Kasus Meningkat, 51 Persen Ibu Hamil Pasien Covid-19 adalah OTG
Ibu hamil OTG berpotensi menjadi penular virus ke keluarga dan tenaga kesehatan
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Infeksi akibat virus corona tidak selamanya menunjukkan gejala. Di kondisi tertentu, seseorang bisa saja sudah terpapar, namun sama sekali tidak mengalami gejala umum Covid-19. Kondisi ini disebut sebagai asimtomatik.
Mereka yang tanpa gejala, disebut sebagai Orang Tanpa Gejala (OTG), sangat mengkhawatirkan karena tetap dapat menularkan virus ke orang di sekitarnya. Ibu hamil merupakan salah satu yang rentan menjadi OTG.
Bahkan, Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi mengonfirmasi bahwa sekitar 51% ibu hamil yang menjadi pasien Covid-19 termasuk ke dalam OTG. Fenomena tersebut juga berkontribusi kepada naiknya angka kematian dokter kandungan.
Untuk informasi selengkapnya, mari simak ulasan dari Popmama.com di bagian berikut ini!
1. Sekitar 51 persen ibu hamil tergolong OTG
Ibu hamil memang merupakan kelompok yang rentan terjangkit penyakit. Berkaitan dengan Covid-19, Ketua Perhimpunan Obstetri dan Ginekolog Indonesia (POGI), Ari Kusuma Januarto menyebutkan bahwa angka infeksi virus pada ibu hamil mengalami peningkatan. Bahkan, sebagian besar dari mereka termasuk ke dalam OTG.
"Data yang kami kumpulkan dari POGI dari cabang-cabang sejak bulan April 2020 sampai April 2021 kita mendapatkan ada 536 ibu hamil yang terpapar Covid-19, dan dari 536 itu 51,9% mereka ini tanpa gejala atau OTG," jelas Ari.
2. Akibatnya, terjadi peningkatan kematian dokter kandungan
Dikarenakan tidak menunjukkan adanya gejala, ibu hamil pun menjadi kelompok penular kepada orang-orang di sekitarnya, tanpa terkecuali para tenaga medis.
Adib Khumaidi menjelaskan bahwa banyak dokter kandungan yang berguguran akibat kelompok ibu hamil OTG tadi. Lebih rincinya lagi, sebagian besar dokter terpapar disebabkan oleh situasi genting ketika membantu ibu hamil.
“Nah karena kondisi kandungan itu lebih banyak kondisi emergensi maka tentunya susah untuk kemudian membuat pembatasan-pembatasan pasien, karena kasus-kasus melahirkan cukup tinggi saat ini,” jelas Abdi.
Bahkan, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Balikpapan, Andi Sri Juliarty, mengiyakan hal tersebut. Di Balikpapan sendiri, sudah tercatat tiga dokter kandungan yang meninggal dalam kurun waktu dua minggu.
"Dokter kandungan terpapar karena mereka menolong ibu yang sedang melahirkan dengan kondisi positif Covid-19," katanya.
3. Banyak ibu hamil yang baru dikonfirmasi positif Covid-19 menjelang kelahiran
Karena banyak ibu hamil yang tidak sadar kalau mereka telah terpapar virus corona, lantas sedikit dari mereka yang segera memeriksakan diri. Akhirnya, infeksi tersebut membuat tertundanya diagnosis Covid-19 sehingga membuat virus mampu menjangkiti orang lain secara diam-diam.
Hal tersebut didukung oleh data yang dipaparkan oleh Ari di mana 75 persen ibu hamil baru ditemukan terinfeksi virus corona pada usia kehamilan 37 minggu atau menjelang kelahiran.
“Artinya, dia (ibu hamil) mungkin terlambat diketahui atau dia juga baru datang (periksa) saat usia 37 minggu. Sehingga 37 minggu kita ketahui itu masa-masa dia mau melahirkan, ini jelas akan membutuhkan fasilitas untuk dirujuk segala macam.”
4. Ibu hamil harus taat prokes dan segera ikut vaksinasi
Dikarenakan ibu hamil merupakan kelompok rentan OTG, penting sekali buat mereka untuk segera menerima vaksin. Sebab, dengan melakukan vaksinasi, antibodi si Mama dengan janin bisa terbentuk.
Lebih jelasnya, Dr Budi Wiweko, SpOG(K), Sekjen Perhimpunan POGI, menjelaskan bahwa seorang ibu hamil harus sudah disuntik vaksin paling lambat pada usia kehamilan 33 minggu. Dirinya menuturkan supaya tercipta efek perlindungan dari vaksin bagi janin.
Selain itu, ibu yang tengah mengandung harus senantiasa mematuhi protokol kesehatan, tetap berada di rumah, dan menjaga kesehatan. Semisal ingin berkonsultasi dengan dokter, lebih disarankan untuk memanfaatkan telemedicine.
Apa yang Terjadi jika Ibu Hamil Terinfeksi Virus Covid-19?
Mungkin Mama bertanya-tanya, memangnya apa yang terjadi jika ibu hamil seperti Mama terinfeksi Covid-19?
Untuk lebih jelasnya, mari lihat sejumlah risiko yang akan dialami ibu hamil apabila terkena Covid-19:
- Mengalami gejala yang lebih parah
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, ibu hamil merupakan kelompok yang rentan. Sistem imun mama umumnya lebih rendah dibanding mereka yang tidak mengandung.
Alhasil, gejala umum yang timbul bisa menjadi lebih serius bahkan bisa memicu komplikasi. Hal ini juga bertambah parah jika Mama memiliki penyakit bawaan, seperti asma, penyakit paru-paru, dan lainnya.
- Janin juga terinfeksi virus Corona
Ada kasus bayi di Wuhan, Tiongkok yang dikonfirmasi positif Covid-19 setelah proses kelahiran. Belum diketahui pasti penyebab infeksinya sebenarnya. Namun, sejumlah peneliti berspekulasi bahwa bayi tersebut tertular virus corona lewat percikan air liur sang Mama saat proses persalinan.
Riset lain juga menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir rentan mengidap Covid-19 asimtomatik.
- Bisa mengalami kelahiran prematur
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat menyebutkan bahwa Covid-19 memungkinkan terjadinya kelahiran prematur.
Hal ini sesuai dengan data yang mereka kumpulkan dari bayi yang lahir dari 4.442 ibu hamil positif Covid-19 dalam rentang waktu 24 Maret hingga 14 Oktober 2020. Hasilnya, terdapat 12,9% kelahiran prematur dari 3.912 kelahiran hidup.
Itulah informasi tentang meningkatnya kasus infeksi Covid-19 pada ibu hamil. Ingat, lindungi selalu diri dari virus corona ya, Ma! Sebab, kesehatan Mama sangat berpengaruh terhadap janin dan juga orang di sekitar.
Baca juga:
- Menyusui saat Positif Covid, Apakah Bayi akan Terinfeksi Lewat ASI?
- Deretan Selebriti yang Pernah Positif Covid-19 saat Hamil
- Hindari Covid-19, Ini Protokol Kesehatan yang Harus Diikuti Ibu Hamil