TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

8 Fakta Kisah Cinta Buya Hamka dan Siti Raham, Menikah di Usia Muda

Kisah cinta Buya Hamka dan Siti Raham terbilang romantis dengan cara yang sederhana

Instagram.com/buya_hamka_official/Dok. Keluarga Buya Hamka

Sosok Buya Hamka mungkin sudah tidak asing lagi bagi sebagian masyarakat Indonesia. Ulama yang memiliki idealisme kuat ini merupakan seorang sastrawan.

Buya Hamka menjadi ketua pertama Majelis Ulama Indonesia (MUI) sekaligus tokoh Muhammadiyah yang memperoleh gelar Pahlawan Nasional.

Selain itu, nama Buya Hamka juga dikenal sebagai penulis novel terlaris, seperti Di Bawah Lindungan Kabah dan Tenggelamnya Kapan van den Wijck. Semasa hidup, ia meniti karier sebagai penulis, wartawan, pengajar, dan politikus.

Selain jasa-jasanya kepada negara, kisah cinta Buya Hamka dan Siti Raham juga berhasil menuai sorotan karena begitu romantis dan penuh kesederhanaan. Berikut Popmama.com siap membahas fakta kisah cinta Buya Hamka dan Siti Raham secara lebih detail.

1. Buya Hamka dan Siti Raham menikah pada 5 April 1929

Instagram.com/buya_hamka_official

Kisah cinta keduanya bermula pada 5 April 1929. Saat itu, Buya Hamka berusia 21 tahun dan Siti Raham berusia 15 tahun. Mereka sah menjadi pasangan suami istri di usia yang masih sangat muda.

Saking masih belia, Siti Raham sampai harus berdiri di atas bangku kecil agar tingginya sepantaran dengan Buya Hamka. Sebelum resmi menikah, Buya Hamka sempat menulis roman berbahasa Minang berjudul Si Sabariyah.

Buka tersebut dicetak tiga kali. Dari pendapatan penjualan buku itulah Buya Hamka menggunakannya untuk biaya pernikahan.

2. Buya Hamka menolak untuk mendua

Instagram.com/buya_hamka_official

Semasa muda, Buya Hamka termasuk lelaki yang mudah sekali jatuh cinta. Selama melakukan perjalanan, banyak perempuan yang menarik perhatiannya, termasuk seorang janda muda bernama Kulsum.

Meski istrinya masih belia dan tidak masalah jika dirinya mendua, Buya Hamka menolak permintaan papanya untuk menikah dua kali. Bahkan, sampai ada pula seorang muslimah yang menawarkan diri untuk menjadi teman hidup Hamka secara halal.

Namun, Buya Hamka tetap teguh pada pendiriannya. Hatinya tak kuasa menikahi perempuan lain setelah Siti Raham. Selalu ada peringatan yang menghampiri relung batin Buya Hamka ketika berniat menerima tawaran cinta dari perempuan lain.

3. Rumah tangga Buya Hamka dan Siti Raham mengalami masalah perekonomian

Dok. Keluarga Buya Hamka

Banyak suka dan duka yang mewarnai kehidupan pernikahan Buya Hamka dan Siti Raham, apalagi mereka berasal dari keluarga kurang mampu secara perekonomian. Saat ujian datang silih berganti, Siti Raham tak pernah henti memberikan motivasi tanpa mengeluh sekali pun.

“Kami hidup dalam suasana miskin. Sembahyang saja terpaksa berganti-ganti, karena di rumah hanya ada sehelai kain,” tutur Hamka dalam buku biografi Pribadi dan Martabat Buya Prof Dr. Hamka karangan Rusydi Hamka.

4. Puncak kemiskinan terjadi saat anak ketiga Buya Hamka lahir ke dunia

Dok. Keluarga Buya Hamka

Puncak kemiskinan Buya Hamka dan Siti Raham terjadi ketika lahirnya anak ketiga mereka, yaitu Rusydi Hamka. Ia dilahirkan di kamar asrama, Kulliyatul Mubalighin, Padang Panjang pada 1935.

Sementara itu, anak pertamanya yang bernama Hisyam meninggal dunia saat berusia lima tahun. Besarnya tanggungan ekonomi serta kerasnya penjajahan pada masa itu membuat Buya Hamka harus memutar otak secara ekstra. Apalagi ia harus membiayai istri dan anak-anaknya.

Dalam kondisi diselimuti kemiskinan, Buya Hamka memutuskan untuk pergi ke Medan demi bekerja di Majalah Pedoman Masyarakat. Di ibu kota Sumatera Utara itu, Buya Hamka menetap selama sebelas tahun lamanya.

5. Siti Raham senantiasan menjalankan amanah yang diberikan Buya Hamka

Instagram.com/buya_hamka_official Vino G Bastian sebagai Buya Hamka, Laudya Chintya Bella sebagai Siti Raham

Menurut Rusydi Hamka, saat itulah dia menyaksikan secara langsung kesulitan ekonomi yang dihadapi kedua orangtuanya. Kesetiaan Siti Raham terhadap Buya Hamka kerap diuji, namun ia memilih untuk mempertahankan rumah tangganya.

Siti Raham senantiasa menjalankan amanah dari Buya Hamka untuk menjadi istri yang taat kepada suami serta mendidik anak-anaknya, meski Buya Hamka tidak bersamanya. Dalam kondisi pas-pasan, Buya Hamka mampu menahkodai rumah tangga dengan tujuh orang anak.

Jumlah anak tersebut belum termasuk kemenakan yang ikut dibiayai Buya Hamka. Pasalnya, dalam adat Minang, saudara ibu yang laki-kaki memiliki tanggung jawab terhadap kemenakan dan saudara perempuannya.

6. Siti Raham rela menjual perhiasan demi membeli beras dan membayar sekolah anak-anaknya

Instagram.com/buya_hamka_official Vino G Bastian sebagai Buya Hamka, Laudya Chintya Bella sebagai Siti Raham

Saat menemui istrinya di rumah, pertanyaan yang sering diutarakan Buya Hamka adalah “Apakah anak-anak bisa makan?” kemudian ia sengaja menepuk perut anak-anaknya untuk memastikan apakah buah hatinya dalam keadaan lapar atau kenyang.

Siti Raham sukses menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Demi anak-anaknya tidak kelaparan, ia rela menjual harta simpanannya. Sejak dulu, Siti Raham bukanlah perempuan yang menjadikan perhiasan sebagai mahkota.

Menurutnya, mahkota hidupnya adalah Buya Hamka dan keluarga. Mulai dari kalung, gelang emas, dan kain batik halus yang dibelinya di Medan terpaksa ia jual di bawah harga demi membeli beras serta membayar uang sekolah anak-anak.

Siti Raham seolah tidak lagi peduli akan dirinya yang kesusahan, asalkan perut anak-anaknya bisa kenyang dengan tenang dan tetap bisa melanjutkan pendidikan.

7. Siti Raham selalu memprioritaskan kehormatan suaminya

Instagram.com/laudyacynthiabella Vino G Bastian sebagai Buya Hamka, Laudya Chintya Bella sebagai Siti Raham

Sering sekali Siti Raham meneteskan air mata ketika membuka lemari untuk mengambil kain-kain yang disimpannya. Ia berniat untuk menjualnya ke pasar demi bisa memberi makan anak-anaknya.

Tak tega melihat istrinya terus menguras harta, Buya Hamka sontak mengeluarkan sejumlah kain Bugis untuk dijual. Namun, istrinya justru mencegahnya dan berkata:

“Kain Angku Haji jangan dijual, biar kain saya saja. Karena Angku Haji sering keluar rumah. Di luar jangan sampai Angku Haji kelihatan sebagai orang miskin,” ujar Siti Raham.

Di kehidupan yang serba sederhana, Siti Raham masih memprioritaskan kehormatan suaminya. Apa saja rela dilakukan agar Buya Hamka tidak terlihat lusuh di mata jama’ah dan masyarakat.

Siti Raham kerap memikirkan pakaian hingga membersihkan kopiah saat suaminya hendak keluar. Baginya, cinta adalah kehormatan.

8. Banyak pengorbanan yang dilakukan Siti Raham untuk menjalani tugasnya sebagai seorang istri

Instagram.com/buya_hamka_official Vino G Bastian sebagai Buya Hamka

“Saya diminta berpidato, tapi sebenarnya ibu-ibu dan bapak-bapak sendiri memaklumi bahwa saya tak pandai pidato. Saya bukan tukang pidato seperti Buya Hamka. Pekerjaan saya adalah mengurus tukang pidato dari sejak memasakkan makanan hingga menjaga kesehatannya,”

Itulah kalimat singkat yang diutarakan Siti Raham ketika dipercaya memberikan pidato dalam kunjungan Buya Hamka ke Makassar. Tak disangka, ucapan itu sukses membuat Buya Hamka meneteskan air mata.

Betapa besar pengorbanan Siti Raham sebagai seorang istri dalam masa-masa perjuangan. Maka, melihat Buya Hamka yang menangis ketika dirinya turun dari mimbar pidato, Siti Raham hanya bisa tersenyum dan berkata, “Kan yang Ummi pidatokan itu kenyataannya saja.”

Itu dia ulasan seputar fakta kisah cinta Buya Hamka dan Siti Raham. Bagaimana menurut Mama perjuangan cinta mereka berdua?

Baca juga:

The Latest