Apa yang Harus Dilakukan saat Ketuban Pecah dan Berwarna Keruh?
Selalu siapkan nomor kontak klinik bidan atau rumah sakit terdekat, Ma
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Saat hamil, kantung cairan ketuban di dalam tubuh Mama menjadi tempat tinggal si Kecil. Kantung ini memberi ruang bagi bayi untuk tumbuh, membuatnya tetap hangat dan melindunginya dari lingkungan luar.
Ketika tubuh Mama sudah siap untuk melahirkan si Kecil, ketuban akan pecah dan airnya keluar mengalir melalui vagina. Berbeda-beda pada setiap perempuan, kondisi ini bisa terjadi sebelum atau selama persalinan.
Saat itulah Mama akan mulai merasakan kontraksi, serviks pun kemudian akan menipis dan melebar supaya bayi bisa melewatinya. Apabila ketuban pecah sebelum kontraksi dimulai, kondisi ini disebut sebagai premature rupture of membranes (PROM).
Pecah ketuban dini lebih mungkin terjadi apabila ada beberapa faktor risiko seperti kurang berat badan, merokok, riwayat pecah ketuban pada kehamilan sebelumnya, ada riwayat infeksi saluran kemih, serta punya masalah dengan serviks selama kehamilan. Demikian dikutip dari Web MD.
Sensasi yang dirasakan pada tiap perempuan saat ketuban pecah pun berbeda-beda, Ma. Sebagian merasakan ada air yang merembes keluar sedikit demi sedikit, ada pula yang merasakan semburan air dalam jumlah cukup banyak.
Apa yang harus dilakukan saat ketuban pecah?
Saat Mama merasakan ada aliran air di vagina, coba kenali dulu apakah benar itu adalah cairan ketuban atau bukan. Bedakan antara cairan ketuban dan urine, Ma.
Jika pada urine tercium aroma pesing yang khas, cairan ketuban biasanya lebih bening dan tidak berbau seperti urine.
Nah, jika terasa yang keluar adalah cairan ketuban, segera gunakan dan hubungi dokter atau bidan Mama. Tenaga medis ini biasanya akan memberitahu Mama untuk datang ke klinik atau rumah sakit terdekat.
Faktor yang menjadi pertimbangan dokter atau bidan untuk melakukan tindakan selanjutnya adalah usia kehamilan Mama. Jika ketuban pecah sebelum usia kehamilan mencapai 23 minggu, dokter akan memeriksa lebih lanjut. Dari hasil pemeriksaan akan dipertimbangkan apakah kehamilan akan dilanjutkan atau tidak.
Kemudian apabila usia kehamilan berada pada rentang antara 23-34 minggu, biasanya keputusan yang diambil adalah menunda kelahiran sehingga bayi memiliki lebih banyak waktu untuk berkembang lagi.
Mama biasanya juga akan diberikan obat khusus untuk membantu paru-paru bayi matang lebih cepat.
Mama juga bisa diminta untuk dirawat di rumah sakit sementara waktu sampai persalinan.
Apabila usia kehamilan saat itu sudah mencapai 34 minggu, Popmama.com merangkum beberapa hal yang harus dilakukan selanjutnya yakni:
1. Tetap sabar menunggu dengan waspada
Terkadang akan butuh beberapa jam lebih lanjut sampai muncul kontraksi alami sebagai tanda awal persalinan. Jadi, Mama mungkin akan diminta untuk sabar menunggu sampai waktu ini tiba. Tentunya keputusan ini diambil setelah dilakukan pemeriksaan pada bayi.
Dikutip dari Very Well Family, pemberian antibiotik tidak dianjurkan untuk sebagian besar perempuan yang mengalami pecah ketuban. Terutama jika memang tidak ditemukan adanya tanda infeksi.
Perawatan di rumah atau di rumah sakit langsung menjadi keputusan dari Mama serta dari dokter.
Jika kondisinya masih aman, mungkin tidak akan menjadi masalah jika Mama menunggu di rumah. Tetapi jika memang kondisinya mengkhawatirkan, tidak ada salahnya Mama mulai menunggu di rumah sakit.
Secara umum, aman untuk tetap tinggal di rumah selama Mama tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi seperti demam, serta tidak ada perdarahan.
2. Melakukan teknik stimulasi alami
Selain menunggu, Mama juga bisa melakukan beberapa teknik stimulasi yang bersifat alami. Misalnya dengan melakukan rangsangan puting, baik dengan tangan maupun dengan pompa payudara. Tindakan ini dapat membantu menghasilkan oksitosin, yang berpengaruh untuk ‘memancing’ kontraksi.
Mama juga bisa mencoba berjalan-jalan keliling rumah sakit atau berlatih menggunakan birthing ball. Untuk melakukan kegiatan-kegiatan ini, jangan lupa untuk selalu didampingi oleh tenaga berpengalaman.
3. Induksi medis
Hal terakhir yang bisa dicoba dilakukan adalah induksi medis, tentunya dengan anjuran dari dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.
Induksi bisa dilakukan dengan cairan sintetis oksitosin, hormon pemicu persalinan alami. Cairan ini diberikan melalui infus dan hanya dilakukan di rumah sakit.
Ini karena tindakan induksi harus dilakukan dengan pemantauan janin yang ketat, sebab ada peningkatan risiko pada Mama dan juga bayi. Di antaranya kondisi gawat janin, kontraksi terlalu kuat, serta ruptur uterus.
Tetap waspada jika cairan ketuban berwarna keruh
Dilansir Baby Centre UK, cairan ketuban pada umumnya berwarna jernih dengan semburat kuning atau kadang-kadang merah muda.
Saat usia kehamilan sudah mendekati atau malah melewati tanggal perkiraan lahir, cairan ketuban mungkin akan tampak keruh. Hati-hati, Ma. Ini bisa menjadi pertanda ada sesuatu yang terjadi pada ketuban.
Penyebab cairan ketuban berwarna keruh di antaranya infeksi, tercampur dengan mekonium (feses pertama bayi), atau bisa juga terjadi ketika usia kehamilan sudah terlalu lama.
Semua kondisi ini perlu mendapatkan perhatian serius, sehingga Mama sebaiknya segera pergi dan memeriksakan diri ke dokter atau bidan, ya.
Bacajuga:
- Jangan Sampai Terjadi, Ini Dia Fakta Tentang Ketuban Pecah Dini
- Penyebab Air Ketuban Berwarna Hijau dan Bahayanya Bagi Janin
- Bagaimana Rasanya saat Air Ketuban Pecah?