5 Risiko Komplikasi Umum Saat Hamil di Usia 30-an
Jaga kesehatan dengan rutin konsultasi ke dokter ya, Ma
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Memasuki usia 30an apakah kini Mama berancana sedang ingin hamil kembali? Seiring berjalannya waktu dan bertambah usia, berbagai perubahan bisa terjadi pada tubuh Mama.
Oleh sebab itu, Mama perlu lebih cermat dalam menjaga kesehatan kehamilan. Misalnya dengan lebih menjaga pola makan, tetap rutin olahraga, tidak lupa istirahat cukup dan tentunya rutin konsultasi ke dokter.
Mama perlu tahu bahwa saat usia semakin bertambah, ada beberapa risiko komplikasi tambahan yang lebih mungkin terjadi. Berikut Popmama.com rangkum informasinya:
1. Persalinan prematur
Persalinan prematur adalah ketika persalinan terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu. Ini jelas merupakan komplikasi serius, karena melahirkan bayi terlalu dini dapat mengakibatkan komplikasi kesehatan dan keterlambatan perkembangan.
Namun jika diidentifikasi sejak awal, persalinan prematur bisa diturunkan risikonya, Ma. Kenali lebih jauh tentang tanda dan gejala kemungkinan persalinan prematur seperti keluar vlek darah, nyeri punggung yang teramat sangat dan kontraksi.
Untuk meminimalkan risiko terjadinya persalinan prematur, penting bagi Mama untuk menjaga kualitas dan kuantitas pola makan. Pastikan Mama cukup mengonsumsi lemak tak jenuh ganda, vitamin D, dan DHA. Hindari kebiasaan-kebiasaan buruk yang bisa mengganggu kesehatan, termasuk minum minuman beralkohol dan merokok.
Saat berkonsultasi dengan dokter pada kali pertama, sampaikan jika Mama memang memiliki riwayat persalinan prematur sebelumnya, ya.
2. Diabetes gestasional
Dikutip dari Parenting First Cry, perempuan yang hamil di usia 30-an memiliki risiko lebih tinggi mengalami diabetes gestasional. Ini berarti ibu hamil memiliki kadar gula darah tinggi selama kehamilan, walaupun sebelumnya selalu dalam batas normal.
Seringkali gejalanya tidak bisa terlihat, tetapi baru ketahuan setelah dilakukan tes skrining rutin. Salah satu hal yang mungkin patut dicurigai adalah ketika Mama keratp merasa sangat haus dan lapar, serta memiliki peningkatan frekuensi buang air kecil.
Diabetes gestasional yang tidak terkendali dapat memicu terjadinya berat lahir berlebihan pada bayi, kelahiran prematur, atau membuat anak berisiko terkena diabetes tipe 2 di kemudian hari. Terdiagnosis diabetes gestasional juga dapat menempatkan Mama pada risiko tekanan darah tinggi atau preeklampsia.
Untuk menurunkan risiko terkena diabetes gestasional, penting untuk mempersiapkan tubuh Mama sebelum dan selama kehamilan. Jaga berat badan tetap terkendali, siapkan camilan sehat, dan rutin skrining.
3. Preeklampsia
Preeklampsia adalah komplikasi kehamilan yang berpotensi berbahaya, biasanya ditandai dengan tekanan darah tinggi dan kemungkinan kerusakan pada sistem organ lain. Tanda-tanda lain termasuk pembengkakan tangan dan kaki, jarang buang air kecil, mual dan sakit kepala, dan sesak napas.
Memiliki berat badan berlebihan, kehamilan janin kembar dan hamil untuk kali pertama menjadi faktor risiko umum dari preeklampsia. Komplikasi jika Mama memiliki preeklampsia yang tak terkendali di antaranya seperti solusio plasenta, kerusakan organ, pembatasan pertumbuhan janin dan sebagainya.
Meskipun pencegahan total sulit dilakukan, ada beberapa hal yang dapat Mama lakukan untuk menurunkan risiko preeklampsia.
Utamanya adalah dengan menjaga berat badan tetap dalam batas normal. Catat kenaikan berat badan dan tekanan darah sepanjang kehamilan dan ikuti rekomendasi dokter untuk mengendalikannya. Tetap terhidrasi dengan baik dan cukupi kebutuhan istirahat.
4. Berat badan lahir bayi rendah
Bayi dikatakan memiliki berat badan rendah adalah ketika terlahir dengan berat kurang dari 2,5 kilogram (kg).
Kondisi ini juga seringkali menjadi hal umum dalam kasus kelahiran prematur. Penyebab lain bayi lahir dengan berat juga bisa karena komplikasi saat kehamilan seperti masalah pada plasenta Mama.
Ada beberapa hal yang dapat Mama lakukan sehubungan dengan gaya hidup dan kesehatan untuk menghindari kemungkinan bayi lahir dengan berat badan rendah.
Pertama, hentikan kebiasaan buruk yang Mama miliki (semakin awal semakin baik) yang dapat menyebabkan masalah pada kehamilan.
Perhatikan diet dan olahraga Mama. Kedua, lakukan konsultasi dan pemeriksaan rutin ke dokter sesuai jadwal yang diberikan. Laporkan setiap gejala atau masalah kesehatan yang Mama alami.
5. Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik umumnya lebih berisiko dialami oleh perempuan berusia 35-44 tahun, yakni ketika sel telur yang telah menempel di tempat lain selain rahim. Akibatnya, sel telur tidak bisa berkembang dengan baik dan justru membahayakan Mama.
Selain faktor usia, penyebab lain untuk kehamilan ektopik termasuk riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, endometriosis, atau menggunakan obat kesuburan tanpa anjuran dokter.
Apabila Mama kerap mengalami pusing, kelelahan, nyeri di satu sisi tubuh serta ada pendarahan pada vagina, segera cek ke dokter untuk menemukan apakah ada kemungkinan terjadi kehamilan ektopik.
Dalam beberapa kasus yang parah, kehamilan ektopik juga bisa menimbulkan gejala lain seperti pendarahan hebat, sakit kepala, sakit perut, dan bahkan syok.
Demikian beberapa informasi tentang risiko komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu hamil usia 30-an. Yang terpenting, jangan lupa tetap rajin konsultasi ke dokter ya, Ma.
Baca juga:
- Jangan Kaget! Ini Penyebab Perut Keras Selama Kehamilan
- Apakah Mengonsumsi Pepaya Muda Baik Bagi Kehamilan?
- 7 Hal yang Harus Dipersiapkan saat Kehamilan Trimester Pertama