Apakah Penderita Hepatitis B Bisa Melahirkan Normal?
Bayi memiliki risiko tinggi terinfeksi hepatitis B saat proses persalinan berlangsung.
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Hepatitis B adalah penyakit yang sering menginfeksi ibu hamil namun jarang disadari oleh penderita. Sebab, gejala hepatitis B tidak terlihat jelas, bahkan tidak muncul sama sekali.
Oleh karena itu, beberapa ibu hamil akan terkejut ketika mengetahui dirinya mengidap hepatitis B. Mereka akan memikirkan bagaimana prosedur persalinan yang tepat agar tidak menularkan hepatitis B kepada bayi.
Pasalnya, hepatitis B bisa menular kepada bayi yang terpapar cairan dari vagina. Lantas, bisakah penderita hepatitis B melahirkan normal? Berikut ulasannya yang dirangkum Popmama.com.
Penderita Hepatitis B Boleh Melahirkan Normal
Hepatitis B yang menginfeksi ibu hamil nyatanya tidak memengaruhi prosedur persalinan. Artinya, Mama yang terinfeksi hepatitis B tetap dapat melahirkan bayi secara normal.
Hepatitis B juga tidak menginfeksi bayi selama berada dalam kandungan. Namun, risiko penularan menjadi lebih tinggi saat proses persalinan, baik persalinan normal maupun caesar. Hepatitis B bahkan meningkatkan risiko bayi lahir prematur atau lahir dengan berat badan rendah.
Risiko Bayi Terinfeksi Hepatitis B
Telah disinggung di atas bahwa bayi memiliki risiko tinggi terinfeksi hepatitis B saat proses persalinan berlangsung. Sebab, hepatitis B ditularkan melalui darah atau cairan vagina selama proses persalinan.
Bila Mama menderita hepatitis B akut, artinya terinfeksi kurang dari enam bulan, maka kemungkinan bayi juga terinfeksi hepatitis B adalah 90 persen. Sementara bila Mama terinfeksi hepatitis B kronis, artinya infeksi menetap hingga lebih dari enam bulan, maka risiko bayi terinfeksi hepatitis B adalah 10-20 persen.
Gejala Hepatitis B
Meski gejala Hepatitis B tampak samar atau bahkan tidak muncul sama sekali, namun beberapa gejala bisa muncul setelah 1-5 bulan tubuh terinfeksi virus hepatitis B.
Seiring berjalannya waktu, gejala hepatitis yang mungkin muncul adalah perubahan warna kulit dan bagian putih mata menjadi kekuningan.
Berikut beberapa gejala hepatitis B yang bisa muncul saat hamil:
- Mual dan muntah,
- mudah lelah,
- nafsu makan menurun,
- demam,
- nyeri perut.
Apabila Mama tidak menyadari gejala-gejala di atas atau jarang memeriksakan diri ke dokter, maka hepatitis B bisa menyebabkan komplikasi kehamilan seperti ketuban pecah dini, terserang diabetes gestasional, hingga plasenta lepas sebelum waktunya.
Bagaimana Mencegah Hepatitis B?
Virus hepatitis B harus terdeteksi sejak dini agar bisa segera dilakukan pengobatan. Oleh karena itu, Mama perlu rutin konsultasi ke dokter guna mengetahui apakah tubuh terinfeksi virus hepatitis B atau tidak.
Selain itu, pola hidup sehat juga perlu dilakukan selama kehamilan untuk meminimalkan infeksi virus hepatitis B. Jangan ragu untuk meminta pasangan mama atau keluarga serumah untuk menjalani pemeriksaan hepatitis B agar kemungkinan tertular pun semakin kecil.
Sementara untuk pengobatan hepatitis B akan tergantung pada pemeriksaan HBeAg dan viral load atau jumlah virus dalam darah. Bila kadar virus tinggi, maka dokter akan memberikan obat-obatan antivirus guna memperkecil kemungkinan bayi terinfeksi hepatitis B saat proses persalinan.
Terpenting adalah Mama harus rutin memeriksakan diri ke dokter selama kehamilan. Mama juga bisa mendiskusikan prosedur persalinan yang tepat dan aman untuk bayi sehingga risiko penularannya menjadi lebih kecil.
Baca juga:
- Mengenal Hepatitis B, Penyakit yang Bisa Menular saat Berhubungan Seks
- Mengapa Vaksin Hepatitis B Penting untuk Ibu Hamil? Ini Manfaatnya!
- Bisa Menular ke Bayi, Waspada Hepatitis B saat Hamil!