Yuni Shara Ajak Anak dan Mantan Suami ke Psikolog, Ada Apa?
Ketahui juga beberapa tanda bahwa anak mama harus dibawa ke psikolog!
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Demi mengurus kedua anak lelakinya, Yuni Shara dan Henry Siagaan tak segan untuk turun tangan langsung. Perceraian yang terjadi diantara mereka tak lantas membuat keduanya kehilangan kekompakan.
Salah satunya saat anak pertama mereka Cavin membutuhkan konsultasi dengan psikolog. Rupanya sejak kecil Yuni dan Henry rutin membawa kedua anaknya tersebut ke psikolog untuk mengetahui kondisi emosi dan psikologis keduanya.
Belum lama ini, rupanya Cavin baru berkonsultasi dengan psikolog terkait perkembangan, bakat, minat dan emosinya. Kedua orangtuanya pun mendampingi, namun saat konsultasi Cavin hanya berdua dengan psikolog.
Sementara Yuni, Henry dan anak bungsunya, Cello, menunggu di luar. Mereka dengan sabar menunggu Cavin berkonsultasi, meski orangtuanya bercerai keluarga ini tampak sangat hangat.
Hal ini terlihat dari foto yang diunggah Yuni di akun Instagramnya.
"Sejak anak-anak kecil kami sering melakukan konsultasi dengan psikolog untuk mengetahui perkembangan juga bakat, minat dan emosi anak-anak. Pagi ini waktunya kami berempat berkonsultasi. Dan di foto ini kami bertiga sedang nunggu abang Cavin yang sedang ingin ngobrol sendiri tanpa boleh didengar kami," tulis Yuni pada keterangan fotonya di Instagram pada Sabtu (08/08/2020) yang lalu.
Meski hingga kini membawa anak ke psikolog masih menjadi hal yang tabu, namun ini bisa menjadi inspirasi bagi orangtua yang bercerai untuk tetap menjaga kesehatan mental anak-anaknya.
Nah, agar tak salah langkah, berikut Popmama.com telah merangkum 7 tanda nyata bahwa anak mama harus segera dibawa ke psikolog.
1. Mengalami kesulitan dalam mengontrol emosi
Jika biasanya anak mama merupakan anak yang cerdas dan cekatan, namun tiba-tiba ia mulai tampak kesulitan dalam banyak hal, maka Mama sudah harus mulai curiga.
Jika di rumah, di sekolah, atau di lingkungannya, anak tampak kesulitan mengendalikan emosi, cenderung berperilaku buruk, seperti membantah guru, memukul saudara, atau tidak mendengarkan nasihat Mama, maka hal itu bisa menjadi pertimbangan Mama dalam mengambil tindakan.
2. Menghindar dari teman-temannya
Pertemanan mungkin akan berubah dari waktu ke waktu, namun umumnya anak menikmati berada di dalam kelompok pertemanan yang sebaya.
Namun, bagaimana jika anak mulai menghindari teman-temannya? Mama harus waspada, terutama jika ia sering mengatakan bahwa semua orang membencinya atau dia tidak punya teman.
Bisa jadi, ia sedang mengalami perundungan oleh teman-temannya hingga membuat mentalnya hancur.
3. Mengalami kemunduran perilaku
Anak-anak cenderung mengalami kemunduran dalam perkembangannya ketika mereka mengalami perubahan besar dalam hidup, seperti kelahiran saudara baru, pindah rumah, atau perceraian orangtua.
Namun, jika anak suka mengompol, tak mau ditinggal, merengek, ketakutan berlebihan, dan marah-marah tanpa ada perubahan apapun yang dialaminya, atau perilaku ini terjadi terus-menerus setelah perubahan besar terjadi, maka ini menandakan adanya masalah.
Tetap waspada dan kontrol terus anak mama!
4. Sering menangis tanpa sebab
Semua anak terkadang menangis, itu adalah luapan emosi anak yang normal. Namun, memangis tanpa sebab ketika akan berangkat ke sekolah bisa menjadi sebuah tanda bahwa anak mengalami masalah.
Jika sudah begini, jangan paksa ia untuk melakukan apa yang Mama mau, apalagi dibarengi dengan bentakan. Sebaiknya, bicarakan hal ini pada anak dari hati ke hati agar ia lebih terbuka pada Mama.
5. Kebiasaan tidur berubah dan nafsu makan berkurang
Perhatikan kebiasaan tidur anak. Jika anak mengalami sulit tidur atau sering mimpi buruk yang terjadi terus-menerus, bisa saja ini adalah tanda bahwa anak sedang mengalami masalah.
Makan terlalu banyak atau terlalu sedikit dibandingkan biasanya juga perlu Mama waspadai. Apalagi jika perubahan nafsu makan juga disertai sakit kepala atau sakit perut. Hal ini bisa menjadi tanda anak mengalami depresi.
6. Pernah menyakiti diri sendiri
Mungkin inilah hal yang paling sulit untuk Mama hadapi, yaitu anak terkadang membenturkan kepalanya ke benda-benda, menancapkan kuku ke dalam kulitnya, atau memukul dirinya sendiri tanpa bermaksud melukai diri sendiri. Ini bisa menunjukkan bahwa anak merasa tidak bahagia, sehingga dia menyakiti dirinya sendiri.
Jika sudah begini, Mama harus cepat-cepat membawa anak ke psikolog untuk mendapatkan penanganan khusus.
7. Sering berbicara tentang kematian
Hal normal jika anak bicara soal kematian dan penasaran dengan konsep kematian. Namun, jika pembicaraan tentang kematian ini terus berulang, maka Mama harus waspada.
Perhatikan setiap pernyataan tentang bunuh diri dalam bahasa anak atau tentang membunuh orang lain. Setiap pembicaraan soal mengakhiri hidup seperti ini membutuhkan pertolongan seorang ahli segera.
Nah, itulah ketujuh tanda bahwa anak mama sudah harus dibawa ke psikolog. Semoga bermanfaat dan semoga dapat membuka pikiran banyak orang terhadap peran psikolog yang amat penting untuk membantu menjaga kesehatan mental.
Baca juga:
- Adu 14 Gaya Busana Hingga Makeup Krisdayanti & Aurel yang Nyaris Sama!
- Menikah dengan Bule, Ini 7 Potret Bahagia Mantan Istri Raul Lemos
- 7 Produk Kecantikan yang Viral di TikTok, Ampuh dan Wajib Coba!