5 Fakta Mengenai Retensi Plasenta, Komplikasi Kehamilan Langka
Retensi plasenta adalah ketika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ingatlah, setiap ibu hamil akan memiliki pengalaman persalinan yang berbeda-beda. Mungkin sebagian dari mereka merasa khawatir ada yang tidak beres di tahap akhir persalinannya. Salah satunya terjadi komplikasi kehamilan langka seperti retensi plasenta.
Retensi plasenta adalah ketika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir. Kondisi ini merupakan masalah serius, karena dapat menyebabkan infeksi parah atau kehilangan darah yang mengancam jiwa.
Agar lebih jelas, sebaiknya pelajari lebih lanjut tentang 5 fakta retensi plasenta. Berikut Popmama.com berikan ulasan selengkapnya:
1. Apa yang dimaksud dengan retensi plasenta?
Perlu diketahui, retensi plasenta adalah komplikasi langka yang hanya memengaruhi sekitar 2-3 persen dari semua persalinan yang terjadi. Terutama ketika semua atau sebagian plasenta tertahan di dalam rahim saat bayi lahir. Sedangkan selama kehamilan, plasenta menempel pada lapisan rahim.
Dirilis dari Americanpregnancy, tahap akhir persalinan terjadi ketika plasenta dikeluarkan dari rahim ibu. Bagi banyak perempuan, proses ini terjadi dengan sendirinya setelah bayi lahir melalui jalan lahir. Namun sebagian orang memiliki proses yang tidak terjadi secara otomatis, sehingga menimbulkan fenomena yang disebut retensi plasenta.
Berikut ada 3 jenis retensi plasenta, yakni:
- Pelekatan plasenta terjadi ketika plasenta tidak terlepas secara spontan dari rahim dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir. Ini termasuk jenis retensi plasenta yang paling umum.
- Plasenta yang terperangkap terjadi ketika plasenta terlepas dari rahim, tetapi tidak secara spontan meninggalkan rahim.
- Plasenta akreta terjadi ketika plasenta tumbuh ke dalam lapisan rahim yang lebih dalam dan tidak dapat terlepas secara spontan dari rahim. Kondisi dari jenis retensi plasenta tersebut yang paling berbahaya dan dapat menyebabkan perlunya histerektomi hingga transfusi darah.
2. Apa penyebab dari retensi plasenta?
Ma, bahwa alasan paling umum untuk retensi plasenta adalah tidak cukupnya kontraksi di dalam rahim. Dimana kontraksi dapat melambat atau rahim mengalami kesulitan berkontraksi karena berbagai alasan. Ini termasuk saat ibu hamil memiliki ukuran bayi yang besar.
Sementara plasenta bisa dipertahankan jika kontraksi tidak cukup kuat untuk mengeluarkannya atau jika serviks menutup dan menjebak plasenta di dalam rahim. Selain itu, Mama lebih berisiko mengalami retensi plasenta apabila:
- Berusia di atas 30 tahun
- Memiliki bayi prematur
- Persalinan tahap pertama dan kedua berlangsung sangat lama
- Memiliki fibroid atau masalah lain dengan rahim
Banyak perempuan pada akhirnya akan mendapat suntikan syntocinon (versi sintetis dari hormon oksitosin). Fungsinya sendiri membantu melahirkan plasenta, tetapi juga mengurangi risiko perdarahan pasca persalinan.
3. Apa saja gejala dari retensi plasenta?
Perlu waspada apabila Mama alami gejala utama retensi plasenta. Salah satunya, yaitu seperti plasenta tidak keluar sepenuhnya dari rahim setelah bayi lahir dalam waktu tertentu. Sementara gejala lainnya adalah keluarnya darah sebelum plasenta keluar.
Jika sepotong plasenta tertinggal, mungkin mengalami gejala beberapa hari atau minggu setelah kelahiran. Sementara tanda paling umum dari retensi plasenta berupa kehilangan darah mendadak dan perdarahan yang mengancam jiwa. Kadang-kadang ini menyebabkan gejala lain, diantaranya:
- Perdarahan yang tertunda dan berat
- Bekuan darah
- Demam
- Panas dingin
- Merasa sakit atau seperti flu
- Keputihan berbau busuk
4. Apa saja komplikasi dari retensi plasenta?
Umumnya, retensi plasenta terjadi setelah melahirkan. Yang jelas, kondisi ini tidak ada dampak pada bayi. Namun retensi plasenta bisa berisiko bagi ibu baru. Dalam waktu antara kelahiran bayi dan lahirnya plasenta, sering kali membuat perempuan kehilangan darah yang signifikan. Dimana menempatkan ibu dalam risiko memerlukan transfusi darah dan tindakan darurat lainnya.
Dilansir dari Healthline, komplikasi dari retensi plasenta termasuk perdarahan berat dan infeksi. Bahkan jaringan parut rahim dan histerektomi. Salah satu dari komplikasi tersebut dapat menyebabkan kematian jika tidak didiagnosis dan diobati dengan cepat.
Biasanya perdarahan berlebihan karena retensi plasenta, dimulai sekitar 10-12 hari setelah melahirkan. Atau kram abnormal dan nyeri 2-3 minggu setelah melahirkan. Tetapi jika ada infeksi, perdarahan baru bisa saja menjadi berat dan perlu mendapat penanganan khusus.
5. Bagaimana perawatan untuk retensi plasenta?
Ma, bahwa perawatan retensi plasenta membutuhkan pengangkatan plasenta yang tertinggal di dalam rahim. Segera setelah melahirkan, bagian ini dilepas secara manual atau menggunakan instrumen untuk membantunya. Jika tertunda satu atau dua minggu, dokter kemungkinan akan merekomendasikan pelebaran dan kuretase (D&C) atau obat-obatan seperti misoprostol dengan antibiotik.
Dikutip dari Pregnancybirthbaby, kadang-kadang sisa plasenta dapat diobati hanya mengosongkan kandung kemih dan mengubah posisi. Selain itu bisa meminta dokter menarik tali pusar dengan lembut. Apabila tidak berhasil, maka akan memerlukan prosedur operasi setelah melahirkan dan diberikan epidural atau anestesi, sehingga kamu tidak merasakan apa-apa.
Secara medis, dokter menggunakan alat yang disebut kuret untuk mengikis lapisan rahim. Saat menunggu operasi, tim medis pun mengawasi pasiennya. Tujuannya guna memastikan sang pasien tidak mengalami perdarahan hebat. Tapi jika itu terjadi, langkah selanjutnya menyelidiki penyebabnya dengan memerlukan pembedahan.
Itulah kelima fakta mengenai retensi plasenta. Ketika Mama mengalami retensi plasenta, tim medis akan tahu apa yang harus dilakukan untuk meminimalkan risiko secara lebih aman.
Baca juga:
- 5 Fakta Mengenai Kondisi Persalinan Distosia, Prosesnya Terhambat
- 5 Fakta Mengenai Asfiksia pada Bayi, Mama Baru Harus Tahu
- 5 Fakta Mengenai Fetal Distress saat Proses Persalinan