Mama Wajib Tahu: Fakta Soal Pemberian Induksi Saat Persalinan
Apakah semua persalinan normal pasti akan diinduksi?
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Saat Mama sudah berharap bisa melahirkan secara spontan dan normal, beberapa kondisi tertentu seringkali membuat Mama harus menjalani induksi.
Meski sebagian perempuan mengalaminya saat persalinan, Mama tetap perlu memahami apa itu proses induksi sebenarnya.
Ada proses induksi yang sudah direncanakan terlebih dahulu sebelum persalinan, namun ada juga yang baru dilakukan saat persalinan sudah berjalan. Biasanya dokter akan mempertimbangkan induksi dalam situasu tertentu.
Yuk Ma, simak rangkuman informasi soal induksi berikut ini:
1. Apa itu induksi?
Induksi pada persalinan adalah prosedur yang dilakukan guna merangsang kontraksi rahim. Kontraksi yang biasanya terjadi secara alami dengan sendirinya, dengan induksi prosesnya akan ‘dipancing’ untuk muncul.
Dengan kata lain, induksi dilakukan ketika tidak muncul tanda-tanda persalinan yang sewajarnya. Ini supaya bayi bisa lebih cepat lahir melalui proses normal.
Ada beberapa kondisi yang membuat ibu hamil harus menjalani proses induksi saat persalinan. Semua ini dilakukan atas pertimbangan matang dari dokter, Ma.
2. Kapan induksi perlu dilakukan?
Induksi tak selalu dilakukan pada setiap persalinan. Ada kondisi tertentu yang mengharuskan Mama harus menjalaninya.
Dilansir National Health Services UK, beberapa faktor yang menentukan apakah Mama memerlukan induksi di antaranya yakni ketika usia kehamilan Mama sudah lebih dari 42 minggu.
Kondisi ini dianggap membahayakan nyawa Mama dan si Kecil, sehingga proses induksi pun akan dianjurkan untuk dilakukan.
Saat kantung ketuban sudah pecah di awal namun kontraksi tak kunjung datang, biasanya induksi juga akan dilakukan. Namun demikian, usia kehamilan dan kondisi janin juga dipantau, apabila masih prematur maka dokter biasanya tidak akan melakukan induksi.
Kondisi cairan ketuban yang terlalu sedikit alias oligohidramnion juga kerap menjadi alasan induksi dilakukan.
Selain itu, kondisi kesehatan Mama juga kerap menjadi bahan pertimbangan dokter melakukan induksi. Misalnya apabila Mama memiliki kondisi medis yang berisiko bagi persalinan, seperti hipertensi dan diabetes gestasional.
3. Bagaimana induksi persalinan dilakukan?
Ada beberapa cara induksi dilakukan, bergantung pada situasi dan kondisi persalinan itu sendiri. Ada yang menggunakan pemberian obat, pemecahan kantung ketuban atau dengan cairan infus oksitosin.
Pemberian obat prostaglandin diberikan ke dalam vagina, dengan tujuan membuat leher rahim menipis. Obat ini diharapkan dapat membantu proses pematangan leher rahim dan merangsang kontraksi.
Apabila leher rahim sudah terbuka dan posisi kepala bayi sudah turun, namun kontraksi belum terjadi, biasanya dokter akan memecah kantung ketuban Mama. Kantung ketuban yang pecah diyakini bisa ‘memancing’ kontraksi.
Cara induksi lainnya yakni menggunakan oksitosin melalui cairan infus dalam dosis rendah. Serupa seperti cara lainnya, infus oksitosin juga dilakukan untuk merangsang datangnya kontraksi.
4. Seperti apa rasanya efek induksi?
Proses persalinan yang melalui induksi biasanya lebih menyakitkan dibandingkan yang alami. Sebagian besar perempuan yang menjalani induksi selanjutnya akan meminta epidural alias pereda nyeri.
Hal ini karena rasa nyeri yang timbul akan terasa lebih hebat. Efek tersebut terjadi akibat kontraksi yang dirangsang untuk muncul umumnya akan terasa lebih lama dan berat.
Namun demikian, rentang nyeri masing-masing ibu berbeda. Tidak semua ibu yang menjalani induksi akan meminta epidural, Ma.
5. Adakah risiko dari induksi?
Menjalani induksi bukan berarti proses persalinan Mama akan langsung lancar. Tetap ada beberapa risiko yang mungkin saja terjadi.
Salah satunya adalah ketika induksi yang diberikan tidak efektif merangsang kontraksi. Jika demikian, induksi lain mungkin akan diberikan atau Mama harus menjalani operasi caesar.
Saat Mama diinduksi, bayi juga bisa ikut stres lho, Ma. Efek ini biasanya terjadi ketika obat prostaglandin atau oksitosin yang diberikan membuat kontraksi terlalu kuat dan sering. Akibatnya, pasokan oksigen untuk bayi menipis dan ia akan stres.
Masalah lain seperti infeksi dan perdarahan pasca persalinan juga bisa muncul. Abrupsio plasenta atau rahim robek juga mungkin terjadi akibat efek obat induksi. Namun demikian, kasus ini jarang terjadi.
Nah, Ma. Jangan ragu untuk berdiskusi dengan dokter mengenai segala kemungkinan yang bisa terjadi saat persalinan, termasuk soal induksi dan epidural, ya. Dengan begitu, Mama bisa menyiapkan fisik dan mental sejak awal.