Kisah Ibu Melahirkan di Gaza, Listrik Padam dan Teror Serangan Bom
Sulitnya ibu di Gaza melahirkan di tengah listrik padam dan bom Israel
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Serangan Israel ke Gaza, Palestina terus masif berdatangan. Tak hanya, melenyapkan pemukiman penduduk hingga rumah sakit, pemadaman listrik yang dilakukan Israel pun menyulitkan para ibu hamil yang segera melahirkan.
Melansir BBC News Pidgin, seorang ibu di Gaza bernama Jumana Emad kesulitan mencari rumah sakit untuk bersalin. Dirinya bahkan terpaksa melahirkan di tengah pemadaman listrik dan serangan bom.
Berikut Popmama.com telah merangkum kisah ibu melahirkan di Gaza, listrik padam dan teror serangan bom. Simak di bawah ini.
1. Meninggalkan rumah setelah serangan Israel
Kala itu, Jumana Emad tengah hamil besar dan tidak sabar menunggu kelahirkan anak keduanya. Ia dan sang Suami pun telah mempersiapkan berbagai keperluan untuk persalinan dalam tas.
Miris, rencana untuk melahirkan seketika berubah total lantaran adanya serangan Israel yang menurut Kementerian Kesehatan Hamas telah menewaskan 9.000 orang sejauh ini.
Serangan Israel ini disebut sebagai balasan atas serangan Hamas yang menewaskan 1.400 orang dan menyandera lebih dari 200 orang. Alhasil, Jumana dan suaminya mengikuti perintah Israel untuk pergi meninggalkan rumah yang berlokasi di Gaza bagian Utara.
Di tengah ketakutan dan kondisi hamil besar, Jumana membawa putrinya, Tulin ke rumah kerabatnya dengan hanya berbekal satu potong pakaian, sekotak susu, dan tas kecil.
2. Perjuangan mencari rumah sakit
Jumana dan suaminya pergi meninggalkan rumah dan menuju ke bagian selatan Gaza. Ia pun mengungkap kesulitan hamil besar di tengah serangan bom yang bahkan tidak bisa keluar untuk membeli makanan.
Perjuangan Jumana pun tidak berhenti di sana, ia juga kesulitan mencari rumah sakit yang bersedia membantu untuk melahirkan. Awalnya, Jumana berencana untuk bersalin di Rumah Sakit Al-Shifa, namun rumah sakit besar di Gaza ini juga kewalahan menangani pasien.
Alhasil, Jumana pun menuju Rumah Sakit Al-Adwa di tengah jalur Gaza tepatnya di Nuseirat. Sayangnya, dalam kondisi kesakitan menjelang persalinan, Jumana kesulitan menemukan taksi yang bersedia membawanya ke rumah sakit kecil tersebut.
"Sopir taksi takut dan ambulans tidak punya waktu untuk perempuan yang akan melahirkan," ungkap Jumana, melansir BBC News Pidgin.
3. Melahirkan dalam kondisi listrik padam
Dalam kondisi listrik padam, terganggunya koneksi internet, dan pasokan air menipis, Jumana berjuang melahirkan calon anaknya. Pada 13 Oktober pun Jumana akhirnya melahirkan di rumah sakit pada malam hari.
Pada saat jam-jam persalinannya, Jumana menceritakan bahwa ia mendengar serangan artileri di sebelah rumah sakit dan berbagai teriakan. Kala itu, ia mengira serangan hebat tersebut telah sampai ke rumah sakit.
"Saya mendengar teriakan dari segala arah, saya juga memikirkan nasib putri pertama saya. Saya mengkhawatirkannya karena dia jauh dariku," tutur Jumana.
Di tengah kondisi yang mengkhawatirkan, Jumana dan suaminya tetap bahagia atas kelahiran anak kedua mereka yang berjenis kelamin perempuan. Putri kecilnya ini kemudian di beri nama Talia.
4. Perjuangan Jumana setelah melahirkan
Sehari setelah persalinan, Jumana meninggalkan rumah sakit dan kembali berkumpul bersama keluarganya. Miris, perjuangannya untuk keluar dari rumah sakit pun tidak mudah.
Ia terpaksa menyusuri anak tangga rumah sakit lantaran lift dalam kondisi tidak berfungsi akibat mati listrik. Sembari menggendong bayinya dan dalam kondisi kesakitan setelah bersalin, Jumana menuruni anak tangga dari lantai 4 rumah sakit.
Setelah sampai lantai dasar, Jumana dan suaminya kesulitan mencari sopir taksi yang mau membawa mereka pulang. Pada akhirnya, pasangan ini mendapatkan taksi walaupun harus menghabiskan kocek tinggi dan tidak diantar sampai depan rumah.
5. Jumlah ibu hamil di Gaza
Jumana menjadi salah satu di antara ribuan ibu hamil lainnya di Gaza yang menghadapi kondisi sulit untuk bersalin. Menurut United Nations Populations Fund (UNFPA), terdapat 50.000 perempuan Gaza yang sedang hamil.
Sekitar 5.500 di antaranya diperkirakan akan melahirkan dalam jangka waktu 30 hari ke depan. UNFPA juga menyebut rumah sakit juga dalam kondisi kewalahan menangani pasien yang terus melonjak.
Lonjakan jumlah pasien tersebut juga tidak sebanding dengan pasokan alat medis dan kebutuhan pokok yang menipis. Jumana juga menjadi ibu yang bernasib beruntung bisa melahirkan di rumah sakit.
Nah, itu dia informasi seputar kisah ibu melahirkan di Gaza, listrik padam dan teror serangan bom. Bagaimana menurut kamu?
Baca juga:
- 5 Bahaya Kurang Tidur setelah Melahirkan, Hati-Hati Ma!
- Ibu Asal Sudan Melahirkan saat Umrah di Masjidil Haram
- Dokter di Malaysia Bantu Ibu Melahirkan dalam Truk, Ini Kronologinya