5 Puisi Cinta Karya Buya Hamka, Penuh Makna Mendalam
Rasa cinta juga bisa ditujukan kepada Sang Pencipta
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sosok Abdul Malik Karim Amrullah mungkin terdengar asing ya, Ma? Namun, jika menyebutnya sebagai Buya Hamka, pasti namanya seperti sudah pernah didengar karena tulisannya begitu populer.
Namanya besar dan terkenal di Indonesia berkat buku-buku yang sudah diterbitkan, termasuk tulisan populer seperti puisi yang pernah ia tulis.
Sepanjang hidupnya, Hamka dikenal sebagai sosok ulama bersar yang selalu membela Islam, serta tak pandang bulu dalam hal akidah.
Nah, jika Mama ingin menikmati puisi cinta karya Buya Hamka, terutama yang sarat akan makna, berikut sudah Popmama.com kumpulkan.
Yuk Ma, disimak!
Kumpulan Puisi Cinta Karya Buya Hamka
1. Hanya hati
Gajiku kecil
pencaharian lain tak ada
kicuh buku aku tak tahu
korupsi aku tak mahir
kerniaga aku tak pandai
Kau minta permadani
padaku hanya tikar pandan
tempat berbaring tidur seorang
kau minta tas atom
padaku hanya kampir matur
kau minta rumah indah perabit cukup
lihatlah! Gubukku tiris
kau minta kereta bagus
aku hanya orang kecil
apa dayaku
kekayaanku hanya satu, dik
Hati
hati yang luas tak bertepi
cinta yang dalam tak terajuk
2. Biar mati badanku kini
Biar mati badanku kini
Payah benar menempuh hidup
Hanya khayal sepanjang hidup
Biar muram pusaraku sunyi
Cucuk kerah pudingnya redup
Lebih nyaman tidur di kubur
3. Roda pedati
Nasib makhluk adalah laksana roda pedati
Ia turun dan ia naik, silih berganti
Demikian kehendak Tuhan Rabbul Izzati
kita menunggu kadar,
kita berharap dan menanti...
4. Hati Sanubari
Biarkanlah saya menyebut apa yang terasa;
kemudian tuan bebas memberi saya nama
dengan apa yang tuan sukai;
Saya adalah pemberi maaf,
dan perangai saya adalah mudah, tidak sulit.
Cuma rasa hati sanubari itu
tidaklah dapat saya menjualnya;
katakanlah kepadaku, demi Tuhan.
adakah rasa hati sanubari itu bisa dijual?
5. Nikmat Hidup
Setelah diri bertambah besar
ditempat ketjil tak muat lagi
setelah harga bertambah tinggi
orang pun segan datang menawar
rumit beredar ditempat ketjil
kerap bertemu kawan jang tjulas
laksana ombak didalam gelas
diri merasa bagai terpentjil
Walaupun musnah harta dan benda
harga diri djanganlah djatuh
binaan pertama walaupun runtuh
kerdja jang baru mulailah pula
pahlawan budi tak pernah nganggur
khidmat hidup sambung bersambung
kadang turun kadang membubung
sampai istirahat diliang kubur
Tahan haus, tahanlah lapar
bertemu sulit hendaklah tentang
memohon-mohon djadikan pantang
dari mengemis biar terkapar
hanya dua tempat bertanja
pertama Tuhan, kedua hati
dari mulai hidup sampaipun mati
timbangan insan tidaklah sama
Hanja sekali singgah ke’alam
sesudah mati tak balik lagi
baru ‘rang tahu siapa diri
setelah tidur dikubur kelam
selama nampak tubuh djasmani
gelanggang malaikat bersama setan
ada pudjian ada tjelaan
lulus udjian siapa berani
Djika hartamu sudah tak ada
belumlah engkau bernama rugi
djika berani tak ada lagi
separo kekajaan porak poranda
musnah segala apa yang ada
djikalau djatuh martabat diri
wadjahpun muram hilanglah sari
ratapan batin dosa namanja
Djikalau dasar budimu tjulas
tidaklah berobah karena pangkat
bertambah tinggi djendjang ditingkat
perangai asal bertambah djelas
tatkala engkau mendjadi palu
beranilah memukul habis-habisan
tiba giliran djadi landasan
tahanlah pukulan biar bertalu
Ada nasehat saja terima
menjatakan pikiran baik berhenti
sebab ‘lah banjak orang jang bentji
supaja engkau aman sentosa”
menahan pikiran aku tak mungkin
menumpul kalam aku tak kuasa
merdeka berpikir gagah perkasa
berani menjebut, jang aku jakin
Tjelalah saja, makilah saja
akan kusambut bertabah hati
ada jang suka, ada jang bentji
hiasan hidup di’alam maja
kalaulah timbul tengkar-bertengkar
antara jang bentji dengan jang sajang
itulah alamat sudah membajang
kewadjiban hidup telah kubajar
Wahai diriku teruslah madju
ditengah djalan djangan berhenti
sebelum adjal, djanganlah mati
keridhaan Allah, itulah tudju
Jika menghitung kecintaan Allah kepada umatnya, mungkin tidak akan tergambarkan, karena saking banyaknya dan tak terhingga.
Inilah yang diungkapkan Buya Hamka dalam setiap puisinya, terutama tentang menyanjung keesaan Allah.
Semoga Mama bisa menikmati beberapa puisi karya Buya Hamka serta mengambil setiap hikmah dari apa yang terjadi.
Baca juga:
- 10 Puisi Cinta Romantis Karya Sastrawan yang Bikin Hati Pasangan Luluh
- Bikin Baper, Ini 5 Puisi Cinta Karya Sapardi Djoko Damono
- Demi Meningkatkan Keterampilan Anak, Begini 3 Teknik Membaca Puisi