Agar Lancar, KPPPA Perkuat Mental Calon Pekerja Migran Perempuan
Pelatihan ini diharapkan bisa memperkuat mental dan rasa percaya diri calon PMI
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Fenomena tingginya antusiasme masyarakat Indonesia menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) masih menyisakan banyak permasalahan.
Terutama bagi PMI perempuan, baik terkait isu ketenagakerjaan, ekonomi, atau kesehatan. Semua permasalahan tersebut disebabkan karena minimnya kesiapan mental Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI).
Saat masih di Indonesia merasa tekad sudah bulat untuk berangkat bekerja di negara orang. Begitu merasakan kondisi di sana, jauh dengan keluarga dan bertemu dengan adat serta budaya berbeda, maka tidak sedikit yang langsung ingin pulang kembali ke tanah air.
Meningkatkan mental Calon PMI perempuan, terutama mental psikologis sangatlah penting. Ini adalah cara agar mereka bisa professional, mandiri, dan tidak mudah dieksploitasi.
“Semakin banyak pengiriman PMI ke luar negeri, maka semakin besar pula tanggung jawab Negara untuk memberikan perlindungan bagi mereka. Permasalahan tidak sekadar pada isu ketenagakerjaan. Namun banyak permasalahan lain seperti majikan bermasalah, penganiayaan, pelecehan, perkosaan, maupun kekerasan lainnya."
Demikian ungkap Deputi Perlindungan Hak Perempuan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Vennetia R. Danes saat membuka “Pelatihan Penguatan Mental Calon Pekerja Migran Perempuan Indonesia (CPMI)” yang berlangsung pada 3 – 5 Desember 2018 di Bogor.
"Bahkan ketahanan keluarga mereka juga menjadi terancam karena beresiko pada perselingkuhan dan perceraian sehingga pemenuhan hak anak mereka juga terabaikan," pungkasnya.
Ini tentu menjadi sebuah permasalahan, bukan hanya untuk satu orang saja, bahkan untuk seluruh anggota keluarga.
"Hidup dalam situasi kultur yang sangat berbeda juga merupakan salah satu tantangan tersendiri dalam menyiapkan PMI. Goncangan kultural (cultural shock) merupakan masalah yang tidak mudah bagi siapapun untuk melaluinya, terutama PMI yang selama ini memiliki keterbatasan,” ungkapnya.
1. Data Pekerja Migran Indonesia
Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM/OIM) kantor misi di Indonesia mencatat pada 2015 jumlah PMI yang berhasil dibantu sejumlah 7.193 orang dengan perbandingan 5.876 perempuan dan 1.317 laki-laki.
Dalam catatan tersebut, satu korban dapat melaporkan lebih dari satu masalah, sehingga dari 20 jenis kasus, total laporan kasus yang diterima mencapai 61.518 kasus.
Sementara, data dari Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) pada 2016 PMI yang mengalami permasalahan ada 4.756 orang dengan 3.221 orang diantaranya adalah PMI perempuan dan 1.535 orang adalah PMI laki-laki.
Tingginya laporan kasus tersebut tidak hanya karena kesalahan dari pengguna jasa, namun terdapat faktor internal yang menyebabkan lemahnya posisi tawar PMI perempuan dalam memperjuangkan hak-haknya.
Semua permasalahan tersebut banyak dialami oleh PMI yang bekerja di sektor informal atau sebagai PLRT (Penata Laksana Rumah Tangga).
2. Lemahnya jaminan perlindungan untuk PMI perempuan
Pada sektor ini jaminan perlindungan terhadap mereka di negara di mana mereka ditugaskan masih lemah.
“Masih tingginya laporan kasus – kasus terkait eksploitasi PMI di luar negeri membuat Pemerintah terdorong untuk melakukan pelatihan-pelatihan untuk mempersiapkan PMI dan mulai menambah porsi bahan ajar tentang penyiapan mental PMI."
"Penyiapan PMI terutama dari sisi mental psikologis perlu ditingkatkan, sehingga PMI lebih percaya diri dan profesional serta siap menghadapi berbagai tantangan terkait pekerjaan dan situasi kondisi kehidupan di luar negeri."
Kami berharap “Pelatihan Penguatan Mental Calon PMI” dapat meningkatkan kapasitas dan memperkuat mental para calon PMI sebelum ditempatkan di Negara tujuan,” tutup Vennetia.
3. Pelatihan penguatan mental calon PMI
Pelatihan Penguatan Mental CPMI telah dilakukan sejak 2015 dan memperlihatkan hasil evaluasi yang positif dari para peserta.
Mereka menyukai metode atau cara yang digunakan pada pelatihan tersebut. Hingga saat ini, alumni Pelatihan Penguatan Mental CPMI masih sering berbagi pengalaman dan memberikan kabar kepada para fasilitator.