Pengungsi di Gaza Melahirkan Bayi Kembar Empat, Ada yang Tak Selamat!
Iman al-Masry melahirkan ditengah gempuran serangan Israel
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Seorang ibu hamil melahirkan bayi kembar empat di jalur Gaza, Palestina. Iman al-Masry melahirkan keempat anaknya di sebuah rumah sakit di Gaza Selatan yang jauh dari rumahnya.
Iman bersama keluarganya pergi mengungsi ke selatan setelah dipaksa meninggalkan rumahnya di Gaza Utara. Mereka berjalan ditengah kondisi Iman yang serang hamil untuk menghindari serangan brutal Israel.
Perempuan 28 tahun itu berhasil melahirkan bayi kembar empat yang terdiri dari dua bayi perempuan dan dua bayi laki-laki, namun salah satu dari bayi tersebut, tidak terselamatkan.
Berikut Popmama.comtelah merangkum informasi selengkapnya mengenai pengungsi di Gaza melahirkan bayi kembar empat.
1. Berjalan kaki sejauh lima kilometer
Pada pertengahan Oktober, Iman al-Masry bersama keluarganya meninggalkan rumahnya di Beit Hanoon. Mereka pergi ke Gaza Selaran untuk mencari keselamatan.
Iman al-Masry beserta keluarganya berjalan sejauh 5 kilometer menuju kamp pengungsi Jabalia. Saat itu, Iman tengah mengandung usia enam bulan.
“Itu memengaruhi kehamilan saya,” kata Iman, dikutip dari Al Jazeera.
2. Melahirkan bayi kembar empat, satu tak selamat
Perempuan 28 tahun itu berhasil melahirkan keempat bayinya pada 18 Desember melalui operasi caesar di sebuah rumah sakit di Gaza Selatan.
Iman melahirkan dua bayi perempuan yang diberi nama Tia dan Lynn, sedangkan dua bayi laki-lakinya diberi nama Yasser dan Mohammed.
Setelah itu, Iman segera diminta meninggalkan rumah sakit bersama bayi-bayi yang baru lahir untuk memberi ruang bagi pasien perang lainnya. Namun kehendak berkata lain, salah satu bayinya tidak bisa bertahan hidup.
“Mohammed beratnya hanya satu kilogram. Dia tidak bisa bertahan hidup,” ujarnya.
Kini, mereka tinggal di ruang sekolah yang sempit yang menjadi tempat berlindung di Deir el-Balah.
3. Kekurangan air bersih serta bahan pokok
Seperti orang tua lainnya, Iman berharap bahwa ia bisa mengikuti tradisi dan merayakan kelahiran bayinya, namun setelah 10 hari kemudian bahkan ia belum bisa memandikan anak-anaknya karena sulit untuk mendapatkan air bersih.
Di wilayah yang terkena dampak dari gencatan senjata Israel, mereka kesulitan untuk mendapatkan bahan-bahan pokok, seperti susu, obat-obatan, perlengkapan kebersihan, popok, bahkan air bersih.
“Biasanya, saya mengganti popok bayi setiap dua jam, tapi situasinya sulit dan saya harus berhemat,” ungkap Iman.
Ia menambahkan, bayi baru lahir hanya mendapatkan popok baru di pagi hari dan satu lagi di malam hari.
4. Ammar al-Masry merasa tak berdaya untuk melindungi anak-anaknya
Suaminya, Ammar al-Masry mengaku tidak bisa berdaya atas kejadian yang menimpa keluarganya, Ammar juga merasa terpukul karena tidak bisa menafkahi keluarganya.
“Saya mengkhawatirkan anak-anak saya. Saya tidak tahu bagaimana melindungi mereka,” kata Ammar.
Dia juga mengatakan bahwa dirinya akan menghabiskan banyak waktu diluar rumah untuk berusaha mencari makanan.
“Tia (yang menderita penyakit kuning) harus diberi ASI dan istri saya membutuhkan makanan bergizi yang mengandung protein. Anak-anak membutuhkan susu dan popok. Tapi saya tidak bisa mendapatkan semua itu,” tambahnya.
Diketahui, dilansir dari Al Jazeera, jumlah korban terbaru yang dikeluarkan oleh Kementerian Gaza, gencatan senjata yang dilakukan oleh Israel sedikitnya menewaskan 21.110 orang dengan sekitar dua per tiga dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.
Itulah rangkuman informasi mengenai pengungsi di Gaza melahirkan bayi kembar empat.
Baca juga:
- Kisah Ibu Melahirkan di Gaza, Listrik Padam dan Teror Serangan Bom
- 7 Fakta Menyakitkan Ibu Hamil di Gaza, Operasi Caesar Tanpa Obat Bius
- Sedih, Dokter Mengazani Bayi Pasien karena Sang Papa Positif Covid-19