5 Risiko Masalah Medis dari Induksi Persalinan yang Sering Terjadi
Apakah Mama dikomendasikan untuk melakukan induksi persalinan?
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Apakah dalam jangka waktu dekat Mama akan melahirkan sang buah hati?
Bahwa sebagian ibu hamil memilih jalan untuk mendapat bantuan induksi persalinan. Dimana prosedur ini adalah stimulasi kontraksi rahim selama kehamilan sebelum persalinan dimulai dengan sendirinya.
Perempuan yang memutuskan langkah tersebut, biasanya ketika mereka baru pertama kali melahirkan. Terutama menemukan tanggal kelahiran tanpa banyak kontraksi atau karena berbagai alasan.
Namun ternyata, terdapat 5 risiko induksi persalinan yang perlu diperhatikan. Berikut Popmama.com berikan ulasan selengkapnya:
1. Dikaitkan dengan persalinan secara caesar
Ketahuilah, bahwa salah satu metode induksi adalah memecahkan kantung ketuban. Jika ini tidak segera alami kontraksi dan memungkinkan kelahiran normal, maka dokter perlu melahirkan bayi melalui operasi caesar.
Artinya, induksi persalinan yang gagal dan memulai dengan serviks yang belum matang dikaitkan akan dilakukannya persalinan secara caesar.
Jadi kemungkinan, penyedia layanan kesehatan akan mendiskusikan dengan sang ibu. Terutama ketika posisi bayi tidak memungkinkan untuk dilahirkan normal. Sebab kondisi tersebut bisa berakibat buruk bagi bayi.
2. Mengurangi jumlah oksigen yang mencapai bayi
Untuk sebagian ibu hamil, induksi persalinan mungkin terbilang kurang efektif dan menimbulkan risiko masalah kesehatan pada bayi. Dalam beberapa kasus, induksi persalinan memiliki dampak buruk pada detak jantung bayi yang rendah.
Ini akhirnya malah mengurangi suplai oksigen bayi dan menurunkan detak jantungnya. Biasanya kondisi sang bayi jadi kesulitan bernapas. Bahkan organ hati yang belum cukup matang justru meningkatkan kadar bilirubin dalam darah bayi.
Menurut Journal of Midwifery and Women's Health yang dikutip dari Insider.com bahwa risiko lain dari persalinan yang diinduksi adalah detak jantung melambat untuk bayi. Hal itu karena beberapa obat induksi menyebabkan peningkatan kontraksi yang mengurangi jumlah oksigen mencapai bayi.
3. Kuman penyebab infeksi akan mudah masuk
Induksi persalinan yang dilakukan di rumah sakit dan dipantau oleh tim medis, ini tak jarang menimbulkan dampak buruk. Salah satunya adalah bayi cenderung tetap berada di posisi di dalam rahim dan membuatnya lebih sulit untuk turun ke jalan lahir.
Terkadang induksi persalinan berpotensi memecahkan selaput ketuban, akibatnya dapat meningkatkan risiko infeksi bagi ibu dan bayi. Padahal selama di dalam perut ibu, bayi dilindungi oleh air ketuban.
Itu sebabnya, jika setelah air ketuban ibu pecah tapi bayi tidak kunjung keluar, maka membuat bayi rentan terkena infeksi dalam kandungan. Tidak ada lagi yang melindungi bayi dari paparan lingkungan luar, sehingga kuman penyebab infeksi akan mudah masuk.
4. Mengalami tingkat ruptur uteri yang lebih tinggi
Ternyata, induksi persalinan dengan oksitosin atau misoprostol dikaitkan dengan tingkat ruptur uteri yang lebih tinggi. Bahwa ruptur uteri pada uterus tanpa jaringan parut setelah gagalnya induksi, ini merupakan efek samping yang perlu dipantau.
Bahkan memerlukan indeks kecurigaan yang tinggi untuk didiagnosis. Pasalnya, diagnosis yang salah dari ruptur uteri selama induksi persalinan dapat mengakibatkan kematian ibu. Hal tersebut disebabkan syok akibat hemoperitoneum berat.
Insiden ruptur uteri setelah induksi persalinan sendiri, kondisinya termasuk komplikasi di mana rahim robek di sepanjang garis bekas luka dari operasi caesar sebelumnya atau operasi rahim besar. Di sisi lain sangat jarang ruptur uteri terjadi pada perempuan yang belum pernah menjalani operasi rahim sebelumnya.
5. Menyebabkan pendarahan setelah melahirkan
Ingatlah, induksi persalinan meningkatkan risiko otot rahim perempuan tidak berkontraksi dengan baik setelah melahirkan. Ini biasanya dapat menyebabkan pendarahan serius pasca persalinan.
Usai bayi dilahirkan, rahim biasanya berkontraksi dan mendorong keluar plasenta. Dimana kontraksi ini memberi tekanan pada pembuluh darah yang berdarah di area tempat plasenta menempel. Jika rahim tidak berkontraksi cukup kuat, pembuluh darah berdarah dengan bebas.
Itulah kelima risiko dari induksi persalinan. Pastikan Mama dan keluarga telah berdiskusi dengan dokter kandungan sebelum memutuskannya, ya.
Baca juga:
- 7 Komplikasi Berbahaya yang Perlu Diwaspadai Saat Proses Persalinan
- Mencegah Vagina Robek Saat Persalinan Normal, Ini Caranya!
- 5 Tanda Tidak Normal Pasca Persalinan, Perlu Waspada!