7 Tahapan Prosedur Menjadi Pendonor ASI yang Tepat
Apa yang perlu diperhatikan saat ingin menjadi pendonor ASI?
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap ibu tentu ingin memberikan semua yang terbaik bagi buah hatinya, termasuk memberikan air susu ibu (ASI). Namun dalam beberapa kondisi, seringkali pemberian ASI tidak bisa dilakukan.
Jika sudah demikian, donor ASI pun bisa menjadi salah satu pilihan solusi. Donor ASI bisa menjadi alternatif, tetapi tentunya dengan sikap dan perhatian bijaksana supaya manfaatnya maksimal.
Jangan sampai donor ASI atau memberikan ASI justru menjadi sarana penularan penyakit, ya.
Dengan demikian, sistem donor ASI harus memprioritaskan kualitas, kondisi kesehatan serta pertimbangan lainnya.
Nah, seperti apa prosedur yang perlu diperhatikan saat hendak menjadi donor ASI? Dikutip dari berbagai sumber, berikut Popmama.com rangkum informasinya:
1. Sehat dan tidak memiliki kontraindikasi menyusui
Seperti diketahui, ASI menjadi salah satu kebutuhan utama bayi, terutama pada bayi berusia di bawah enam bulan. Oleh sebab itu, konsumsi ASI dari donor, sangat perlu memerhatikan kondisi kesehatan pemberinya, Ma.
Perlu diperhatikan apakah pemberi donor memiliki masalah kesehatan tertentu. Jika perlu, lakukan pemeriksaan oleh dokter terlebih dahulu. Tanyakan apakah boleh Mama mendonorkan ASI atau apakah kondisi kesehatan tubuh mama sehat untuk bisa menjadi donor ASI.
2. Produksi ASI sudah memenuhi kebutuhan bayi
Dikutip dari situs Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), saat hendak menjadi donor ASI pastikan bayi mama sudah terpenuhi secara utuh kebutuhan ASI-nya. Jangan sampai Mama memaksakan diri menjadi donor, padahal produksi ASI tidak cukup banyak dan cenderung pas-pasan.
Dengan kata lain, menjadi donor ASI sebaiknya dilakukan hanya ketika produksi sudah berlebih dan tidak berisiko membuat si Kecil justru kekurangan pasokan ASI, ya.
3. Tidak sedang menerima transfusi darah
Salah satu prosedur lain yang perlu diketahui saat hendak donor ASI adalah tidak sedang menerima transfusi darah, terutama minimal tiga bulan sebelum donor.
Alasannya, transfusi darah dapat menimbulkan risiko kontaminasi virus dan bakteri yang mungkin bisa berpindah melalui ASI. Ya, ASI yang mengandung virus dan bakteri sangat mungkin menular pada bayi yang mengonsumsinya.
4. Tidak mengonsumsi obat atau suplemen herbal tertentu
Konsumsi obat atau suplemen herbal tertentu juga menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh donor ASI. Hindari dulu donor jika secara teratur sedang mengonsumsi obat atau suplemen herbal tertentu, ya.
Terutama jika obat atau suplemen tersebut dikhawatirkan memberi pengaruh pada komponen dan kualitas dari ASI itu sendiri.
Selain konsumsi obat, kebiasaan buruk lain seperti merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol juga perlu diperhatikan saat hendak donor ASI.
5. Tidak memiliki riwayat penyakit menular
Beberapa penyakit menular seperti hepatitis, human immunodeficiency virus (HIV) serta human T-Lymphosyte virus 2 (HTLV-2) menjadi penting untuk diperhatikan oleh donor ASI, karena juga berisiko menular pada bayi.
Seperti disebutkan sebelumnya, beberapa jenis virus dan bakteri bisa menular pada bayi melalui ASI.
Selain itu, riwayat masalah kesehatan lain seperti penyakit jantung dan diabetes juga sebaiknya diperhatikan saat hendak donor ASI.
6. Memerhatikan norma agama
Identitas donor ASI menjadi faktor penting yang tak boleh disepelekan. Termasuk di antaranya seperti identitas umum yakni nama, agama, dan alamat donor ASI. Hal tersebut tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 32 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif, Ma.
7. Menjalani proses skrining
Proses skrining adalah prosedur penting yang juga perlu dijalani oleh donor ASI, terutama untuk mendapatkan donor ASI yang sesuai dan ideal.
Proses skrining seharusnya dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pemeriksaan lisan dan tahap pemeriksaan medis.
Pemeriksaan lisan dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan tentang riwayat kesehatan donor ASI. Sementara itu, tahap pemeriksaan medis dilakukan guna mendeteksi apakah ada virus atau riwayat penyakit yang berbahaya.
Tes yang dilakukan di antaranya tes HIV, tes HTLV, sifilis, hepatitis B, hepatitis C, dan cytomegalovirus (CMV).
Apabila ditemukan ada keraguan terhadap status kesehatan donor, tes skrining dapat dilakukan kembali setiap tiga bulan.
Ketika tahap skrining sudah dilakukan, donor ASI bisa dilakukan tetapi tetap didahului dengan tahap pasteurisasi atau pemanasan ASI agar tetap steril.
Demikian informasi penting tentang prosedur menjadi donor ASI yang perlu dipatuhi. Semua penting dilakukan guna menjaga kualitas dan memaksimalkan manfaat dari ASI yang diberikan, Ma. Jangan ragu konsultasi dengan dokter saat hendak menjadi donor atau menerima ASI donor, ya.
Baca juga:
- 5 Jawaban Lengkap Seputar ASI Eksklusif yang Sering Dipertanyakan
- 5 Rekomendasi Merek Pompa ASI Manual, Praktis dan Nyaman Digunakan
- Mau Menyusui Lancar? Ini 6 Rekomendasi Pompa ASI Elektrik Terpopuler