Manfaat dan Risiko Persalinan dengan Forsep atau Ventouse
Alat yang dilekatkan kepada kepala bayi supaya dia boleh ditarik keluar
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tidak semua persalinan bisa dilakukan dengan bantuan alat seperti forsep atau ventouse. Ada beberapa kondisi yang menjadi kontraindikasi, misalnya jika kriteria penggunaan alat tidak terpenuhi. Contoh lainnya adalah usia kehamilan di bawah 34 minggu atau berat janin diperkirakan kurang dari 2500 gram. Selain itu, persetujuan pasien juga menjadi faktor penting.
Dikutip dari Medical Life Science, bahwa dalam beberapa kasus, persalinan sesar lebih dianjurkan, terutama jika ada kecurigaan posisi janin yang tidak normal, janin berukuran besar di atas 4500 gram, atau ketidakcukupan anestesi.
Metode ini juga disarankan jika sudah dilakukan pengambilan sampel darah dari kulit kepala janin atau pemasangan elektroda kulit kepala beberapa kali tanpa berhasil.
Persalinan dengan forsep ataou ventouse memiliki manfaat dan risiko tersendiri, berikut ini ulasan lengkap dari Popmama.com terkait kedua alat tersbut untuk Mama.
Manfaat Ventouse Dibandingkan Forsep
Penggunaan ventouse semakin banyak dipilih di berbagai fasilitas medis karena memiliki beberapa keuntungan, antara lain:
- Risiko laserasi perineum lebih rendah
Teknik ini cenderung menyebabkan lebih sedikit robekan pada perineum. - Tanpa kebutuhan anestesi umum
Proses ini tidak memerlukan anestesi umum atau blok pudendal. - Nyeri pasca persalinan lebih ringan
Mama cenderung merasakan nyeri yang lebih sedikit setelah melahirkan dibandingkan dengan penggunaan forsep. - Menurunkan angka persalinan sesar
Ventouse membantu mengurangi kebutuhan untuk melakukan operasi sesar.
Manfaat Forsep Dibandingkan Ventouse
Meski ventouse memiliki banyak keunggulan, forsep juga memiliki kelebihan tertentu, seperti:
- Proses persalinan lebih cepat
Forsep dapat membantu proses persalinan lebih singkat dibandingkan ventouse. - Keberhasilan lebih tinggi
Tingkat keberhasilan persalinan pervaginam lebih tinggi dengan forsep. - Cedera kepala janin lebih rendah
Risiko cedera kulit kepala janin seperti cephalhematoma dan hematoma subgaleal lebih kecil dengan forsep. - Kemampuan mengoreksi posisi kepala janin
Forsep dapat membantu memutar kepala janin ke posisi yang lebih optimal untuk kelahiran normal. - Tidak mudah terlepas saat digunakan
Forsep lebih stabil saat digunakan untuk menarik janin dibandingkan ventouse. - Cocok untuk kondisi tertentu
Forsep lebih aman digunakan dalam kasus bayi prematur, persalinan sungsang, janin dengan koagulopati atau trombositopenia, dan persalinan dengan epidural yang menghambat dorongan mengejan.
Komplikasi Persalinan dengan Bantuan Alat
Penggunaan alat bantu persalinan, seperti vakum atau forceps, memang dapat membantu memperlancar proses melahirkan dalam situasi tertentu.
Namun, prosedur ini juga memiliki potensi risiko komplikasi, baik bagi Mama maupun bayi, terutama jika penggunaannya tidak memenuhi kriteria medis yang telah ditetapkan.
Risiko ini dapat meningkat apabila operator yang menangani kurang berpengalaman atau jika tekanan yang diberikan selama prosedur terlalu kuat.
Oleh karena itu, sangat penting bagi Mama untuk berdiskusi dengan dokter mengenai manfaat dan risiko yang mungkin timbul sebelum memutuskan penggunaan alat bantu persalinan demi keselamatan dan kesehatan keduanya.
Berikut ini penjelasan komplikasi yang dapat terjadi baik pada Mama maupun bayi:
Komplikasi pada Mama
- Robekan perineum yang parah
Robekan parah pada perineum dan cedera anus dapat menyebabkan inkontinensia atau desakan buang air besar jangka panjang pada 20-40% kasus. - Nyeri perineum
Nyeri pada perineum sering terjadi selama dan setelah persalinan. - Perdarahan dan anemia
Kehilangan darah berlebihan bisa menyebabkan anemia. - Masalah kandung kemih
Retensi urin pasca persalinan, inkontinensia, fistula urin, dan prolaps organ panggul bisa muncul setelah beberapa bulan atau tahun.
Menurut penjelasan dari Health Science menyatakan, robekan jaringan lunak di sekitar jalan lahir juga lebih sering terjadi pada persalinan dengan forsep (sekitar 50%) dan ventouse (sekitar 30% dengan cangkir silikon, dan 20% dengan cangkir kaku).
Komplikasi pada Bayi
- Cedera kulit kepala
Ventouse dapat menyebabkan luka di kulit kepala, cephalhematoma, hematoma subgaleal, dan perdarahan intrakranial. - Cedera saraf wajah
Risiko kelumpuhan saraf wajah, hiperbilirubinemia, dan perdarahan retina juga lebih tinggi. - Risiko gagal persalinan
Faktor seperti BMI di atas 30, janin besar, posisi kepala janin yang tidak normal (okspital posterior), atau letak janin yang masih tinggi meningkatkan risiko kegagalan persalinan dengan alat bantu.
Jika persalinan dengan alat bantu tidak berhasil, Mama mungkin perlu menjalani operasi sesar sebagai alternatif.
Nah, itu dia Ma ulasan mengenai manfaat dan risiko persalinan dengan forsep atau ventouse. Persalinan dengan menggunakan alat tersebut bisa menjadi solusi efektif untuk membantu proses melahirkan dalam kondisi tertentu. Masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu dipertimbangkan bersama dokter.
Konsultasi yang matang sebelum persalinan sangat penting untuk memastikan keamanan Mama dan bayi. Dengan informasi yang cukup, Mama dapat mengambil keputusan terbaik untuk pengalaman persalinan yang lebih nyaman dan aman.
Baca juga:
- Nikita Willy Melahirkan Anak Kedua di AS dengan Metode Water Birth
- Kenali Depresi Postpartum Usai Melahirkan dan Cara Mengatasinya!
- Mengenal Doula, Pendamping Setia Ibu Melahirkan