TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

7 Tahapan Gaslighting dalam Hubungan Percintaan

Perilaku gaslighting akan merusak mental korban secara tidak sadar

Unsplash/Freestocks

Sejumlah pasangan mungkin tak menyadari bahwa hubungan yang dijalaninya ternyata mengganggu kesehatan mental.

Sebab, dalam sebuah hubungan, ada perlakuan gaslighting atau kekerasan mental yang menyerang emosi dan mental. 

Gaslighting adalah bentuk manipulasi secara psikologis oleh seseorang, sehingga diri kita atau korban menjadi penuh keraguan serta merasa rendah diri. Perilaku gaslighting umumnya memanipulasi dan mencuci otak pasangan, sehingga korban meragukan dirinya sendiri. Pada akhirnya, perilaku gaslighting akan merusak mental korban secara tidak sadar. Akibatnya, korban akan kehilangan identitas dan harga dirinya.

Istilah gaslighting sendiri awalnya muncul pada film Gaslight yang rilis pada 1944. Film tersebut menceritakan kekerasan yang dilakukan suami kepada istrinya. 

Perlu diketahui bahwa perilaku gaslighting bisa terjadi pada hubungan pacaran, pernikahan, pertemanan, maupun lingkungan kerja. Namun, gaslighting lebih sering terjadi pada hubungan percintaan. 

Jika Mama ingin lebih memahami dan waspada terhadap perilaku gaslighting, berikut Popmama.com rangkum beberapa tahapan gaslighting yang dikutip dari buku How to Success Hand Gaslighters and Stop Psychological Bullying

Deretan Tahapan Gaslighting dalam Hubungan Percintaan

1. Sering sekali berbohong

Freepik/lookstudio

Tahapan awal perilaku gaslighting, yakni berbohong. Pasangan yang melakukan gaslighting akan menciptakan narasi negatif mengenai perilakumu. Kebohongan tersebut sering sekali hanya masalah sederhana, namun dibesar-besarkan hingga memancing konflik. 

Korban pun akan merasa bersalah dan percaya dengan narasi negatif tersebut. Akibatnya, korban mulai kehilangan harga dirinya. 

2. Melakukan kebohongan yang terus diulang

Unsplash/Loic

Kebohongan atau narasi negatif yang diciptakan pelaku gaslighting tidak hanya dilakukan sekali saja. Pelaku umumnya akan terus melakukan kebohongan yang telah dibangun sejak awal. 

Kebohongan dan narasi palsu yang diulang secara terus menerus itu bertujuan untuk menyerang, mengendalikan hubungan, dan mendominasi setiap pembicaraan. Akibatnya, korban terus merasa bersalah dan percaya dengan narasi palsu yang diciptakan. 

3. Manipulasi korban

Pexels/John Diez

Beberapa korban biasanya menyadari bahwa pasangannya telah melakukan gaslighting. Mereka kemudian mencoba melawan dan tidak ingin terjebak dalam narasi palsu yang diciptakan. Namun, pelaku kembali mencoba menciptakan narasi palsu lainnya dengan melebih-lebihkan cerita. 

Korban biasanya akan tersudut dan ragu atas pilihannya. Korban kemudian percaya pada penyangkalan dan narasi palsu pelaku dan kembali menyalahkan diri sendiri.

4. Mampu melemahkan korbannya

Pexels/Vera Arsic

Perilaku gaslighting tidak berhenti sampai di tahap manipulasi korban saja. Pelaku umumnya akan terus bersikap ofensif atau menyerang korban hingga melemahkan mental korban. 

Dalam tahapan ini, korban mulai merasa putus asa, pasrah, pesimis, takut, bahkan meragukan kemampuannya sendiri. Mereka terus mempertanyakan persepsi dan identitasnya. 

5. Ketergantungan

Unsplash/Itsmiki5

Manipulasi dan narasi palsu yang dibuat pelaku gaslighting membuat korban merasa tidak aman dan cemas. Korban membutuhkan seseorang untuk menenangkan emosi maupun mentalnya. 

Pada saat itulah, pelaku yang sebelumnya menciptakan rasa tidak aman akan menenangkan korban. Tujuannya, yakni menciptakan suasana bahwa hanya pelaku yang berada di samping korban yang merasa kehilangan identitas. 

6. Memberikan harapan palsu

Unsplash/Scottbroomephotography

Pelaku secara manipulatif kemudian memperlakukan korban dengan kebaikan.

Pelaku tidak akan membahas narasi-narasi palsu yang sebelumnya dia ciptakan sendiri. Pelaku terkadang mengaku menyesal atas perbuatannya dan membuat korban semakin merasa bersalah. 

Korban biasanya percaya pada perlakuan pelaku lalu memberikan kesempatan kedua untuk memperbaiki hubungan. Tahapan ini ternyata manuver pelaku gaslighting untuk membuat korban lengah, bahkan mampu memperkuat ketergantungan korban terhadap pelaku. 

7. Mendominasi dan mengontrol hubungan

Unsplash/Kellysikkema

Tahapan paling ekstrem dari perilaku gaslighting, yakni mengontrol, mendominasi, dan mengambil keuntungan dari korban. Pelaku akan berusaha mempertahankan hubungan dengan melakukan kebohongan yang sama secara berulang. 

Tujuannya, yakni membuat korban terjebak dalam perasaan tidak aman dan keraguan. Pelaku kemudian kembali menenangkan korban dan mengulangi siklus gaslighting hingga korban kehilangan kuasa atas dirinya sendiri. 

Itulah tahapan gaslighting yang perlu diwaspadai. Perilaku gaslighting bisa merusak mental dan menyebabkan kecemasan.

Oleh karena itu, segera tinggalkan pasangan yang melakukan gaslighting. Selain itu, bisa hubungi psikolog untuk meminta bantuan atau memutus tahapan gaslighting

Baca juga:

The Latest