TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Pilihan KB untuk Ibu Menyusui, Manakah yang Paling Aman?

Hindari KB dengan kandungan hormon estrogen

Pixabay/GabiSanda

Setelah melahirkan, hari-hari Mama akan disibukkan dengan mengurus si Kecil. Selain itu, Mama mungkin mulai memikirkan untuk menggunakan alat kontrasepsi sehingga bisa mencegah kehamilan dan fokus dengan tumbuh kembang buah hati.

Namun, apakah semua KB aman digunakan oleh ibu menyusui? Mama mungkin merasa khawatir akan hal ini. Oleh karenanya, perlu mencari tahu segala hal tentang alat kontrasepsi bagi ibu menyusui. 

Lebih lanjut, berikut informasi seputar KB untuk ibu menyusui yang perlu Mama ketahui. Popmama.com telah merangkumnya dari berbagai sumber.

1. KB saat menyusui, apakah aman?

Pexels/Anna Shvets

Ketika baru melahirkan buah hati, Mama pasti belum siap untuk hamil kembali. Oleh karenanya, sudah terpikirkan untuk menggunakan alat kontrasepsi sebagai pencegah kehamilan. 

Namun, apakah KB saat masa menyusui aman? Dikutip dari Verywell health, semua jenis alat kontrasepsi umumnya aman dipakai oleh ibu menyusui. 

Ada banyak pilihan KB yang bisa digunakan segera setelah Mama melahirkan. Misalnya IUD, KB implan, KB suntik, hingga pil progestin.  Meskipun KB aman bagi ibu menyusui, akan tetapi Mama sebaiknya tidak menggunakan alat kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen. 

Usai tiga minggu melahirkan, Mama baru diperbolehkan untuk menggunakan KB dengan kandungan hormon estrogen. Misalnya KB pil, patch, atau cincin (vaginal ring). 

2. Jenis KB untuk ibu menyusui yang bisa Mama pilih

Pexels/Artem Podrez

Lantas, apa saja jenis KB yang aman bagi ibu menyusui? Berikut beberapa pilihan kontrasepsi yang dapat Mama pilih:

  • IUD

Salah satu pilihan KB untuk ibu menyusui, yaitu IUD. Bagi Mama yang belum tahu, IUD adalah plastik berbentuk T yang dimasukkan ke dalam rahim untuk mencegah pembuahan.

Ada dua pilihan KB IUD yang bisa ibu menyusui pilih. Pertama, IUD hormonal yang mengandung progestin. Kedua, IUD non-hormonal. 

IUD hormonal biasanya dapat memengaruhi produksi ASI sehingga IUD non-hormonal dinilai lebih aman untuk ibu menyusui. 

  • Mini Pil

Mini pil juga bisa menjadi pilihan KB untuk ibu menyusui. Jenis kontrasepsi yang satu ini dinilai sangat efektif untuk mencegah kehamilan. Namun, Mama perlu mengonsumsinya setiap hari di jam yang sama agar kerjanya optimal. 

Biasanya, setiap kemasan mini pil terdiri dari 28 kapsul yang wajib dikonsumsi per hari dan dihabiskan. Dalam setiap kemasannya, terdiri dari 21 pil berisi hormon dan 7 pil lainnya tanpa hormon. 

  • KB Implan

Pilihan kontrasepsi lainnya untuk ibu menyusui adalah implan yang dipasang di bawah kulit pada lengan bagian atas. 

Jenis KB yang satu ini mengandung hormon progesteron dan efektif untuk mencegah kehamilan hingga tiga tahun lamanya. 

KB implan akan sangat cocok bagi Mama yang merasa tidak nyaman ketika menggunakan KB IUD, yang perlu dimasukkan ke bagian rahim. 

  • KB Suntik

Sesuai dengan namanya, jenis KB ini yang diberikan melalui suntikan. Umumnya, disuntikan pada bagian bokong atau lengan setiap tiga bulan sekali. 

Jenis KB suntik ini tidak akan mengganggu produksi ASI selama proses menyusui karena hanya mengandung hormon progresteron. 

Meski begitu, ibu menyusui yang menggunakan KB suntik akan sulit mengembalikan masa suburnya. Diperkirakan, Mama baru bisa mengembalikan masa subur setelah satu tahun pemakaian KB suntik. 

  • Kondom Internal 

Tidak hanya digunakan oleh laki-laki, kondom juga ada yang diperuntukkan bagi perempuan, lho. 

Kondom tersebut digunakan sebagai pemakaian internal. Jadi, dimasukkan ke dalam bagian vagina. Kondom untuk perempuan ini berbentuk seperti cincin yang harus dipasang di dalam vagina selama tiga minggu. 

Cincin atau kondom vagina biasanya mengandung hormon estrogen dan progesteron sehingga bisa memengaruhi produksi ASI.

3. Pengaruh KB pada ibu menyusui dan bayinya

Unsplash/Jonathan Borba

Sebenarnya, penggunaan KB selama masa menyusui diperbolehkan. Namun sayangnya, produksi ASI Mama mungkin terpengaruh.

Misalnya, pasokan ASI berkurang ketika Mama memilih jenis KB dengan kandungan hormon estrogen. 

Ketika suplai ASI si Kecil berkurang karena hormon estrogen, Mama pun mungkin akan berhenti menyusui bayi lebih cepat. 

Apabila suplai ASI Mama berkurang, bisa saja berisiko pada bayi yang baru lahir. Mulai dari risiko dehidrasi hingga penurunan berat badan bayi di awal masa menyusui.

Oleh karenanya, banyak ibu menyusui yang lebih memilih untuk KB non-hormonal atau progestin saja.  Jika pun Mama ingin menggunakan KB hormonal, disarankan untuk menggunakannya ketika si Kecil telah menginjak usia 6 bulan atau lebih. Jadi, proses tumbuh kembang bayi tidak terpengaruh besar karena pasokan ASInya pun cukup.

4. Kapan KB pascapersalinan boleh dilakukan?

Pexels/JESHOOTS.com

Setelah mengetahui informasi seputar KB untuk ibu menyusui, Mama mungkin penasaran kapan waktu yang tepat untuk menggunakannya. 

Sebenarnya, waktu penggunaan KB ini akan bergantung pada jenis kontrasepsi yang Mama pilih. Jadi, sebaiknya lakukan konsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum menggunakan KB setelah melahirkan. 

Yang jelas, KB setelah melahirkan memiliki banyak manfaat bagi Mama dan si Kecil. Sebab, jarak aman yang dianjurkan antara kehamilan sebelumnya dengan kehamilan berikutnya adalah 18 bulan. 

Jadi, Mama sebaiknya bisa hamil kembali ketika buah hati mencapai usia 1,5 tahun. Jarak kehamilan ini perlu diperhatikan agar tubuh Mama memiliki waktu yang cukup untuk kembali pulih pascapersalinan. 

Selain itu, jarak kehamilan juga bisa meminimalisir beberapa risiko pada bayi. Kehamilan yang terjadi sebelum 18 bulan dari waktu persalinan sebelumnya dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur, berat badan lahir rendah (BBLR), hingga bayi kecil masa kehamilan (KMK).

Itu dia penjelasan lengkap seputar KB untuk ibu menyusui yang perlu Mama pahami. Semoga bermanfaat!

Baca juga: 

The Latest