Kumpulan Fakta Vaksin Covid-19 yang akan Dikirim ke Indonesia
Ada baiknya Mama mencari tahu informasi terkait vaksin Covid-19 sebelum hadir di Indonesia
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pemerintah Indonesia tengah mempersiapkan vaksin Covid-19 untuk masyarakat Indonesia. Rencananya, pemerintah akan memasok vaksin mulai November 2020.
Sementara ini, vaksin Covid-19 masih dalam proses uji klinis fase 3 yang dilakukan oleh tim peneliti uji klinis fase 3 bersama tim Bio Farma di Bandung dan dijadwalkan akan rampung pada Januari 2021.
Selanjutnya, jika uji klinis tersebut telah selesai, Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir, menyatakan akan melaporkan hasilnya kepada Badan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk mendapat izin Emergency Use Authorization (EUA).
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI Achmad Yurianto, menambahkan bahwa vaksin tersebut juga nantinya harus menerima surat izin dari Kementerian Agama dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) terkait kehalalan.
Supaya Mama mengetahui lebih banyak soal vaksin tersebut, Popmama.com telah merangkum dari berbagai sumber mengenai fakta-fakta vaksin Covid-19 yang akan dikirim ke Indonesia berikut ini.
1. Ada 3 kandidat vaksin Covid-19 buatan Cina untuk Indonesia
Pemerintah Indonesia memiliki 3 kandidat vaksin Covid-19 buatan Cina, yaitu Sinovac, Sinopharm, dan CanSino.
Sinovac merupakan vaksin yang dikembangkan dengan metode inaktivasi oleh perusahaan bioteknologi asal Cina. Inaktivasi merupakan metode pembuatan vaksin dengan menggunakan jenis virus yang sudah mati.
Sementara Sinopharm, dikembangkan dengan memanfaatkan virus covid-19 yang sudah dilemahkan (inactivated vaccine).
Ketua China National Pharmaceutical Group (Sinopharm), Liu Jingzhen, mengatakan bahwa kandidat vaksin yang telah melewati uji klinis fase 1 dan fase 2 ini tidak menunjukkan adanya dampak buruk pada manusia.
Untuk CanSino atau Ad5-nCoV, dikembangkan oleh perusahaan biofarmasi spesialis vaksin di Cina, yaitu CanSino Biologics Inc bersama tim yang dipimpin pakar penyakit menular dari militer Cina, Chen Wei.
Vaksin Ad5-nCoV dibuat dengan menggunakan versi adenovirus yang dilemahkan sebagai sarana untuk memasukkan protein lonjakan virus corona ke dalam tubuh.
2. Masih belum ada vaksin Covid-19 yang lolos uji klinis
Dari ketiga vaksin Covid-19 yang dilakukan uji klinis, yaitu Sinovac, Sinopharm, dan CanSino, hingga saat ini belum ada satupun yang dinyatakan lolos. Sebab, hasilnya diperkirakan baru keluar Januari 2021.
Saat ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Majelis Ulama Indonesia (MUI) beserta Kementerian Agama masih memastikan keamanan dan kehalalan dari ketiga vaksin yang dibuat oleh Cina.
Namun, Kemenkes telah menargetkan penyuntikan pertama pada November 2020. Hal ini, menyebabkan beberapa pakar merasa khawatir.
Menurut Prof. Dr. Kusnandi Rusmil, yang merupakan Ketua Tim Uji Riset Vaksin Covid-19, Universitas Padjajaran, Bandung, sebaiknya pemerintah menunggu pengiriman vaksin hingga Januari 2021 karena kandidat vaksin belum selesai proses uji klinis.
Hal senada disampaikan oleh Ahli Epidemiologi dan Kesehatan Masyarakat dari Universitas Indonesia, dr. Pandu Riono. Baginya, hingga saat ini belum ada vaksin karena yang dibeli pemerintah masih menjadi kandidat. Ia khawatir kalau itu hanya trik dagang, semacam sistem ijon.
Bahkan, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) turut meminta pemerintah untuk menggunakan vaksin Covid-19 yang telah lulus uji klinis fase 3.
Ketua Satgas Covid-19 IDI Zubairi Djoerban, ingin supaya vaksin yang digunakan di Indonesia nanti, aman (tidak menyebabkan komplikasi dan tidak membuat jadi sakit) dan efektif (berhasil membuat orang yang divaksinasi menjadi kebal terhadap Covid-19).
Ia menambahkan bahwa hingga saat ini belum ada satu pun vaksin di dunia yang telah memenuhi uji klinis fase 3. Menurut standar di seluruh dunia saat ini, vaksin baru terbukti aman dan efektif jika sudah lolos uji klinis fase 3.
Meskipun begitu, BPOM mengatakan bahwa sampai sekarang tidak ada efek samping berat terhadap para relawan vaksin tersebut.
3. Urutan prioritas penerima vaksin Covid-19 di Indonesia
Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Airlangga Hartarto menyatakan bahwa total ada 160 juta orang yang akan mejadi sasaran penerima vaksin Covid-19.
Hal itu berdasarkan prioritas sasaran penerima vaksin yang merujuk kepada Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi.
Berikut susunan urutan yang menjadi prioritas penerima vaksin Covid-19 di Indonesia.
1. Tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan menjadi prioritas utama karena berisiko tinggi terpapar Covid-19. Tenaga kesehatan yang berada di rumah sakit rujukan dan melayani pasien Covid-19 menjadi yang pertama disuntik.
2. Petugas kesehatan pemeriksa spesimen
Selanjutnya, petugas kesehatan yang berada di laboratorium rujukan, tempat pemeriksaan spesimen Covid-19. Ini sangat dimaklumi karena paling berisiko bahaya, sebab mereka berhadapan langsung dengan virusnya, bukan pasiennya.
3. Tenaga kesehatan yang melacak kontak
Berikutnya, tenaga kesehatan yang melakukan pelacakan kontak (contact tracing) untuk mencari kasus-kasus Covid-19 yang baru.
Ini merupakan kelompok yang sangat berisiko terhadap paparan Covid-19 dan menjadi sakit. Jumlah kelompok ini, kalau dihitung keseluruhannya kira-kira hampir 2 jutaan orang.
4. Para pelaksana tugas kenegaraan
Kemudian, para pelaksana tugas kenegaraan, seperti Polri, TNI, dan Satpol PP. Mereka yang melakukan tugas seperti operasi yustisi kepatuhan protokol kesehatan juga memiliki risiko besar terpapar Covid-19.
5. Para pekerja di bidang pelayanan umum
Para pekerja di bidang pelayanan umum atau public service yang memberikan layanan terhadap pengguna jasa di bandara, pelabuhan, atau tempat umum lainnya. Mereka adalah kelompok-kelompok di depan yang berhadapan dengan publik.
6. Masyarakat dan perangkat daerah
Setelah priotas pertama selesai, prioritas kedua akan diberikan kepada masyarakat, seperti tokoh agama atau tokoh masyarakat, perangkat daerah (kecamatan, desa, RT/RW), serta sebagian pelaku ekonomi sebanyak 5,6 juta orang.
7. Tenaga pendidik
Lalu, prioritas ketiga akan diberikan kepada seluruh tenaga pendidik (PAUD/TK, SD, SMP, SMA, dan Sederajat Perguruan Tinggi) dengan jumlah 4,3 juta orang.
8. Aparatur pemerintah
Prioritas yang keempat akan ditujukan bagi aparatur pemerintah (Pusat, Daerah dan Legislatif) dengan total 2,3 juta orang.
9. Peserta BPJS penerima PBI
Untuk prioritas kelima, vaksin akan disuntikkan kepada para peserta BPJS Penerima Bantuan Iuran (PBI) sebanyak 86 juta orang. Ditambah, masyarakat yang rentang usianya 19-59 tahun sejumlah 57 juta orang.
4. Dosis vaksin Covid-19 yang akan diberikan kepada masyarakat Indonesia
Sinovac menyanggupi 3 juta dosis vaksin hingga akhir Desember 2020 dengan pengiriman 1,5 juta dosis vaksin (single dose vials) pada minggu pertama November dan 1,5 juta dosis vaksin (single dose vials) lagi pada minggu pertama Desember 2020.
Sinovac juga akan mengirimkan 15 juta dosis vaksin dalam bentuk bulk. Dan pengiriman untuk 2021, Sinovac akan membawakan 125 juta (dual dose).
Sinopharm akan mengirim 15 juta dosis vaksin (dual dose) selama tahun 2020 berjalan. Dan, sebanyak 5 juta dosis akan mulai dikirimkan pada November 2020. Sinopharm akan mengusahakan 50 juta dosis (dual dose) untuk dikirim ke Indonesia pada 2021.
Tidak sebanyak dua vaksin sebelumnya, untuk pengiriman November 2020, CanSino hanya menyanggupi 100 ribu dosis vaksin (single dose). Baru pada 2021, sanggup mengirimkan 15-20 juta dosis (single dose).
Dalam hal ini, single dose berarti satu orang hanya membutuhkan satu dosis vaksinasi, sedangkan dual dose membutuhkan dua kali vaksinasi untuk satu orangnya.
5. Harga vaksin Covid-19 yang akan hadir di Indonesia
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, memastikan pemerintah tak akan membebani masyarakat dengan harga vaksin yang terlalu tinggi.
Diungkapkan oleh Honesti, harga vaksin Covid-19 dari Sinovac di Indonesia berada pada kisaran 200 ribu rupiah per dosisnya.
Mengenai harga vaksin Sinopharm, Yurianto mengatakan belum mendapat harga yang pasti dari pengembang untuk Indonesia. Setelah mengetahui angka tepatnya, baru akan diajukan anggarannya kepada Kementerian Keuangan.
Dan, untuk vaksin CanSino, Yurianto mengaku telah mengantongi harga namun tidak menyebutkan besarannya.
Baca juga:
- Urutan Prioritas Vaksin Covid-19 yang Mulai Diberikan November 2020
- Denda 5 Juta untuk Warga DKI yang Tolak Swab Test dan Vaksin Covid-19
- BPOM Katakan Uji Coba Vaksin Tak Ada Efek Samping Berat bagi Relawan