Merapi Meletus Lagi, Ini Dampak Abu Vulkanik Bagi Kesehatan Ibu Hamil
Bahaya abu vulkanik saat terhirup, coba lakukan ini
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Gunung Merapi meletus lagi pada Sabtu (28/03) pukul 05.21 WIB. Kolom erupsi terpantau menjulang hingga 2.000 meter, seperti terdata oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta.
Arah angin membawa abu vulkanik ke sisi barat. Rangkaian letusan tersebut sudah terjadi sejak Jumat pagi, sehingga status Merapi ditetapkan waspada atau level II.
Bagi Mama yang tinggal di kota-kota sekitar Merapi, pasti rasanya was-was ya. Belum juga wabah Covid-19 mereda, Mama sudah harus waspada dengan dampak erupsi, yaitu hujan abu.
Jika Mama sedang hamil, rasa cemas jelas bertambah dua kali lipat. Lalu, apa saja dampak abu vulkanik bagi kesehatan ibu hamil? Berikut Popmama.comrangkum dari berbagai sumber.
1. Dampak abu vulkanik bagi kesehatan
Abu vulkanik mengandung zat atau gas berbahaya. Apalagi, partikel abunya begitu kecil hingga nyaris tak terlihat.
Beberapa partikel berbahaya yang dibawa abu vulkanik antara lain, sulfat, asam hidroklorik, karbon dioksida, dan asam hidroflourat.
Hujan abu memang tidak bisa dielakkan. Mama hanya bisa berdiam diri di rumah agar tidak terpapar abu terlalu banyak.
Namun, Mama tetap perlu mengetahui seperti apa gejala yang dirasakan akibat menghirup abu.
- Hidung beringus
- Sakit tenggorokan/batuk
- Sesak nafas
- Iritasi mata (gatal/memerah)
- Lecet atau goresan pada kornea
- Konjungtivitis
2. Risiko terkena penyakit saluran pernafasan
Saluran pernafasan manusia berisiko paling tinggi terganggu akibat abu vulkanik. Aerosol di dalamnya bisa jadi beracun yang membuat iritasi paru-paru, mata, maupun kulit.
Pada ibu hamil, penyakit saluran pernafasan seperti bronkhitis mungkin saja terjadi. Jika tidak segera ditangani, bronkus mengecil perlahan.
Oksigen yang dihirup pun berkurang dan tubuh ibu hamil kekurangan asupan oksigen. Hal ini tentu bisa mengganggu pertumbuhan janin.
Sebagai catatan, ibu hamil dengan riwayat penyakit gangguan pernafasan seperti asma mempunyai kondisi lebih rentan jika menghirup abu vulkanik.
Mengingat hujan abu kadang tidak bisa diprediksi arah embusan anginnya, guna mencegah paparan lebih lanjut, langkah evakuasi ke tempat aman jauh lebih bijak.
3. Pertumbuhan janin tidak optimal
Meski demikian, paparan abu vulkanik dipandang tidak menimbulkan risiko cacat atau bayi lahir prematur. Asalkan, ibu hamil segera memperoleh penanganan begitu situasi tempat tinggalnya tidak kondusif.
Jika tidak segera dievakuasi, pertumbuhan janin dikhawatirkan terganggu. Risiko bayi lahir dengan berat badan rendah, misalnya, bisa meningkat.
4. Lakukan langkah pencegahan penting
Ada alasan mengapa ibu hamil, bayi, anak-anak, dan lansia menjadi kelompok rentan dalam berbagai situasi bencana alam, termasuk gunung meletus.
Ibu hamil berada dalam kondisi berbeda lantaran sedang mengandung janin. Apa pun yang dialami ibu, bisa berpengaruh pada kondisi janin.
Maka, Mama dapat melakukan beberapa langkah pencegahan berikut agar bisa mengurangi paparan abu vulkanik.
- Pakai masker dan kacamata saat harus bepergian keluar rumah
- Menutup pintu dan jendela rumah tinggal, termasuk ventilasi rapat-rapat
- Basahi permukaan yang berdebu agar tidak mudah tertiup angin, sehingga pergerakan dan perpindahan abu tidak meluas
- Hindari menarik nafas dalam-dalam, karena cara bernafas demikian bisa menyebabkan inhalasi partikel abu masuk lebih dalam juga ke paru-paru.
- Evakuasi ke tempat aman jika situasi rumah tinggal tidak kondusif
Demikian penjelasan dan solusi Popmama mengenai dampak abu vulkanik bagi kesehatan ibu hamil. Semoga Mama dan si kecil dalam kandungan sehat selalu ya!
Baca juga:
- Manfaat, Dosis dan Efek Samping Obat CTM untuk Ibu Hamil
- Awas! 7 Buah Ini Bahaya Dikonsumsi oleh Ibu Hamil
- 10 Manfaat Buah Bit untuk Ibu Hamil