan SARI (severe acute respiratory illness) di RS,” jelas dr. Imran.
2. Pentingnya menggunakan masker sebagai langkah pencegahan
Untuk cara pencegahannya, tak berbeda jauh seperti saat pandemi dulu. Meski aturan wajib masker sudah dicabut, dr. Imran mengimbau masyarakat untuk senantiasa mengenakan masker saat berada di tempat umum, terutama bagi mereka yang sakit.
“Kalau sedang sakit ya kita perlu pakai masker atau sebisa mungkin jangan bepergian. Setidaknya pakai masker biar nggak nularin ke orang lain, apalagi jika sedang berada di tempat crowded. Menggunakan masker itu upaya kita agar tidak menularkan penyakit ke orang lain,” ungkapnya.
Selain mampu mencegah penularan penyakit, menggunakan masker juga dapat melindungi kita dari penyakit lain yang bisa ditularkan melalui udara. Ini dapat menjadi langkah yang efektif dalam mengendalikan penyebaran penyakit.
“Jangan lupa juga untuk cuci tangan serta protokol kesehatan lain yang bisa dilakukan. Meski nggak harus menggunakan masker, tapi nggak ada salahnya untuk berjaga-jaga,” tambahnya.
3. Orang dengan gejala mild disarankan untuk tidak keluar rumah
Mild cold-like symptoms merupakan gejala seperti pilek, sakit kepala, kelelahan, bersin-bersih, hingga sakit tenggorokan yang penyebabnya adalah virus Covid-19 varian Omicron.
Bagi seseorang yang mengalami gejala mild, memang tidak ada keharusan bagi mereka untuk melakukan isolasi mandiri. Namun, dr. Imran menyarankan untuk tidak keluar rumah terlebih dahulu agar penyakit yang dideritanya tidak menular ke orang lain.
“Sebenarnya tidak ada keharusan untuk isolasi bagi yang memiliki gejala mild. Tapi, sebaiknya tidak keluar rumah terlebih dahulu agar tidak menyebarkan penyakit ke orang lain,” jelas dr. Imran.
4. Kasus Covid-19 varian JN.1 terus bertambah, termasuk di Indonesia
Terbaru, Kemenkes RI mengonfirmasi temuan kasus Covid-19 varian JN.1 sublineage dari Omicron BA.2.86 yang diyakini sudah mulai beredar di sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Laporan tersebut tidak jauh berbeda dengan banyak negara lain yang kembali mencatat adanya lonjakan kasus COVID imbas varian JN.1. Varian tersebut memiliki karakteristik lebih menular dibanding Covid-19 jenis lainnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi mengklasifikasikan varian JN.1 sebagai 'variant of interest' (VoI) atau varian virus SARS-CoV-2 yang mempunyai kemampuan genetik dapat memengaruhi karakteristik virus.
Kendati demikian, varian tersebut diklaim tidak akan menimbulkan banyak ancaman terhadap kesehatan masyarakat. Pasalnya, tingkat fatalitas dan kematian yang disebabkan varian itu pun tidak tinggi.
5. Kesulitan tidur dan kecemasan menjadi gejala Covid-19 yang baru
Ditemukan dua gejala Covid-19 baru yang mengintai masyarakat luas, yaitu kesulitan tidur dan terjadinya kecemasan.
"Dalam data terakhir Badan Pusat Statistik terungkap, selain gejala-gejala yang biasa dilaporkan oleh penderita COVID sebelumnya, seperti pilek, batuk, sakit kepala dan lemas, ada juga yang mengaku mengalami kesulitan tidur dan kecemasan juga," The Mirror melaporkan mengutip dari ONS Inggris.
Pandemi telah dikaitkan dengan adanya peningkatan stres, kecemasan, dan ketidakpastian yang menyebabkan peningkatan gangguan tidur. Meningkatnya stres dan kecemasan dapat memicu seseorang mengalami insomnia.
Sehingga, menyulitkan orang tersebut untuk tertidur dengan nyenyak yang berdampak pada kualitas tidur. Maka dari itu, tidur yang cukup sangat penting untuk memperoleh sistem kekebalan tubuh yang sehat.
Semoga informasinya membantu ya, Ma!
Baca juga:
- Awas! Covid-19 Varian JN.1 Terus Bertambah Saat Libur Nataru 2023
- Kisah Pilu Park Bomi, Anaknya Usia 15 Bulan Meninggal karena Covid-19
- Singapura Laporkan Kenaikan Kasus Covid-19 Akibat Varian JN.1