10 Kebiasaan Jelek yang Bisa Memperbesar Konflik Rumah Tangga
Kebiasaan jelek ini bisa memperkeruh keadaan saat bertengkar lho, Ma
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap pasangan suami istri pasti mengalami konflik di dalam rumah tangganya, meskipun mereka tampak selalu terlihat harmonis sepanjang waktu.
Konflik bisa menjadikan hubungan pernikahan lebih tumbuh karena saling belajar dalam menyelesaikan masalah. Kadang memang suami istri perlu mengalami perselisihan agar kedua pihak bisa menemukan solusi. Hal ini tentu lebih baik ketimbang menghindar dan lari dari setiap masalah yang sedang terjadi.
Namun, perhatikan beberapa hal yang harus diwaspadai saat bertengkar dengan pasangan. Jangan lakukan hal-hal berikut ini saat bertengkar karena bisa memicu konflik rumah tangga yang lebih besar.
Apa saja? Berikut telah Popmama.com rangkum terkait kebiasaan jelek yang bisa memperbesar konflik rumah tangga secara lebih detail.
Yuk, disimak untuk dijadikan pelajaran!
Deretan Kebiasaan Jelek yang Bisa Memperbesar Konflik Rumah Tangga
1. Melakukan gestur tubuh yang bisa memancing amarah pasangan
Saat bertengkar sebaiknya hindari gestur tubuh seperti menyilangkan lengan atau kaki, menunjuk dengan jari telunjuk, mengepalkan tangan, tertawa sinis sambil memutar mata dapat membuat pasangan semakin sensitif dan memicu amarahnya.
Saat bertengkar, cobalah duduk berhadapan dengan pasangan sambil melakukan kontak mata. Hal ini menunjukkan bahwa Mama siap mendengarkan semua keluhan pasangan.
Saat argumen mulai mereda, kalian bisa berpegangan tangan. Berikan pelukan saat ia sedang kesal atau menangis, tetapi lakukan sentuhan hanya jika ia siap untuk disentuh oleh Mama.
2. Merembet ke topik masalah yang lain saat bertengkar
Meskipun pertengkaran dipicu oleh satu topik, namun biasanya masalah akan merembet kemana-mana. Akhirnya kalian akan mulai berdebat tentang hal-hal lain yang tidak terkait.
Saat bertengkar tentunya kita selalu ingin mengungkit kesalahan pasangan di masa lalu. Namun, hal itu hanya akan memperkeruh keadaan saja karena kecil kemungkinan pasangan suami istri bisa mengatasi beberapa masalah sekaligus.
Sebaiknya pasangan fokus hanya pada topik yang dipermasalahkan saat itu saja. Jika salah satu diantara kalian mulai mengarah ke topik lain, kembalikan diskusi ke masalah utama.
3. Menyalahkan pasangan atas penyebab pertengkaran
Saat bertengkar tentunya kita pasti memiliki keinginan untuk membuktikan bahwa sebetulnya pasangan kita yang salah. Namun, jika suami memang terbukti salah sebaiknya Mama jangan menudingnya dengan jari telunjuk. "Ini semua salahmu!", kata-kata tersebut juga seharusnya tidak diucapkan saat sedang bertengkar.
Mama mungkin menang dalam pertengkaran ini, namun pada akhirnya hubungan kalian berdua semakin renggang.
Untuk mengatasi suami yang berbuat salah, Mama sebisa mungkin cobalah untuk bersabar dan memahaminya. Bersikaplah terbuka dan dengarkan cerita dari sudut pandangnya.
4. Mendiamkan pasangan selama berhari-hari
Saat kesal Mama mungkin tidak ingin berkomunikasi sama sekali dengan suami, bahkan sampai mengabaikan keberadaannya. Sikap ini disebut silent treatment. Pasangan melakukannya untuk menghindari konflik, bahkan menyatakan bahwa kita sedang marah atau bisa juga untuk memberi hukuman pada pasangan.
Apa saja alasannya, memberi perlakuan diam bukan cara yang tepat karena Mama dan suami tidak saling terbuka untuk membahas serta menyelesaikan konflik.
Jika Mama ingin melepaskan diri dari konflik yang memanas, alih-alih mendiamkan suami cobalah beri tahu mereka bahwa kamu perlu waktu untuk menenangkan diri. Setelah Mama cukup tenang dan bisa mengatur emosi dengan baik, kalian berdua bisa berdiskusi dengan kepala dingin.
5. Tidak mau mendengarkan argumen pasangan
Biasanya saat bertengkar, masing-masing ingin didengarkan tetapi tidak mau mendengarkan argumen pasangannya. Membantah dengan nada tinggi atau menyela saat pasangan sedang bicara dapat membuat konflik semakin memanas.
Sebaiknya kalian berdua menerapkan metode “5-5-5”, di mana Mama dan suami masing-masing membutuhkan waktu 5 menit untuk berbicara serta mendengarkan secara bergantian. 5 menit pertama Mama bicara dan suami mendengarkan, kemudian 5 menit selanjutnya giliran suami yang bicara dan Mama mendengarkan.
6. Bertengkar di tempat yang salah dan menggunakan media yang salah
Bertengkar di tempat umum seperti kantor atau rumah orangtua dapat membuat pertengkaran semakin besar karena melibatkan banyak pihak.
Selain itu, pertengkaran melalui pesan teks atau panggilan telepon juga dapat menyebabkan kesalahpahaman. Kita tidak dapat melihat ekspresi wajah dan bahasa tubuh pasangan, sehingga kita kesulitan memahaminya.
Ketika kalian bertengkar di tempat yang salah, sarankan pada pasangan untuk mendiskusikan masalah ini lebih lanjut nanti di tempat yang tertutup.
Sementara itu, jika kalian bertengkar lewat pesan teks atau telepon, lebih baik mintalah untuk bertemu langsung dan membicarakan masalahnya.
7. Menggunakan kata-kata kasar dan hinaan
Saat bertengkar pasti kita hilang kendali dan mengeluarkan kata-kata kasar tanpa disengaja. Sebaiknya hindari kebiasaan jelek ini jika tak mau menyesal nantinya.
Jangan terlalu berlarut-larut dalam emosi. Berpikirlah sebelum bicara. Ucapkan pendapat yang memang ada perlu diutarakan. Saling membalas dengan ata-kata kasar dan hinaan tidak akan bisa menyelesaikan konflik.
8. Mengancam pasangan dengan mengakhiri hubungan
Saat bertengkar sebaiknya jangan mengancam pasangan dengan kalimat-kalimat seperti ingin hubungan. Misalnya mama ingin mengatakan bahwa sikap suami berubah jadi semakin dingin. Namun Mama malah mengungkapkannya dengan nada mengancam seperti, "Aku tidak mau lagi tinggal bersama suami yang cuek! Kita cerai saja."
Hal ini hanya akan menambah drama yang tidak perlu dalam pertengkaran kalian. Pasangan yang merasa diancam juga membuatnya tidak bebas untuk mengekspresikan argumen, apalagi ketika hubungan rumah tangganya dipertaruhkan.
Sebaiknya berhati-hatilah saat berucap karena ketika bertengkar kita terbakar emosi, sehingga tidak dapat berpikir jernih.
9. Berdebat saat lelah atau lapar
Saat lelah dan lapar kita biasanya jadi sensitif. Oleh karenanya, jika Mama dan suami bertengkar saat kalian lelah dan lapar, itu artinya pertengkaran ini terjadi bukan karena kalian tidak cocok.
Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa seseorang dengan glukosa rendah (yang berasal dari makanan) menunjukkan perilaku lebih agresif terhadap pasangannya.
Pikirkan sejenak apakah kalian berdebat karena masalah tertentu atau karena kalian berada dalam keadaan sensitif yang rasanya ingin memulai perkelahian.
10. Selalu mengucapkan kata-kata seperti "Kamu selalu" dan " Kamu tidak pernah"
Dengan mengucapkan kata-kata ini, Mama seolah memberi tahu bahwa suami tidak pernah melakukan sesuatu dengan benar. Selain itu, Mama pun tidak yakin kalau ia bisa berubah. Hal ini justru akan membuatnya semakin tidak ingin melakukan yang terbaik untuk Mama karena selalu dianggap salah.
Mulai saat ini hindari menggunakan kata "selalu" dan "tidak pernah" saat berdebat. Jika ada hal yang membuat Mama kesal, jelaskan secara spesifik situasinya, seperti "Aku kesal karena kamu tidak datang ke pertunjukan anak kita hari ini di sekolahnya, padahal kamu sudah janji!"
Dengan cara ini, suami akan tahu di mana letak kesalahan mereka. Pasangan pun jadi punya keinginan untuk berubah dan memperbaiki kesalahannya.
Nah Ma, itulah beberapa hal yang sebaiknya tidak dilakukan saat bertengkar dengan suami. Selesaikan konflik rumah tangga di antara kalian dengan cara yang sehat ya!
Baca juga:
- 5 Cara Menghadapi Konflik Rumah Tangga Secara Sehat
- Cara Mengatasi Konflik dengan Pasangan Lewat Tawa dan Humor
- 5 Solusi Tepat Mengatasi Konflik dalam Rumah Tangga