Menyusui on Demand, Menyusui Setiap Bayi Menunjukkan Tanda Lapar
Menyusui setiap kali bayi menunjukkan tanda lapar, apakah berisiko?
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
ASI adalah makanan utama bayi selama enam bulan pertama. Dari ASI, si Kecil mendapatkan semua nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh kembangnya. Karena itu, tidak heran jika Mama ingin memastikan kebutuhan ASI si Kecil selalu tercukupi.
Yang sering menjadi pertanyaan orangtua adalah kapan harus menyusui bayinya? Apakah harus membuat jadwal atau menyusui setiap bayi menunjukkan tanda-tanda lapar?
Menyusui setiap kali bayi menunjukkan tanda lapar dikenal juga dengan sebutan interval on demand atau menyusui on demand.
Apakah ini merupakan cara yang paling tepat untuk si Kecil? Kali ini, Popmama.com akan mengulas soal menyusui on demand. Yuk, kita simak bersama!
Apa Itu Menyusui on Demand?
Menyusui on demand adalah menyusui saat Mama melihat tanda-tanda lapar dari bayi. Kegiatan menyusui dilakukan sesuai keinginan si Bayi tanpa melihat waktu.
Ini berlawanan dengan clock feeding atau menyusui bayi sesuai jadwal.
Cara ini berpusat pada bayi, merupakan ‘cara primitif’ merawat bayi. Orangtua harus memerhatikan terus menerus tanda-tanda bila bayi tidak nyaman atau mungkin lapar.
Berapa Kali Bayi Menyusu jika Menggunakan Teknik Menyusui on Demad
Waktu minum bayi ditentukan hanya berdasar adanya tanda-tanda bayi lapar, seperti suara mengisap, tangan bergerak mendekati ke arah mulut, menangis dan rewel.
Teknik ini menganut prinsip bahwa waktu menyusui bayi adalah acak, tidak bisa diprediksi. Bisa saja hari ini waktu menyusui bayi per 3 jam lalu 1 jam diikuti 20 menit kemudian. Namun besoknya setiap 4 jam kemudian 2 jam.
Di sini jarak antara waktu menyusu tidak penting karena orangtua menganut paham menyusui sesuai kebutuhan atau permintaan bayi. Jadi alih-alih memerhatikan waktu, orangtua harus memerhatikan tanda-tanda lapar dari si Kecil.
Kelemahan Teknik Menyusui on Demand
Namun cara ini memiliki kelemahan. Salah satunya orangtua mengasumsikan bahwa tanda-tanda dari bayi dapat dipercaya. Padahal bisa saja tidak. Dalam beberapa kondisi, ibu menyusui tidak dapat menggunakan teknik ini. Misalnya, saat bayi sedang sakit dan tidak mau menyusu, ia tidak menunjukkan tanda lapar. Bayi yang suka tidur pun tidak menunjukkan tanda lapar setelah 4-5 jam.
Akibatnya, bayi berisiko tidak mendapat nutrisi yang semestinya karena tanda-tanda lapar bayi tidak muncul, bayi tidak disusui.
Selain itu, berikut beberapa kelemahan teknik menyusui on demand:
- Mengandalkan tanda-tanda lapar dari bayi berisiko menyebabkan bayi dehidrasi, kenaikan berat badan dan pertumbuhan terhambat, dan ibu menyusui pun stres.
- Sebaliknya, bila bayi menunjukkan tanda setiap kurang dari dua jam, ini dapat menyebabkan Mama kelelahan. Yang pada akhirnya memengaruhi suplai ASI.
- Bayi mudah rewel, perilaku waktu tidur jadi sulit diprediksi, siklus tidur dan bangun menjadi tidak stabil. Semua ini pun akhirnya memengaruhi kegiatan menyusu bayi.
Pendekatan Apa yang Cocok untuk Menyusui Bayi?
Yang terbaik adalah Mama mengombinasikan antara menggunakan jadwal dan mengenali tanda-tanda lapar dari bayi. Pendekatan ini dikenal dengan sebutan Parent Direct Feeding (PDF).
Dalam pendekatan ini, interval waktu dan tanda-tanda lapar merupakan hal yang sama pentingnya.Bayi akan disusui bila lapar, tetapi batas interval waktu akan memberi batas proteksi sehingga Mama tidak menyusui terlalu sering atau terlalu jarang seperti tiap 4-5 jam.
Jarak waktu yang dipakai biasanya 2,5 - 3 jam.
Selama enam bulan pertama kehidupannya, bayi bergantung pada ASI untuk mendukung tumbuh kembangnya. Perhatikan juga tanda-tanda bayi mendapatkan ASI yang cukup sehingga pertumbuhannya optimal, Ma.
Itulah informasi terkait menyusui on demand. Teknik apa yang Mama gunakan untuk menyusui si Kecil?
Baca juga:
- Bayi Menangis setelah Menyusu, Apakah ini Normal?
- Benarkah Aktivitas Menyusui Berubah saat Bayi Bertambah Umur?
- Menyusui saat Bayi Tidur, Apakah Boleh Dilakukan?