Kisah Cinta Zainab dan Abul Ash bin Rabi, Disatukan oleh Iman
Kisah cinta Zainab, anak pertama Rasulullah SAW, dengan Abul Ash yang seorang laki-laki Quraisy
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Di dalam kehidupan percintaan, banyak orang yang mendambakan kisah-kisah cinta yang mengharukan serta romantis. Kisah-kisah cinta itu pun menginspirasi kita sebagai makhluk yang memiliki rasa untuk mencintai.
Kisah-kisah cinta ini tidak hanya berasal dari cerita fiksi, tetapi juga berasal dari kisah sejarah-sejarah di dunia. Untuk umat Muslim, pastinya tahu kisah-kisah cinta pada zaman Nabi Muhammad SAW.
Salah satu kisah yang sangat mengharukan ialah kisah cinta Zainab dan suaminya yang bernama Abul Ash bin Rabi. Namun, hanya sedikit dari kita yang mengetahui kisah cinta anak perempuan dari Nabi Muhammad SAW ini.
Untuk kamu yang belum mengetahui tentang kisah cinta yang mengharukan sekaligus penuh dengan kesetiaan ini, Popmama.com akan menceritakan tentang kisah cinta Zainab dan Abul Ash bin Rabi kepada kamu.
1. Awal pertemuan keduanya
Abul Ash bin Rabi merupakan pedagang dari kaum Quraisy yang tak pernah berhenti pulang pergi antara Makkah dan Syam. Oleh karena itu, banyak masyarakat yang mengandalkan kemampuan berdagangnya dan menyerahkan harta mereka untuk diperdagangkan.
Abul Ash masih satu kaum dengan Siti Khadijah, istri Rasulullah SAW, dan sudah dianggap seperti anak sendiri oleh Khadijah. Abul Ash juga diperbolehkan tinggal di rumah Nabi Muhammad SAW. Baik Rasulullah SAW maupun Siti Khadijah sangat menyayangi Abul Ash.
Ketika Abul Ash cukup usia, Zainab putri dari Nabi Muhammad SAW dan Siti Khadijah pun dinikahkan dengan Abul Ash. Keduanya saling mencintai satu sama lain dengan kasih sayang yang tidak terbatas.
2.Tidak ingin berpisah
Pada saat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu dan diangkat menjadi rasul, Zainab menyampaikan hal ini kepada suaminya, Abul Ash. Abul Ash tidah sama sekali menyangkal kenabian Rasulullah SAW.
Akan tetapi, Abul ash tidak ingin beriman pada agama Islam pada waktu itu dan memilih untuk tetap setia dengan agama nenek moyangnya. Meskipun telah memantapkan keputusannya, Abul Ash tidak ingin berhenti mencintai Zainab.
Seiring waktu, pertentangan Rasulullah SAW dengan kaum Quraisy semakin meningkat. Pada akhirnya, Abul Ash diminta untuk menceraikan Zainab dan mengembalikannya kepada Nabi Muhammad SAW dan Siti Khadijah.
Abul Ash pun bersikeras menolak akan hal itu, dia terlalu mencintai istrinya dan tidak ingin berpisah dengannya. Rasulullah SAW yang telah menerima kembali kedua putri lainnya sungguh gembira dan berharap agar Abul Ash melakukan hal yang sama.
Namun, Rasulullah SAW tak kuasa untuk memaksa hal tersebut. Saat itu, belum ada hukum Islam yang mengharamkan pernikahan antara perempuan mukminah dan laki-laki musyrik.
3. Cinta abadi dalam perang badar
Pada perang badar (Surah Ali Imran: 123-126), perang yang melibatkan antara kaum Islam dan kaum Quraisy, Abul Ash menjadi salah satu dari 1000 prajurit Quraisy Makkah. Ia memerangi mertuanya sendiri, yakni Rasulullah SAW.
Zainab pada kala itu sangat khawatir kepada papanya, tetapi dia juga khawatir dengan suami tercintanya. Perang antara 303 muslim generasi awal melawan 1000 prajurit Quraisy itu akhirnya dimenangkan oleh kaum Muslim dan membuat Abul Ash tertangkap menjadi tawanan di Madinah.
Mengetahui hal ini, Zainab langsung bergerak pada kala itu dan menebus pembebasan sang suami. Zainab mengirimkan tebusan berupa harta dan seuntai kalung batu Onyx pemberian mamanya, Siti Khadijah.
Ketika Rasulullah SAW melihat kalung tersebut, pikiran beliau hanya tertuju pada sang istri dan anaknya. Nabi Muhammad SAW pun meminta persetujuan dari kaum Muslimin Madinah untuk penebusan tersebut.
Pada akhirnya, mereka setuju, Abul Ash dibebaskan dan kalung tersebut dibawa kembali oleh Zainab ke Mekkah. Dengan gembira, mereka berdua bertemu, tetapi pada waktu itu juga Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa iman telah memisahkan mereka dan menjadi batas mereka.
Zainab pun diminta untuk kembali ke Madinah. Dalam perjalanan tersebut, Zainab keguguran. Hal ini menambah kesedihan dalam hubungan antara Zainab dan Abul Ash.
4. Terpisah oleh iman dan disatukan oleh iman
Setelah enam tahun lamanya, Abul Ash akhirnya kembali lagi ke Madinah dalam urusan perdagangan. Namun, pada waktu itu, seluruh hartanya telah disita. Abul Ash pun diam-diam menemui Zainab pada malam hari dan meminta Zainab untuk memberi perlindungan.
Zainab pun menyetujui hal itu, dia sangat mencintai suaminya dan tidak mungkin untuk menolaknya. Abul Ash terselamatkan oleh istri tercintanya, dia pun pulang ke Mekkah untuk menyelesaikan amanatnya.
Namun, setelah kepulangannya, masih terharu dengan apa yang telah dilakukan istrinya, Abul Ash pun akhirnya memutuskan untuk masuk Islam. Segera dia pergi menyusul istrinya ke Madinah dan akhirnya mereka bersatu kembali.
Itulah kisah cinta yang sangat penuh dengan kesetiaan dan rintangan. Zainab dan Abul Ash terpisahkan oleh iman, tetapi dipersatukan kembali oleh iman.
Dari kisah cinta Zainab dan Abul Ash bin Rabi, kita bisa belajar tentang arti kesetiaan dan perjuangan dalam hubungan rumah tangga.
Baca juga:
- Kisah Cinta Nabi Sulaiman dan Keislaman Ratu Balqis menurut Al-Qur'an
- Kisah Cinta Nabi Adam dan Siti Hawa, Terpisah selama Ratusan Tahun
- 10 Kisah Cinta dalam Islam yang Menyentuh, Romantis dan Inspiratif