8 Kondisi Ibu Menyusui yang Bisa Membahayakan Bayi
Sebaiknya bicarakan dengan dokter sebelum mulai menyusui, ya!
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
ASI adalah makanan kaya nutrisi paling lengkap untuk bayi. Termasuk pada bayi prematur dan bayi yang sakit. Apalagi menyusui telah dikaitkan dengan kedekatan fisik dan sentuhan yang semuanya membantu ikatan bayi.
Ditambah lagi, anak yang disusui lebih mungkin mendapatkan jumlah berat badan yang tepat dan mengurangi mereka memiliki kelebihan berat badan.
Tapi dalam beberapa situasi, 8 kondisi ibu menyusui di bawah ini berpotensi membahayakan bayi. Berikut Popmama.com berikan informasi selengkapnya:
1. Bayi dengan kondisi galaktosemia
Sayangnya, bayi yang memiliki masalah galaktosemia dan tidak mentolerir gula alami biasanya tidak diperbolehkan mendapat ASI. Ini karena galaktosemia mengacu pada kondisi metabolisme langka yang mencegah mereka memproses galaktosa, yakni salah satu gula dalam ASI dan susu formula.
Dikutip dari Kidshealth.org, bayi perlu minum susu formula berbahan dasar kedelai sebagai pengganti ASI atau susu formula berbahan dasar susu sapi. Anak-anak dengan galaktosemia harus terus menjauhkan susu dan produk susu lainnya dari makanan mereka.
Ketika bayi alami galaktosemia, maka sudah jelas merupakan kontraindikasi mutlak untuk menyusui. Gangguan tersebut bisa menyebabkan banyak masalah bagi bayi baru lahir. Bahkan mengancam jiwa jika tidak segera ditangani.
2. Sang ibu yang memiliki riwayat HIV
Pada umumnya, dokter akan membuat penilaian khusus terhadap ibu yang baru saja melahirkan bayi dengan kondisi medis tertentu. Salah satunya jika sang ibu alami HIV. Maka hal itu mengharuskannya untuk menghentikan atau tidak pernah mulai menyusui.
Sebab ibu yang hidup memiliki HIV, ini dapat menularkan virusnya kepada bayi melalui ASI. Artinya, menyusui berkontribusi pada risiko infeksi HIV. Sedangkan HIV sendiri adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan menyebar melalui cairan tubuh tertentu, termasuk ASI.
Dilansir dari Thewellproject.org, ketika seorang perempuan memakai obat HIV kemungkinan dia akan menularkan HIV ke bayinya selama kehamilan atau kelahiran. Risiko penularan HIV melalui menyusui seperti halnya penularan seksual.
3. Mengalami tuberkulosis aktif yang tidak diobati
Pada kondisi medis tertentu, akan ada pembatasan pada ibu menyusui. Terutama jika Mama menderita tuberkulosis aktif yang tidak diobati. Sedangkan infeksi Tuberkulosis (TB) sendiri memang selalu menjadi tantangan tersendiri.
Tentu ini berpengaruh terhadap kesehatan bayi yang disusui. Bahkan diagnosis TB atau paparan TB aktif pada ibu menyusui, hal itu juga membuat mereka tertekan secara emosional. Namun dalam kebanyakan kasus, Mama bisa menyusui secara aman setelah minum antibiotik selama sekitar dua minggu.
Dirilis dari Healthychildren.org, jika kamu menderita tuberkulosis (TB) dapat menyusui saat sedang minum obat. Tapi ibu dengan TB yang tidak diobati, maka tidak boleh menyusui atau melakukan kontak langsung dengan bayi baru lahir. Biasanya sampai mereka memulai pengobatan yang tepat dan tak lagi menular.
4. Saat ibu menerima perawatan kemoterapi untuk kanker
Bahwa menyusui adalah metode untuk memberi makan bayi yang paling penting. Tapi sayangnya, keputusan ini tidak bisa dilakukan ketika sang ibu menerima kemoterapi untuk kanker. Mama tidak bisa menyusui saat menerima obat kemoterapi.
Sebab itu berbahaya bagi sang bayi. Hal tersebut dapat mengganggu pembelahan sel normal dan sehat di dalam tubuh. Biasanya dokter menyarankan agar Mama menjaga bayi tetap aman dan kesehatan diri sendiri.
Diinformasikan dari Webmd, dokter mungkin akan menyarankan kamu berhenti atau tidak mulai menyusui jika memerlukan perawatan kemoterapi dan terapi hormon. Banyak dari obat-obatan ini masuk ke dalam ASI dan mempengaruhi bayi.
5. Ibu menyusui yang sedang mengonsumsi obat tertentu
Pada kenyataannya, ASI memang penuh dengan hal-hal baik yang dibutuhkan bayi. Tapi apabila Mama sedang mengonsumsi obat, ini adalah kondisi yang mencegah bayi baru lahir mendapat asupan ASI.
Terutama jika diberi obat resep tertentu seperti obat untuk sakit kepala migrain, penyakit Parkinson atau radang sendi. Bahkan termasuk obat antikanker, litium, retinoid oral, yodium dan amiodaron.
Diwartakan oleh Mayoclinic, paparan obat dalam ASI menimbulkan risiko terbesar bagi bayi prematur. Termasuk bayi baru lahir dan bayi yang secara medis tidak stabil. Risikonya paling rendah untuk bayi sehat berusia 6 bulan ke atas.
6. Malnutrisi atau gizi buruk pada ibu
Ibu yang mengalami malnutrisi atau kekurangan gizi mungkin tidak mampu menghasilkan ASI yang cukup berkualitas. ASI yang kurang nutrisi dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi, serta meningkatkan risiko penyakit. Penting bagi ibu menyusui untuk menjaga asupan nutrisi seimbang agar dapat memberikan ASI yang berkualitas bagi bayinya.
7. Kecanduan alkohol
Ibu menyusui yang mengonsumsi alkohol dalam jumlah berlebihan dapat membahayakan bayinya. Alkohol dapat masuk ke dalam ASI dan memengaruhi bayi, yang dapat menyebabkan masalah perkembangan, gangguan tidur, serta gangguan motorik.
Jika ibu memilih untuk mengonsumsi alkohol, sebaiknya dilakukan dengan sangat terbatas dan dengan jeda waktu yang cukup sebelum menyusui.
8. Kelelahan ekstrem
Kelelahan ekstrem atau kurang tidur pada ibu menyusui bisa mempengaruhi kualitas ASI serta kemampuan ibu dalam merawat bayinya. Ibu yang terlalu lelah mungkin kesulitan menyusui dengan benar atau memberikan perhatian penuh kepada bayinya, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan dan kesejahteraan bayi. Penting bagi ibu menyusui untuk mendapatkan dukungan dan istirahat yang cukup agar tetap dapat memberikan perawatan terbaik untuk bayinya.
Ma, itulah delapan kondisi ibu menyusui yang bisa membahayakan sang bayi. Sebaiknya bicarakan dahulu dengan dokter sebelum mulai menyusui, ya!
Baca juga:
- Penyebab Jahitan Melahirkan Normal Masih Terasa Sakit
- 5 Penyebab Hubungan Seks Terasa Sakit setelah Melahirkan
- 7 Jenis Rasa Sakit saat Keguguran dan Cara Menanganinya