Bentuk Kisah Cinta Nabi Muhammad SAW dan Siti Khadijah
Kisah cinta sejati antara Nabi Muhammad SAW dan Siti Khadijah yang tidak lekang oleh waktu
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Di dunia ini, tak dapat dipungkiri bahwa semua orang mendambakan cinta sejati. Namun, terkadang bukannya cinta sejati yang ditemukan, melainkan hanya cinta yang hanya bersifat sementara dan berdasarkan nafsu sesaat.
Oleh karena itu, orang-orang banyak mencari referensi hubungan atau kisah cinta sejati dari orang yang terkenal, film, buku dan sebagainya. Mereka menjadikan referensi tersebut sebagai cara mereka untuk menemukan cinta sejati.
Akan tetapi, pernahkan kamu mendengar jalan cinta Nabi Muhammad SAW? Jika kamu ingin benar-benar tahu apa dan bagaimana bentuk dari cinta sejati, seharusnya kamu mengetahui kisah cinta Baginda Rasulullah SAW dengan istri pertamanya yang bernama Siti Khadijah binti Khuwailid bin Asad.
Kamu mungkin bertanya-tanya “Kok cinta sejati, kan menikah lagi?” Jangan terburu-buru untuk menyimpulkan, ya. Pada kesempatan kali ini, Popmama.com akan memberi tahu kamu kisah cinta Nabi Muhammad SAW dan Siti Khadijah secara lebih detail.
1. Nabi Muhammad SAW bekerja dengan Siti Khadijah
Awal pertemuan Nabi Muhammad SAW dan Siti Khadijah ialah ketika Siti Khadijah hendak merekrut seorang laki-laki sebagai mitra kerjanya. Pada kala itu, Nabi Muhammad SAW belum diangkat sebagai nabi.
Dalam perjalanan mereka sebagai pasangan kerja, Khadijah melihat Nabi Muhammad SAW sebagai sosok yang baik, jujur, dan patut diteladani. Dia pun tertarik dengan Nabi Muhammad SAW.
Pada perjalanannya itu, Khadijah menanyakan perilaku dari Nabi Muhammad SAW kepada salah satu pelayannya yang bernama Maisarah. Sang pelayan pun bercerita bahwa Nabi Muhammad SAW merupakan laki-laku yang paling baik dan lembut yang pernah ia temui.
Terlebihnya lagi, sang pelayan juga menyebut bahwa Nabi Muhammad SAW merupakan pasangan kerja yang sangat mumpuni dan bertanggung jawab dalam menjalankan pekerjaannya.
2. Menuju ke jenjang pernikahan
Dengan ketertarikannya pada Nabi Muhammad SAW, Khadijah meminta salah satu sahabatnya, Nafisah binti Munyah, untuk meminang Nabi Muhammad SAW.
Dikutip dari buku Bilik-bilik Cinta Muhammad, Nafisah datang dan berkata “Muhammad, aku Nafisah binti Munyah. Aku datang membawa berita tentang seorang perempuan agung, suci, dan mulia. Pokoknya ia sempurna, sangat cocok denganmu. Kalau kau mau, aku bisa menyebut namamu di sisinya."
Pada saat itu, selisih umur Nabi Muhammad SAW dan Khadijah terpaut 15 tahun dengan Khadijah yang lebih tua. Nabi Muhammad SAW pun tetap menerima pinangan tersebut.
Abu Thalib, paman Nabi Muhammad SAW telah mengatakan bahwa Muhammad pada kala itu bukanlah orang yang berharta. Namun, dengan berkeras hati, Siti Khadijah tetap ingin bersama Nabi Muhammad SAW.
3. Kehidupan rumah tangga yang sejati
Setelah menikah dan menjalin kehidupan rumah tangga, Nabi Muhammad SAW tidak pernah sama sekali berpoligami, besarnya cinta dari Nabi Muhammad SAW membuat Rasulullah tidak pernah memikirkan perempuan lain selain istrinya, Siti Khadijah.
Tak lama kemudian, Nabi Muhammad SAW diangkat dan diberikan wahyu. Khadijah menjadi orang pertama yang percaya kepada Allah SWT dan rasul beserta ajarannya.
Di setiap perjalanan Rasullah SAW untuk berdakwah, Khadijah tidak pernah tidak berada di sampingnya.
4. Akhir cinta sejati di dunia
Terlepas dari kesetiaannya bersama Rasulullah SAW selama 25 tahun, di umurnya yang ke-65 tahun, Khadijah wafat dan pergi dari dunia untuk selamanya. Cinta mereka mungkin berakhir di dunia, tetapi Nabi Muhammad SAW tidak pernah melupakan Siti Khadijah.
Pada suatu waktu, ketika Nabi Muhammad SAW melihat kalung yang biasa dipakai oleh Khadijah, Rasulullah pun menangis. Setelah menikah lagi dengan Aisyah, Nabi Muhammad SAW pun masih sering menyebut nama Khadijah di depan Aisyah.
Dikarenakan sering menyebut namanya, Aisyah pun cemburu dan bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, “Mengapa engkau masih menyebut-menyebutnya, sedang Allah telah menggantikannya untukmu siapa yang lebih baik?” Kemudian, Nabi Muhammad SAW pun bersabda “Tidak, Demi Allah! Aku tidak memperoleh ganti yang lebih baik darinya”
Di dalam HR Bukhari dan Muslim, disebutkan bahwa Aisyah berkata ”Tidak ada rasa cemburuku terhadap salah seorang dari istri Nabi SAW yang melebihi rasa cemburuku terhadap Khadijah, padahal aku tidak pernah bertemu dengannya. Akan tetapi, rasa cemburuku timbul karena Nabi SAW seringkali menyebutnya.”
Rasa cinta Rasulullah tidak pernah habis kepada Khadijah meskipun mereka telah berpisah. Inilah kisah cinta sejati, kisah cinta Nabi Muhammad SAW dan Siti Khadijah.
Dari kisah di atas, sudah dapat dipastikan bahwa cinta mereka ialah cinta sejati. Cinta mereka tidak memandang umur, harta, tidak pernah meninggalkan satu sama lain, dan tidak berhenti hanya karena salah satunya pergi dari dunia.
Kisah ini menjadi pembelajaran untuk kita bahwasannya cinta sejati itu tidaklah dipilih dari pandangan saja. Namun, yang terpenting adalah bagaimana orang tersebut memperlakukan kita sebagai orang yang ia cintai.
Baca juga:
- Kisah Cinta Nabi Adam dan Siti Hawa, Terpisah selama Ratusan Tahun
- Kisah Cinta Nabi Yusuf dan Zulaikha, Cinta yang Datang di Waktu Tepat
- Kisah Fakhitah, Cinta Nabi Muhammad SAW yang Kandas