7 Fakta Keluarga Apriyani Rahayu, Mamanya Wafat saat Bertanding
Akrab disapa Apri, ia mendengar kabar duka mamanya meninggal saat di lapangan dan akan bertanding
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Apriyani Rahayu adalah atlet bulu tangkis yang pernah mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia meraih medali emas ganda putri pada Olimpiade 2020 Tokyo.
Prestasi tersebut membuat nama Apriyani Rahayu dan Greysia Polii populer. Ketika Greysia Polii memutuskan gantung raket, Apriyani masih aktif membela tanah air. Untuk bisa sampai di titik sekarang, Apriyani atau akrab disapa Apri atau Ani ini melewati banyak hal.
Dari pernah dihina hingga asalnya dari desa menjadi perhatian. Namun, dukungan dari kedua orangtuanya membawa perempuan kelahiran 29 April 1998 itu hingga di kariernya sekarang.
Kepergian mama dari Ani tahun 2015 lalu sempat membuatnya hampir putus asa, tetapi hal itu berhasil dilewati atlet ini.
Berikut Popmama.com rangkum informasi mengenai fakta keluarga Apriyani Rahayu, mamanya wafat saat tanding di Amerika Selatan.
1. Apriyani adalah anak petani dari desa di Sulawesi Tenggara
Apriyani Rahayu lahir di Lawulo, Sulawesi Tenggara pada tanggal 29 April 1998. Ia lahir dari pasangan Amirudin dan Siti Djauhar yang berprofesi sebagai petani.
Ia merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Menurut papanya, sejak dini ia aktif dan pemberani. Karena begitu aktif itu, papanya mendorongnya untuk mencoba olahraga bulu tangkis.
2. Papanya mendorong untuk bulu tangkis sejak usia 3 tahun
Kekuatan dan aktifnya Ani sejak balita membuatnya sudah mengenal raket sejak usia 3 tahun. Untuk awal-awal, sang Papa adalah pelatih pertamanya.
Mereka berlatih di lapangan buatan yang dibuat di kebun belakang rumah. Raketnya pun sangat sederhana karena hanya terbuat dari kayu dengan senar tali pancing.
Awal bermain bulu tangkis, Ani hanya bermain dengan raket bekas yang tidak layak. Ia menggunakan raket bekas sang Mama yang merupakan seorang mantan atlet bulu tangkis juga.
Apriyani baru mendapat raket setelah sang Papa mampu menjual sayuran dalam jumlah besar.
3. Dukungan sang Mama membawa Apriyani juara berbagai kompetisi lokal
Tidak hanya dari sang Papa, Ani juga didukung oleh sang Mama dari kecil untuk menjadi atlet bulu tangkis. Dari dukungan itu jadi salah satu faktor keberhasilan Apriyani saat ini.
Sang Mama selalu memberikan semangat kepada putrinya agar terus berlatih hingga permainannya berkembang. Nyatanya memang demikian. Semakin Apriyani bertumbuh kemampuan bulu tangkisnya juga selaras.
Hasilnya sepadan karena pada tahun 2005 Ani mengikuti kejuaraan bulu tangkis tingkat kecamatan dan menjuarainya. Di tahun 2006, ia juga mengikuti Porda sekaligus di tingkat nasional. Ia berhasil menyabet juara dua saat itu.
4. Awal berkarier, keluarga Apriyani pernah dihina dan dicemooh banyak orang
Semangat Ani untuk menjadi atlet tidak pernah mudah. Amirudin mengatakan, hinaan demi hinaan pernah ia dan keluarganya dapatkan karena mendukung mimpi sang Putri.
Namun, hinaan itu justru menjadi cambuk bagi dirinya utamanya Apriyani Rahayu. Sang Papa bersama mamanya justru semakin kuat memberi dukungan kepada anaknya.
Keyakinan Amirudin kepada anaknya tidak sia-sia. Ia begitu percaya Ani akan sukses menjadi atlet karena ia sudah memperlihatkan minat bulu tangkis sejak kanak-kanak.
5. Orangtuanya sempat berat melepas Apriyani berlatih bulu tangkis di Jakarta
Permainan Apriyani ternyata banyak dilirik apalagi setelah ia menjadi juara kedua di kompetisi tingkat provinsi. Bakatnya yang menonjol membawa Apriyani untuk berlatih ke Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas) dari Persatuan Bulu Tangkis Konawe Utara atau PB Konut.
Tak hanya itu, kemampuan Apriyani membuatnya diboyong ke klub Pelita Bakrie di Jakarta pada tahun 2011 saat usianya baru 13 tahun.
Melepas sang Putri di usia muda membuat Amiruddin berat. Saat itu dua pelatih putrinya mendatangi. Kedua orangtua Ani mendukung penuh putrinya meskipun harus terpisah jarak.
6. Bakat bulu tangkis menurun dari sang Mama
Bakat Apriyani di kancah bulu tangkis rupanya menurun dari sang Mama. Diceritakan oleh Amirudin kalau istrinya adalah juga atlet bulu tangkis. Meski kiprahnya tidak sampai nasional seperti sang Anak.
Minat dan bakat Apriyani tersebut seolah diturunkan dari sang Mama. Siti Djauhar, semasa hidup kerap mewakili dinas untuk bertanding bulu tangkis ini.
7. Sang Mama meninggal dunia tahun 2015, sesaat sebelum bertanding
Momen duka dirasakan Apriyani Rahayu pada 10 November 2015 silam. Sang Mama yang selalu memberi dukungan berpulang untuk selama-lamanya.
Momen duka itupun diterima Apriyani saat tengah bertanding mewakili Indonesia. Kala itu, Apriyani sudah berada di lapangan untuk berlaga di Peru, Amerika Selatan.
Kabar duka kepergian sang Mama sempat menunda pertandingan itu untuk beberapa saat. Pelatih memberitahu wasit untuk mengabari Apriyani yang sedang bertanding jika ibunya sudah tiada.
Apriyani tetap melanjutkan pertandingannya. Singkat kata saat itu ia mewakili di nomor ganda campuran, Apriyani Rahayu berhasil merebut medali perunggu dalam keadaan berduka. Mental baja!
Itulah tadi fakta keluarga Apriyani Rahayu. Perjuangan Apriyani yang didukung kedua orangtuanya sangat inspiratif!
Baca juga:
- 7 Hadiah Menang Emas Olimpiade Greysia/Apriyani, Ada Uang Rp 5 Miliar!
- Selalu Tampil Kompak, 7 Potret Greysia Polii dan Apriyani Rahayu
- Bangga! Greysia dan Apriyani Raih Medali Emas di Olimpiade Tokyo 2020