Ashanty Kembali Masuk RS, Anang Hermansyah Kirimkan Doa Saat Menjuri
Ashanty idap autoimun, ketahui 3 fakta penting tentang kondisi ini!
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setelah didiagnosa mengalami autoimun, kini penyanyi Ashanty kembali dirawat di rumah sakit.
Sang Suami, Anang Hermansyah pun menjadi tak fokus saat menjadi juri di salah satu ajang pencarian bakat.
Tak hanya itu, pada acara tersebut Anang pun turut mendoakan kesehatan sang Istri.
"Buat istriku, mudah-mudahan kamu lihat acara ini. Kita mendoakan kamu cepat sembuh dan punya kekuatan," ujar Anang yang di amini oleh seluruh penonton yang ada di studio MNC, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, pada Senin (18/11/2019) malam.
Hal tersebut bermula ketika rekan juri lain, yakni Ari Lasso menduga bahwa Anang kurang konsentrasi pada malam itu.
Bukan tanpa sebab, Anang diketahui telah dua kali salah berucap. Pertama, menyebut nama Maribeth saat memberikan komentar kepada kontestan Mirabeth.
Kemudian, menyebut 'prestati', bukan 'prestasi'. Meski begitu, Ari Lasso mencoba untuk memaklumi Anang.
"Mas Anang mungkin rada nggak konsen, karena istrinya lagi dirawat di Rumah Sakit, mudah-mudahan cepat sembuh," ungkap Ari.
Ya, Ashanty diketahui tengah dirawat di Rumah Sakit Pondok Indah. Dikutip dari Instagram story-nya, Ashanty melontarkan pertanyaan seputar prosedur endoskopi.
"Ada yang tahu biopsi dan endoskopi di usus sakit nggak sih?" tanya Ashanty.
Mengetahui hal tersebut, warganet pun memberikan doa untuk kesembuhan istri dari Anang tersebut.
Ya, kurang lebih satu bulan yang lalu, Ashanty telah didiagnosis mengalami autoimum. Penyakit tersebut membuat sistem kekebalan tubuhnya tidak berfungsi dengan baik atau dapat menyerang tubuh sendiri.
Nah, untuk mengetahui lebih dalam lagi seputar kondisi autoimun yang juga dialami oleh Ashanty, berikut Popmama.comtelah merangkum 3 informasi pentingnya.
1. Ada 14 jenis autoimun, apa perbedaaanya?
Dilansir dari laman Health Line, sebenarnya ada lebih dari 80 jenis penyakit autoimun yang berbeda.
Namun, berikut adalah 14 jenis kondisi autoimun yang paling umum terjadi:
- Diabetes tipe 1
Pada diabetes mellitus tipe 1, sistem kekebalan tubuh seseorang akan menyerang dan menghancurkan sel-sel yang memproduksi insulin di pankreas.
Hasil gula darah yang tinggi nantinya dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, serta organ-organ lain seperti jantung, ginjal, mata, dan saraf.
- Rheumatoid arthritis (RA)
Pada rheumatoid arthritis (RA), sistem kekebalan tubuh akan menyerang sendi. Serangan ini menyebabkan kemerahan, kehangatan, nyeri, dan kekakuan pada persendian.
Tidak seperti osteoartritis, yang biasanya menyerang orang-orang ketika mereka semakin tua, RA dapat terjadi sedini mungkin, yakni seseorang yang berusia 30 tahunan atau lebih muda dari itu.
- Psoriasis atau radang sendi psoriatik
Sel-sel kulit biasanya tumbuh dan kemudian luruh ketika mereka tidak lagi dibutuhkan.
Pada kasus ini, psoriasis menyebabkan sel-sel kulit berkembang biak terlalu cepat, sehingga sel-sel ekstra menumpuk dan membentuk bercak merah yang meradang.
Hingga 30 persen penderita psoriasis juga mengalami pembengkakan, kekakuan, dan nyeri pada persendian mereka. Jenis penyakit ini disebut arthritis psoriatik.
- Multiple sclerosis
Multiple sclerosis (MS) merusak selubung mielin, yakni lapisan pelindung yang mengelilingi sel-sel saraf yang ada di sistem saraf pusat.
Kerusakan pada selubung mielin dapat memperlambat kecepatan pengiriman pesan antara otak dan sumsum tulang belakang ke dan dari seluruh tubuh.
Kerusakan ini dapat menyebabkan gejala seperti mati rasa, lemah, masalah keseimbangan, dan kesulitan berjalan.
Penyakit ini datang dalam beberapa bentuk dan berkembang pada tingkat yang berbeda.
Menurut sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2012 lalu, sekitar 50 persen orang dengan MS membutuhkan bantuan berjalan dalam waktu 15 tahun setelah kondisi ini terjadi.
- Systemic lupus erythematosus (SLE)
Walaupun dokter di tahun 1800-an pertama kali menggambarkan lupus sebagai penyakit kulit karena ruam yang timbul, namun sebenarnya lupus sendiri dapat memengaruhi banyak organ, termasuk persendian, ginjal, otak, dan jantung.
Beberapa gejala yang mungkin terjadi adalah nyeri sendi, kelelahan, dan ruam.
- Penyakit radang usus
Inflammatory bowel disease (IBD) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi yang menyebabkan peradangan pada lapisan dinding usus.
Setiap jenis IBD memengaruhi bagian saluran pencernaan yang berbeda. Kondisi yang satu ini dapat memengaruhi bagian mana pun dari saluran pencernaan, baik dari mulut hingga anus.
- Penyakit addison
Penyakit addison memengaruhi kelenjar adrenal, yang menghasilkan hormon kortisol dan aldosteron serta hormon androgen.
Jika terlalu sedikit kortisol di dalam tubuh, maka hal tersebut dapat memengaruhi cara tubuh menggunakan dan menyimpan karbohidrat dan gula (glukosa).
Sedangkan jika kekurangan aldosteron, maka tubuh akan kehilangan natrium dan kelebihan kalium dalam aliran darah.
Gejalanya meliputi kelemahan, kelelahan, penurunan berat badan, dan gula darah rendah.
- Penyakit graves
Penyakit graves menyerang kelenjar tiroid di leher hingg menyebabkannya produksi hormon yang terlalu banyak.
Hormon tiroid dapat mengendalikan penggunaan energi tubuh, yang dikenal sebagai metabolisme.
Terlalu banyak hormon yang satu ini dapat meningkatkan aktivitas tubuh, menyebabkan gejala seperti gugup, detak jantung yang cepat, intoleransi panas, dan penurunan berat badan.
Salah satu gejala potensial penyakit ini adalah mata menonjol, yang disebut exophthalmos.
Hal ini juga dapat terjadi sebagai bagian dari apa yang disebut oftalmopati graves, yang terjadi pada sekitar 30 persen dari mereka yang memiliki penyakit graves, menurut sebuah studi tahun 1993 silam.
- Sindrom sjögren
Kondisi ini menyerang kelenjar yang menyediakan pelumasan untuk mata dan mulut.
Gejala utama sindrom sjögren adalah mata kering dan mulut kering, tetapi juga dapat memengaruhi sendi atau kulit.
- Tiroiditis hashimoto
Pada tiroiditis hashimoto, produksi hormon tiroid melambat hingga menjadi defisiensi.
Gejalanya termasuk kenaikan berat badan, kepekaan terhadap dingin, kelelahan, kerontokan rambut, dan pembengkakan tiroid (gondok).
- Myasthenia gravis
Myasthenia gravis memengaruhi impuls saraf yang membantu otak mengendalikan otot.
Ketika komunikasi dari saraf ke otot terganggu, sinyal tidak dapat mengarahkan otot untuk berkontraksi.
Gejala yang paling umum adalah kelemahan otot yang memburuk saat beraktivitas dan akan membaik jika diistirahatkan.
- Vaskulitis autoimun
Vaskulitis autoimun terjadi ketika sistem kekebalan menyerang pembuluh darah.
Peradangan yang terjadi mempersempit pembuluh darah dan arteri, sehingga lebih sedikit darah yang mengalir melaluinya.
- Anemia pernisiosa
Kondisi ini menyebabkan kekurangan protein, yang dibuat oleh sel-sel lapisan perut, yang dikenal sebagai faktor intrinsik yang diperlukan agar usus kecil menyerap vitamin B-12 dari makanan.
Tanpa adanya vitamin ini, seseorang akan mengalami anemia, dan kemampuan tubuh untuk sintesis DNA yang tepat akan diubah.
Anemia pernisiosa lebih sering terjadi pada orang dewasa yang sudah tua.
- Penyakit celiac
Orang dengan penyakit celiac tidak dapat mengonsumsi makanan yang mengandung gluten, protein yang ditemukan dalam gandum, gandum hitam, dan produk biji-bijian lainnya.
Ketika gluten berada di usus kecil, sistem kekebalan menyerang bagian saluran pencernaan ini dan menyebabkan peradangan.
Sebuah studi di tahun 2015 mencatat bahwa penyakit celiac memengaruhi sekitar 1 persen orang di Amerika Serikat.
Sejumlah besar orang telah melaporkan sensitivitas gluten, yang bukan penyakit autoimun, tetapi dapat memiliki gejala yang sama seperti diare dan sakit perut.
2. Tes yang dilakukan untuk mendiagnosis autoimun
Tes antibodi antinuklear (ANA) seringkali menjadi salah satu tes pertama yang dilakukan oleh dokter ketika pasiennya menunjukkan gejala penyakit autoimun.
Jika hasil tes positif, berarti kamu sedang menghadapi kondisi autoimun. Meski begitu, tes tersebut tidak akan mengonfirmasi dengan pasti apakah kamu benar-benar mengidapnya ataukah tidak.
Untuk itu, dokter mungkin akan melakukan tes non-spesifik untuk memeriksa peradangan yang dihasilkan oleh kondisi ini di dalam tubuh.
3. Bagaimana cara mengatasi autoimun?
Perawatan tidak dapat menyembuhkan penyakit autoimun, tetapi kamu dapat mengontrol respon imun yang terlalu aktif untuk menurunkan peradangan atau setidaknya mengurangi rasa sakit.
Obat yang digunakan untuk mengobati kondisi ini meliputi:
- obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID), seperti ibuprofen (Motrin, Advil) dan naproxen (Naprosyn)
- obat penekan kekebalan tubuh
Selain obat-obatan, perawatan khusus juga harus dilakukan untuk meredakan gejala autoimun seperti rasa sakit, bengkak, kelelahan, dan ruam kulit.
Tak hanya itu, mengonsumsi makanan yang seimbang dan berolahraga teratur juga dapat membantumu merasa lebih baik.
Nah, itulah ketiga informasi penting terkait autoimun yang dialami oleh istri Anang Hermansyah, Ashanty.
Semoga cepat pulih, ya!
Baca juga:
- Tidak Sama, Kenali Perbedaan Alergi dan Autoimun
- Masih Kecil, Arsy Hermansyah Anak Ashanty Sudah Semakin Gemar Berhijab
- Sulit Tidur & Mudah Cemas, Ashanty Didiagnosa Idap Penyakit Autoimun