Mengapa Jelang Persalinan Harus Dilakukan Cek CTG? Ini Jawabannya
Pemeriksaan ini penting demi memantau kondisi janin, Ma
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Detik-detik menuju proses persalinan, biasanya bidan atau dokter akan memasangkan sebuah alat mirip seperti sabuk pengaman pada perut Mama.
Nanti alat tersebut akan tersambung pada alat lainnya yang berbunyi detak jantung dan muncul grafik atau angka. Apa sebenarnya alat tersebut?
Ini adalah CTG alias cardiotography, Ma. Alat ini berfungsi untuk mengukur denyut jantung janin di dalam kandungan.
Nah, berikut Popmama.com bagikan rangkuman informasi soal alat CTG yang perlu Mama ketahui:
1. Cara kerja CTG
CTG memiliki bentuk mirip seperti sabuk pengaman, dengan dua tempelan yang mirip seperti piringan kecil. Piringan kecil ini akan ditempelkan pada perut Mama dan diikat dengan sabuk.
Fungsi dua piringan ini berbeda-beda, Ma. Satu piringan mengukur denyut jantung janin, sementara piringan lainnya mengukur tekanan pada perut Mama.
Dengan begitu, apabila terjadi kontraksi bisa dilihat seberapa besar kekuatannya.
Alat ini tersambung pada penerima sinyal yang akan ‘membaca’ denyut jantung janin melalui gelombang suara.
Mirip seperti tindakan ultrasonografi atau USG, sebelum dilakukan pemasangan CTG perut Mama juga akan dioles gel khusus. Ini supaya proses penangkapan sinyal akan menjadi lebih baik.
Pada awalnya Mama mungkin akan terasa kurang nyaman saat menggunakan CTG, karena biasanya Mama akan diminta tetap berbaring selama sekitar 20 menit. Tapi percayalah, Ma, ini semua demi memantau kesehatan janin.
2. Indikasi pemeriksaan CTG
Pemeriksaan CTG biasanya akan dilakukan menjelang persalinan. Ini supaya dokter atau bidan bisa terus memantau kondisi janin.
Namun biasanya dokter akan lebih sering memantau menggunakan CTG apabila Mama memiliki kondisi yang dianggap membahayakan persalinan atau kesehatan janin, misalnya diabetes atau hipertensi.
Selain itu, saat kehamilan CTG juga akan dilakukan secara berkala apabila Mama memiliki beberapa kondisi tertentu. Misalnya sering demam, hamil janin kembar, ada masalah pada cairan ketuban, atau pergerakan janin tidak teratur.
3. Hasil pembacaan CTG
Saat melakukan pemeriksaan CTG, hasil yang keluar dari mesin akan berupa angka dan grafik. Nanti dokter yang akan membaca hasil yang muncul tersebut.
Hasil yang muncul dikategorikan sebagai ‘reaktif’ dan ‘nonreaktif’. Dikatakan reaktif adalah apabila denyut jantung janin meningkat setelah ada pergerakan.
Sementara nonreaktif terjadi jika setelah janin bergerak, denyut jantungnya tidak meningkat atau semakin cepat, Ma.
4. Hal-hal yang perlu diwaspadai
Hasil nonreaktif seringkali dianggap tak selalu berbahaya, Ma. Kondisi ini umum terjadi diduga karena janin tengah tertidur saat pemeriksaan CTG dilakukan.
Biasanya dokter akan meminta Mama aktif bergerak agar si Kecil terbangun. Setelah itu, bisa kembali dilakukan CTG.
Apabila hasilnya masih juga nonreaktif, dokter akan melakukan USG guna memantau kondisi fisik janin. Akan dilihat bagaimana pergerakan, pernapasan dan reaksi janin.
Yang perlu diketahui juga, denyut jantung janin berbeda dengan orang dewasa, Ma. Jika denyut jantung orang dewasa adalah sekitar 60-100 kali per menit, maka rata-rata denyut jantung janin 110-160 kali per menit.
5. Jangan ragu bertanya pada dokter
Seringkali ibu hamil tidak terlalu banyak bertanya saat dilakukan tindakan, termasuk pemasangan CTG. Jangan ragu untuk meminta informasi soal perkembangan dan kondisi janin saat ini ya, Ma.
Denyut jantung yang terlalu lambat bisa menandakan adanya kondisi gawat janin, misalnya fungsi plasenta yang tidak optimal. Bisa juga menandakan adanya kondisi lain.
Oleh sebab itu, ada baiknya Mama aktif bertanya dan memastikan bagaimana kondisi janin, ya.
Baca juga: Alasan di Balik Pentingnya Rutin Cek USG Saat Hamil
Baca juga: Seberapa Penting Asupan Asam Folat untuk Mama? Cek Dulu di Sini