Apakah Silent Treatment Bisa Memicu Perceraian?
Silent treatment termasuk bentuk ketidakdewasaan saat menghadapi konflik dalam sebuah hubungan
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap hubungan, baik hubungan pertemanan maupun pernikahan pasti pernah mengalami konflik. Setiap masalah yang ada perlu diselesaikan dengan baik, sehingga tidak memicu munculnya konflik baru yang bisa merusak hubungan itu sendiri.
Namun, tidak semua orang bisa menghadapi konflik. Tak sedikit orang yang memilih menghindari dari konflik dan bersikap acuh pada pasangannya. Tindakan tersebut biasa disebut silent treatment yang secara jelas menunjukkan ketidakdewasaan.
Menghindar dari konflik dan melakukan tindakan silent treatment pada pasangan justru bisa merusak hubungan dan memperbesar risiko perceraian bagi pasangan yang sudah menikah.
Bagaimana itu bisa terjadi? Simak rangkuman dari Popmama.com secara lebih detail yuk, Ma!
Apa Itu Silent Treatment?
Silent treatment adalah tindakan acuh pada seseorang atau pasangan yang sedang terlibat konflik. Ketika salah satu pihak melakukan tindakan silent treatment, mereka memilih sibuk melakukan kegiatan sendiri dan tidak menghiraukan keberadaan pasangan. Jika kondisi seperti ini terus terjadi, maka masalah yang ada tidak kunjung selesai.
Pelaku silent treatment biasanya memilih diam dan menghindari pertengkaran maupun perdebatan dengan pasangan. Ketika emosi sudah reda, maka silent treatment juga akan berlalu.
Namun, silent treatment tanpa disadari juga bisa menjadi bentuk kekerasan emosional, terutama ketika seseorang menggunakannya untuk mengontrol orang lain.
Alasan Melakukan Silent Treatment
Ada beberapa alasan seseorang melakukan tindakan silent treatment ketika menghadapi sebuah konflik. Alasan pertama ialah mereka tidak tahu cara menyelesaikan konflik.
Mereka khawatir tindakan yang diambil justru menambah masalah baru dalam sebuah hubungan. Oleh karena itu, mereka memilih diam dalam percakapan dan melakukan tindakan silent treatment.
Alasan kedua, yakni mereka tidak bisa mengekspresikan perasaannya karena khawatir membuat pasangannya marah. Mereka memilih diam untuk meredam emosi diri sendiri dan pasangannya. Ketika amarah sudah mulai mereda, maka mereka akan memulai komunikasi dengan pasangan untuk menyelesaikan konflik.
Terakhir, tindakan silent treatment dilakukan untuk menghukum seseorang atau mengontrol hidup orang lain. Alasan ini sebenarnya termasuk bentuk kekerasan emosional yang bisa berdampak negatif bagi hidup orang lain.
Silent Treatment Bisa Termasuk Kekerasan Emosional
Silent treatment bisa dianggap kekerasan emosional ketika salah satu pihak mulai mengontrol pihak lainnya. Artinya, tindakan silent treatment bertujuan untuk melukai perasaan dan menyalahkan orang lain.
Tak hanya itu, silent treatment yang termasuk kekerasan emosional biasanya digunakan untuk memanipulasi atau merubah perilaku orang lain. Konflik sepele bisa menjadi lebih besar akibat tindakan silent treatment.
Silent Treatment Memicu Perceraian
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Marriage and Family mengungkapkan bahwa tindakan silent treatment bisa memicu perceraian dalam hubungan rumah tangga. Pasalnya, tindakan tersebut justru semakin memperparah keadaan dan menciptakan konflik baru.
Silent treatment yang awalnya bertujuan menghindari pertengkaran secara terbuka justru membuat pasangan suami istri tidak bisa memahami perasaan satu sama lain.
Silent treatment memang dapat membuat konflik mereda sementara, namun bisa menyebabkan konflik yang lebih besar di kemudian hari.
Silent Treatment Membuat Hubungan Tidak Bahagia
Penelitian lainnya yang diterbitkan dalam Journal of Communication Monographs menyebut bahwa tindakan silent treatment bisa membuat hubungan pernikahan tidak bahagia.
Ketika salah satu pihak memilih diam dan menghindar dari masalah, pihak lainnya akan merasa tidak puas dan mulai meragukan kelanggengan hubungan.
Hubungan pernikahan bisa terasa hambar karena kurangnya komunikasi. Kedua belah pihak akan mempertahankan ego masing-masing tanpa menemukan solusi atas konflik yang terjadi.
Menghindari konflik dan melakukan tindakan silent treatment bukan cara yang tepat untuk mempertahankan kehidupan rumah tangga. Setiap konflik harus diselesaikan dengan solusi yang tepat. Mama dan Papa perlu belajar untuk bersikap dewasa dan bertumbuh bersama tanpa menghindari konflik.
Popmama.com Menghadirkan Kampanye #PerempuanBeraniItuKita
Pemenuhan hak perempuan dan kebebasan dari kekerasan sangat memengaruhi kualitas hidupnya. Ketidakterpenuhan ini menghalangi pemberdayaan diri, membatasi pilihan hidup, dan memperburuk kondisi. Selain itu, hal ini bisa juga bisa menimbulkan berbagai masalah lainnya, seperti beban penyakit, ketidaksetaraan, kemiskinan, bahkan stunting pada anak.
Baca juga:
- 6 Kebiasaan Sepele yang Bisa Memicu Konflik Rumah Tangga
- Cara Mengontrol Emosi saat Terjadi Konflik Rumah Tangga
- 5 Kebiasaan Sepele yang Memicu Konflik Rumah Tangga