Jangan Abaikan Trauma Melahirkan, Simak Cara Mengatasinya, Ma!
Jika diabaikan, trauma melahirkan dapat menimbulkan masalah di kemudian hari, Ma
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Hampir setengah dari ibu yang melahirkan menggambarkan pengalaman melahirkan mereka sebagai sesuatu yang traumatis. Masalahnya adalah sebagian besar merasa malu atau merasa bersalah karena memiliki trauma seputar melahirkan. Ini membuat mereka menyimpan atau menutupi rasa trauma tersebut.
Ada banyak informasi yang salah di luar sana tentang trauma kelahiran. Dan jika Mama merasa kelahiran traumatis, Mama tidak perlu bergumul diam-diam atau merasa trauma ini adalah hal yang salah. Carilah dukungan yang diperlukan untuk membantu Mama mengatasinya.
Ulasan Popmama.com kali ini membahas soal trauma melahirkan, efek potensial, dan cara mengatasinya. Semoga dapat membantu Mama, ya.
Apa itu Trauma Melahirkan?
Kelahiran traumatis tidak berarti melahirkan bayi yang meninggal dunia atau mengalami serangan panik di meja persalinan.
"Trauma ada di mata yang melihatnya," jelas Cheryl Tatano Beck, DNSc, CNM, FAAN, seorang profesor terkemuka di Sekolah Keperawatan Universitas Connecticut dan salah satu pakar terkemuka tentang trauma kelahiran.
"Yang paling penting adalah bagaimana seorang perempuan mengklasifikasikan dan mengalaminya," tambah Paige Bellenbaum, LMSW, direktur pendiri dan kepala petugas hubungan eksternal di The Motherhood Center of New York. Apa yang Mama alami dan klasifikasikan sebagai trauma mungkin tidak sama dengan apa yang dialami dan digolongkan oleh ibu lain sebagai trauma.
Mayoritas kasus trauma kelahiran yang dilihat Beck adalah kasus di mana, seperti yang dikatakannya, "jika seorang dokter biasa melihat catatan mereka, mereka tidak akan pernah bermimpi bahwa ibu tersebut bisa menganggap kelahiran itu traumatis."
Bellenbaum juga mencatat bahwa banyak ibu merasa bahwa mereka mengalami trauma persalinan dengan kelahiran pertama mereka. "Saya pikir ada banyak hal penting di dalamnya karena sebagai ibu yang baru pertama kali melahirkan, kami tidak tahu apa yang akan terjadi. Seringkali, mereka dapat pergi dengan perasaan seolah-olah mereka gagal."
Menurut Beck, masalah utamanya adalah kurangnya perhatian, kurangnya komunikasi, dan perasaan gagal.
Risiko dari Trauma Melahirkan
Trauma melahirkan dapat memengaruhi seorang mama, termasuk PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) dan masalah dengan menyusui.
Jika tidak segera diatasi, trauma ini dapat berlanjut sampai ke ulang tahun pertama si Kecil. Jika Mama mengalami trauma melahirkan, saat merayakan ulang tahun si Kecil, Mama juga merayakan hari jadi “trauma melahirkan”.
Persalinan selanjutnya bisa menjadi rintangan lain. Ibu yang mengalami trauma mungkin merasa kehamilan berikutnya penuh dengan kepanikan, dengan pertanyaan yang terus membayangi apakah kelahiran berikutnya akan traumatis atau bahkan menyembuhkan.
Cara Mengatasi Trauma Melahirkan
Jika Mama merasa mengalami kelahiran traumatis, ada cara untuk mengatasinya. Para ahli menyarankan untuk memulai dengan tiga hal berikut:
- Memproses pengalaman melahirkan
Kelahiran bisa menjadi angin puyuh dengan sedikit waktu istirahat untuk menerima apa yang baru saja terjadi. Tetapi jika Mama mengalami kelahiran yang traumatis, Mama mungkin merasa tidak memiliki kesempatan untuk duduk dan benar-benar memproses pengalaman melahirkan.
Tetapi ketika Mama menyimpan pengalaman di dalam hati, sisa trauma dapat terbentuk tanpa jalan keluar dan memperburuk gejala. "Ketika kita menyimpan trauma di dalam diri kita, hal-hal dapat terjadi di masa mendatang tanpa disangka-sangka," kata Bellenbaum.
Memberi diri sendiri ruang untuk memproses pengalaman melahirkan, secara pribadi dalam jurnal, dengan teman tepercaya, atau dengan terapis membantu membuka jalan ke depan.
- Temui seorang profesional
"Dalam banyak kasus, trauma melahirkan membutuhkan intervensi dan perawatan klinis untuk membantu orang merasa lebih baik dan melupakannya," kata Bellenbaum. Ini, tentu saja, terutama jika Mama melihat gejala PTSD (mengalami kilas balik, mimpi buruk, kadang-kadang merasakan mati rasa emosional, menghindari hal-hal yang mengingatkan pada trauma, sulit tidur, mudah tersinggung, dan banyak lagi).
Penting untuk menemukan seseorang yang berspesialisasi dalam kesehatan mental perinatal dengan keahlian PTSD dari persalinan, trauma kelahiran, atau depresi pascapartum, catat Beck.
- Pertimbangkan doula pascapartum
Doula tidak hanya menyediakan satu set tangan ekstra untuk membantu merawat Mama dan bayi, tetapi mereka adalah profesional terlatih yang dapat memberikan jenis dukungan satu-satu yang dibutuhkan seorang ibu yang baru melahirkan.
Apakah Mama Harus Mencoba untuk Hamil Kembali setelah Mengalami Trauma Melahirkan?
Memiliki anak kedua adalah keputusan pribadi mama dan keluarga.
Jika Mama khawatir mengalami trauma dan tidak ingin hamil lagi, ada baiknya Mama berkonsultasi dengan terapis. Ia akan membantu mengatasi kekhawatiran dan meyakinkan bahwa apa pun yang Mama lakukan adalah keputusan yang tepat untuk Mama.
Dan pastikan Mama meluangkan waktu untuk membuat pilihan mama bersama suami. Jangan biarkan siapa pun menekan Mama untuk membuat keputusan sebelum Mama siap atau melakukan sesuatu yang tidak Mama sukai.
Kehamilan dan melahirkan bukanlah hal yang mudah. Mengalami trauma setelah melahirkan juga bukan hal yang tabu yang harus ditutupi, Ma. Karena itu, jangan ragu untuk terbuka akan trauma melahirkan yang Mama alami atau mencari bantuan jika Mama membutuhkannya.
Semoga informasi ini bermanfaat, Ma!
Baca juga:
- Apakah Mama akan Mengalami Depresi Postpartum pada Kehamilan Kedua?
- Apakah Mama Dapat Menyusui Ketika Mengalami Depresi Pasca Kelahiran?
- Depresi Pasca Menyapih juga Bisa Terjadi, Ini Penyebab dan Gejalanya!