Apa Itu Fenomena Gray Divorce? Ketahui Penyebabnya
Kasus-kasus ini kadang juga dikenal sebagai "empty-nest divorces" atau "silver separations"
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semakin banyak orang dewasa saat ini yang mendapati diri mereka berada dalam situasi di mana pernikahan telah kehilangan kilau dan maknanya. Ada banyak faktor yang memicu pernikahan seolah tidak harmonis dan kurang membahagiakan.
Di tengah kebingungan dan perasaan tidak bahagia, banyak dari mereka mulai mempertimbangkan opsi untuk mengakhiri pernikahan yang sudah berlangsung bertahun-tahun.
Dalam perkembangan ini, muncul konsep yang dikenal sebagai "gray divorce," yang merujuk pada fenomena bercerai di usia lanjut.
Namun, sebelum kamu memahami lebih jauh tentang gray divorce, mari mengetahui terlebih dahulu esensi dari fenomena ini yang memengaruhi banyak orang di usia dewasa.
Berikut ini Popmama.com akan membahas apa itu fenomena gray divorce serta penyebabnya. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, mari telusuri lebih dalam mengenai gray divorce.
Penasaran? Yuk, mari disimak!
Apa Itu Gray Divorce?
Secara definisi, gray divorce adalah bercerai setelah mencapai usia 50 tahun. Kasus-kasus ini kadang juga dikenal sebagai "empty-nest divorces" atau "silver separations."
Selama beberapa dekade terakhir, jumlah perceraian dalam populasi ini mengalami peningkatan dramatis. Fakta tersebut berdasarkan studi terbaru yang diterbitkan oleh National Center for Family & Marriage Research,
"Tingkat perceraian di antara orang dewasa berusia 50 tahun ke atas meningkat dua kali lipat antara tahun 1990 dan 2010," tulisnya.
Mengapa Gray Divorce Marak Terjadi?
Menurut laporan dari Nbcnews.com, satu dari empat orang yang bercerai di Amerika ketika berusia di atas 50 tahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, pasangan yang sudah menikah beberapa dekade bisa bercerai karena banyak faktor. Hal tersebut yang bisa menyebabkan kedua individu menjauh satu sama lain.
Ada beberapa faktor yang membuat pasangan sangat mungkin bercerai di usia yang sudah lanjut, antara lain:
- Rumah sudah kosong (Empty Nest): Setelah anak-anak dewasa dan tidak lagi tinggal serumah dengan orangtua, banyak pasangan merasa bahwa pernikahan mereka tidak lagi begitu kuat. Tidak heran jika pernikahan perlahan menjadi hambar dan akhirnya harus berpisah.
- Perceraian yang tertunda: Terkadang, pasangan menunda perceraian demi anak-anak mereka. Kehadiran anak-anak menjadi alasan untuk bertahan dalam pernikahan. Ini adalah situasi yang sering terjadi, termasuk di Indonesia. Akhirnya, pasangan menunggu sampai semua anak mereka dewasa, lalu baru kemudian bercerai karena dianggap sebagai opsi terbaik.
- Kehidupan karier menurun: Saat memasuki usia lanjut, banyak pasangan mengharapkan masa pensiun yang menyenangkan. Namun, beberapa dari mereka malah merasa ketidakpuasan karena berhenti dari rutinitas kerja mereka. Hal ini bisa menyebabkan ketidakcocokan dalam pernikahan.
- Kebutuhan finansial: Masalah finansial bisa menjadi penyebab gray divorce. Terutama jika hanya ada satu sumber pendapatan dalam rumah tangga, pasangan mungkin akan bertahan dalam pernikahan meskipun mereka tidak bahagia. Hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk menghidupi diri sendiri jika tergantung pada pasangan selama hampir seluruh masa pernikahan.
- Ketidakpuasan dalam rumah tangga: Gray divorce dapat terjadi karena ketidakpuasan dalam rumah tangga, terkadang akibat kehadiran orang ketiga yang merusak hubungan.
- Perubahan budaya: Perubahan budaya terkait peran dan gender juga dapat berkontribusi pada gray divorce. Dalam beberapa generasi sebelumnya, pandangan umum tentang pernikahan yang baik adalah ketika suami dan istri hanya melakukan peran mereka dengan baik. Namun, pandangan ini telah berkembang seiring waktu, dan pernikahan sekarang lebih kompleks dengan banyak tuntutan yang diletakkan pada suami dan istri.
Apa Dampak Gray Divorce?
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh IFStudies.org, dampak gray divorce sangat berbeda antara laki-laki dan perempuan, serta memengaruhi anak-anak. Berikut dampak yang perlu diperhatikan, yakni:
- Dampak bagi laki-laki: Setelah mengalami gray divorce, laki-laki cenderung tidak begitu dekat dengan anak-anak mereka yang sudah dewasa. Laki-laki mungkin kurang pandai mengekspresikan kedekatan secara verbal, tetapi masih bisa berhubungan dengan anak-anak melalui cara lain. Beberapa laki-laki sebagai seorang papa akan membantu anak-anaknya secara finansial.
- Dampak bagi perempuan dan anak: Bagi perempuan yang mengalami gray divorce, mereka lebih mungkin mendekatkan diri dengan anak-anak, tetapi mungkin tidak memberikan dukungan finansial yang sama seperti laki-laki. Perceraian bisa menciptakan ketegangan antara anak-anak dan orangtua. Anak-anak bisa saja mengalami kesulitan menerima situasi ini, bahkan sampai membuatnya merasa trauma.
Nah, itu tadi beberapa informasi mengenai pertanyaan "apa itu fenomena gray divorce?" beserta penyebab dan dampaknya. Jika dijadikan kesimpulan, fenomena gray divorce menggambarkan bercerainya pasangan setelah mencapai usia 50 tahun atau lebih.
Perceraian merupakan sebuah keputusan yang sulit bagi pasangan, tetapi dalam beberapa kasus, itu bisa menjadi solusi terbaik. Semoga informasi ini dapat menambah wawasan ya, Ma.
Baca juga:
- Hukum Hak Memperoleh Tunjangan oleh Istri Pasca Perceraian
- Bagaimana Aturan Pasal Pembagian Harta Gana-Gini setelah Bercerai?
- 10 Fakta tentang Cerai Gaib, Ceraikan Pasangan yang Pergi Tanpa Kabar