Waspada, Pola Asuh Hyper Parenting Bikin Anak Tak Bahagia
Kenali dampak dan cara mengatasinya ya, Ma!
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Memiliki anak sehat dan memiliki karakter yang terbaik tentu menjadi idaman banyak orangtua. Anak-anak pun ingin kedua orangtuanya mengasuh mereka dengan penuh cinta dan kasih sayang agar menciptakan keluarga yang bahagia.
Namun, terkadang dalam penerapan pola asuh tanpa disadari ada beberapa sikap yang sedikit melenceng hingga menganggu perkembangan psikologis anak dan membuat mereka tidak bahagia. Bahkan ada orangtua yang terlalu mengekang dan menuntut anak-anaknya, sehingga berdampak buruk pada perkembangan mereka.
Salah satu yang menjadi perhatian banyak orang yakni hyper parenting sebagai sebuah penerapan pola asuh kurang terkontrol dan dicap berlebihan.
Apa itu Hyper Parenting?
Hyper parenting adalah sebuah penerapan pola asuh yang seringkali dilakukan di luar kontrol, meskipun orangtua memiliki tujuan agar anak-anaknya bisa memiliki pencapaian terbaik. Dalam pola pengasuhan hyper parenting, orangtua hanya ingin anaknya terlihat sempurna dan dituntut sukses tanpa memikirkan perasaan anak.
Padahal tuntutan dengan terus menganggap anak dapat menganggu kesehatan mentalnya. Tanpa disadari hyper parenting yang dilakukan pada anak-anak yang sudah sekolah dapat membuat mereka tidak bebas bermain karena waktunya dihabiskan untuk les serta kegiatan tambahan lainnya.
Sama seperti pola asuh lainnya tipe hyper parenting pun memiliki ciri-ciri tersendiri, seperti:
- Orangtua memiliki rasa cemas berlebihan terhadap sesuatu yang sedang dialami oleh anaknya. Dalam tipe ini, orangtua seolah ingin selalu memastikan si Kecil tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang dilarang olehnya.
- Orangtua sangat detail seperti harus mengetahui dan memastikan kondisi anak-anaknya setiap saat.
- Orangtua mudah sekali frustasi dan menganggap dirinya gagal dalam mendidik ketika perkembangan anaknya tidak sesuai keinginan.
- Orangtua seringkali berperilaku tidak masuk akal dengan meminta anak melakukan berbagai kegiatan tanpa melihat kondisi tubuhnya.
Dengan berbagai perilaku yang diperlihatkan orangtua melalui hyper parenting, tanpa disadari pelan-pelan dapat mengganggu perkembangan anak. Perlu diketahui bahwa hyper parenting yang dilakukan orangtua dapat membuat anak merasa kelelahan secara emosi, sosial dan fisik.
Tak hanya itu, hyper parenting dapat meningkatkan depresi pada anak dan membuatnya kurang percaya diri setiap kali ingin berpendapat. Sebelum hyper parenting terus terjadi dan berdampak buruk, maka perkembangan anak semakin lama akan terganggu.
Untuk mengatasi penerapan hyper parenting agar tidak terjadi di rumah, kali ini telah merangkumnya Popmama.com beberapa tipsnya. Semoga bisa membantu ya, Ma.
1. Berikan kesempatan anak memiliki keleluasaan dalam menentukan pilihannya
Setiap orang memiliki pilihan tersendiri, termasuk anak-anak. Sebuah pilihan juga bisa membantu anak berproses dalam hidup sebagai sebuah pembelajaran.
Jika biasanya, Mama berusaha langsung menentukan pilihan anak tanpa pernah mengerti perasaannya maka ini perlu diubah. Sesekali perbolehkan anak untuk menentukan pilihannya sendiri karena memang mereka berhak mendapatkan hak tersebut.
Meskipun anak diberikan kesempatan atas pilihannya, Mama tetap perlu hadir untuk mengarahkan segala prosesnya. Pendampingan tetap diperlukan agar anak-anak mengerti kalau setiap pilihan selalu memiliki konsekuensi tersendiri.
2. Memperbolehkan anak untuk tetap bisa bersantai saat memiliki waktu luang
Anak-anak tidak akan pernah menyukai saat dirinya selalu banyak dituntut atau diminta melakukan berbagai hal yang tidak disukai.
Pola asuh tipe hyper parenting hanya akan membuat anak terkekang dan membuatnya mrasa tidak nyaman. Jika ini terus terjadi, maka dapat memicu anak mengalami kelelahan secara emosi hingga berdampak pada psikologisnya.
Untuk itu, Mama perlu sesekali memperbolehkan anak bersantai sejenak bila ada waktu luang. Waktu bersantai memang diperlukan anak untuk menciptakan kebahagiaan tersendiri melalui berbagai aktivitas kesehariannya termasuk saat ingin berkumpul dengan teman-teman di sekitar rumah.
3. Selalu hadir setiap kali anak sedang memiliki masalah
Sebagai orangtua, Mama perlu memberikan empati jika anak sudah mulai terlihat sedang bersedih. Sebuah tindakan sederhana tentu dapat memberikan arti yang besar untuk seorang anak, termasuk sebuah sentuhan seperti pelukan.
Memeluk anak saat sedang bersedih memang terkesan sederhana, namun rasa cinta yang diberikan orangtua kepada anak sangat besar dan mampu mengurangi tingkat stres. Ketika dirinya sudah merasa nyaman, maka secara tidak langsung anak-anak akan menganggap orangtua sebagai temannya sendiri.
Lalu bila anak sedang mengalami permasalahan pribadi, cobalah untuk menjadi pendengar yang baik agar dirinya mampu bercerita seluruh keluh kesahnya. Usahakan mendengarkan terlebih dahulu baru berkomentar agar anak merasa nyaman.
4. Meningkatkan kualitas waktu bersama anak
Jika Mama memiliki waktu luang, cobalah untuk meningkatkan kualitas hubungan bersamanya. Berikan waktu dengan menghabiskan berbagai kegiatan bersama seperti berolahraga, menonton film favorit hingga melakukan kegiatan yang menyenangkan bersama.
Perlu Mama ketahui dengan meluangkan waktu bersama, setidaknya anak-anak tidak akan terlalu sibuk dengan kegiatannya sendiri. Dengan menciptakan momen-momen kebersamaan, hubungan antara anak dan orangtua akan semakin berkualitas.
Bahkan dengan terciptakan waktu kebersamaan ini akan membantu hubungan antara orangtua dan anak tidak terlalu kaku.
5. Tetaplah menjadi contoh yang baik untuk anak
Perkembangan karakter seorang anak biasanya akan menyesuaikan dengan sikap yang diperlihatkan oleh orangtua. Untuk itu, orangtua sangat berperan untuk memberikan contoh terbaik setiap kali melakukan berbagai tindakan.
Perlu diingat bahwa karakter seorang anak akan terbentuk hingga dirinya beranjak dewasa, orangtua pun perlu menanamkan berbagai sikap positif agar anak tumbuh menjadi pribadi yang baik. Bila pola asuh yang diterapkan kepadanya membuatnya bahagia, maka suatu hari nanti anak mama akan cenderung melakukan hal serupa di keluarganya.
Itulah Ma, beberapa informasi mengenai hyper parenting mulai dari dampak hingga cara mengatasinya. Semoga dengan penjelasan ini, Mama pun semakin menyadari bahwa hyper parenting dirasa tidak cocok untuk perkembangan dan membentuk karakter anak yang baik.
Tetap semangat dalam mendidik anak ya, Ma.
Baca juga:
- Tanpa Membandingkan, Ini 5 Tips Pola Asuh untuk Anak Kedua
- Hati-hati, Kenali 7 Ciri Pola Asuh Toxic Parents yang Harus Dihindari
- Merawat Orangtua yang Sakit Menurut Ajaran Agama Islam