Kemenkes: Pentingnya Buku KIA untuk Pantau Kesehatan Ibu dan Anak
Masih kurangnya pemanfaatan dengan baik, Kemenkes ajak orangtua memahami pentingnya buku KIA
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Menyambut perayaan Hari Anak Nasional 2021, Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) bersama PT Tirta Investama dalam webinar virtual pada Kamis (29/7/21) bersama-sama mengajak para orangtua untuk memanfaatkan pentingnya buku kesehatan ibu dan anak (KIA).
Sesuai dengan rekomendasi organisasi kesehatan dunia (WHO), Kemenkes menetapkan buku KIA sebagai alat pencatatan kesehatan ibu dan anak di tingkat keluarga.
Selain sebagai media pencatatan, buku KIA juga digunakan sebagai media Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) bagi ibu hamil dan balita untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak secara rutin.
Ditemui dalam acara webinar tersebut, Plt Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Drg. Kartini Rustandi, M. Kes menyampaikan, "Kami melihat ternyata pemanfaatan buku KIA di masyarakat hingga saat ini masih belum sesuai harapan."
Untuk mengetahui informasi terkait peranan penting buku KIA bagi ibu dan anak, berikut Popmama.com telah merangkumnya selengkapnya.
1. Kurangnya pemanfaatan buku KIA di tengah pandemi
Sebelum adanya pandemi, Kemenkes menyebutkan bahwa pemanfaatan buku KIA masih belum dilakukan secara maksimal oleh para orangtua.
Padahal, buku KIA dirancang sedemikian rupa untuk membantu memantau kesehatan dan tumbuh kembang sejak masa kehamilan, hingga anak berusia enam tahun.
Persoalan lain, adanya pandemi tentu membuat akses terhadap layanan kesehatan seperti di puskesmas atau klinik, rumah bersalin, klinik kesehatan keliling, dan pusat pengobatan tradisional kurang memadai.
"Untuk itulah, kami melakukan kerja sama dengan berbagai pihak agar edukasi pemanfaatan Buku KIA sesuai sasaran, sehingga orangtua dapat memantau perkembangan anak balita dengan baik,” ujar Drg. Kartini.
2. Anjuran pemantauan mandiri lewat buku KIA
Di masa pandemi, pelayanan gizi dan kesehatan lebih diprioritaskan kepada kelompok balita dan ibu hamil serta menyusui yang berisiko. Sehingga saat ini banyak diberlakukan telekonsultasi untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 pada mereka.
Drg. Kartini juga menjelaskan bahwa pemantauan pertumbuhan kesehatan ibu hamil dan anak di faskes atau posyandu disesuaikan dengan kebijakan setempat. Jika memang tidak buka, maka Mama dianjurkan melakukan pemantauan secara mandiri lewat buku KIA.
3. Buku KIA penting untuk mencatat kesehatan ibu dan anak
Di kesempatan yang sama, Koordinator Poksi Kesehatan Balita dan Anak Usia Prasekolah dr. Ni Made Diah, P.L.D., MKMmenjelaskan bahwa pemantauan mandiri dengan buku KIA perlu dikuatkan dengan edukasi untuk mendukung pemanfaatan buku KIA, terutama dalam kelengkapan pengisiannya.
"Selama pandemi ini, setiap informasi tentang kesehatan dan catatan khusus adanya kelainan pada ibu hamil serta anak harus dicatat di dalam buku KIA. Apabila mengalami kesulitan, orangtua bisa berkonsultasi kepada tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan didahului telekonsultasi sebelum janji temu,” ujar dr. Diah.
4. Pemantauan tumbuh kembang anak sebagai deteksi dini
Seperti yang diketahui, situasi Indonesia belum sepenuhnya lepas dari masalah kekurangan gizi anak, khususnya yang berusia di bawah lima tahun (balita). Tercermin dari prevalensi stunting masih sebesar 27,7% pada tahun 2019, meskipun telah turun dari 30,8% di tahun sebelumnya. Angka tersebut mengindikasikan masih ada tiga dari 10 anak balita menderita stunting.
Itulah mengapa buku KIA sangat berperan penting bagi ibu hamil dan anak-anak sebagai deteksi dini tumbuh kembang si Kecil nanti.
Dalam presentasi pada acara yang sama, Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang Dr. dr. Fitri Hartanto, Sp.A(K)mengatakan, “Orang tua sebaiknya memiliki catatan khusus tentang perkembangan anak karena waktu pencapaian perkembangan motorik dan mental setiap anak tidak akan sama persis. Kondisi pandemi membuat akses terhadap layanan kesehatan terbatas. Untuk itu, buku KIA penting untuk dimiliki oleh para orangtua, khususnya ibu hamil agar dapat melakukan pemantauan tumbuh kembang anak sebagai deteksi dini.”
Adapun pemantauan ini menjadi salah satu cara mengurangi risiko stunting atau permasalahan gizi lainnya pada anak. Dengan ditemukannya secara dini, penyimpangan atau masalah tumbuh kembang pada anak, maka intervensi yang akan dilakukan tentunya akan lebih mudah dan fokus.
5. Lebih mudah dengan hadirnya aplikasi M-KIA
Dalam presentasinya, dr. Diah juga menjelaskan bahwa pemantauan kesehatan ibu dan anak dengan buku KIA kini bisa dilakukan secara mobile melalui M-KIA yang sudah tersedia pada Google Play Store.
Mengingat saat ini masih banyak kasus hilang atau rusaknya buku KIA yang dimiliki oleh setiap orangtua, Kemenkes kemudian meluncurkan adanya aplikasi KIA versi mobile yang akan memudahkan para orangtua untuk melakukan pemantauan kesehatan baik ibu dan anak.
"Sekarang juga sudah dikembangkan aplikasi M-KIA. Di sini ada buku KIA, informasi yang tertuang di dalam aplikasi," ujarnya.
Itu dia informasi seputar pentingnya buku KIA untuk ibu hamil hingga anak usia enam tahun. Semoga informasi di atas dapat menjadi pemahaman baru bagi Mama untuk memudahkan pemantauan kesehatan si Kecil sejak dalam kandungan.
Baca juga:
- Sering Diabaikan, Ini Pentingnya Buku KIA untuk Memantau Kehamilan
- 5 Teknik Peregangan Rutin untuk Menjaga Kesehatan Mama dan Janin
- Perlu Dibaca, Ini 10 Rekomendasi Buku untuk Kesehatan Mama dan Bayi