Studi Baru: Pindah Rumah Saat Hamil Dapat Berisiko Kelahiran Prematur
Sebaiknya rencanakan pindahan sebelum atau setelah masa kehamilan
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pindah ke rumah baru menjadi salah satu rencana yang mungkin saja sudah dirancang jauh hari, bahkan sebelum kamu mengetahui bahwa kamu sedang mengandung.
Namun sebuah studi baru di Washington menemukan bahwa melakukan kegiatan pindah rumah saat hamil dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur.
Wah, sebelum buru-buru pindah rumah dalam keadaan kamu sedang hamil, sebaiknya Mama mengetahui beberapa hasil penelitian ini terkait risiko kelahiran prematur di bawah ini yuk!
1. Penelitian terkait kelahiran prematur pada perempuan yang pindah rumah saat trimester pertama
Dilansir dari livescience.com, para peneliti studi menganalisis data dari lebih dari 100.000 ibu hamil di negara bagian Washington.
Para peneliti menemukan bahwa perempuan yang pindah rumah selama trimester pertama kehamilan, 42% lebih mungkin melahirkan prematur (sebelum 37 minggu kehamilan) dan 37% lebih mungkin untuk memiliki bayi dengan berat lahir lebih rendah dari rata-rata, dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak bergerak selama trimester pertama.
Studi tersebut dipublikasikan pada 30 Juli 2019 dalam Journal of Epidemiology dan Community Health yang merupakan salah satu badan yang pertama kali meneliti hubungan antara pindah ke rumah baru dan risiko yang akan dialami ibu hamil.
Namun, penelitian ini hanya menemukan hubungan dan tidak membuktikan bahwa pindah rumah menyebabkan kelahiran prematur atau hasil kelahiran berbahaya lainnya. Mungkin ada faktor-faktor lain yang tidak dapat diperhitungkan oleh peneliti studi, seperti alasan untuk pindah, yang dapat memengaruhi banyak risiko kehamilan.
2. Studi ini masih butuh penelitian lebih dalam
Berdasarkan hanya satu studi bisa dikatakan terlalu dini untuk membuat rekomendasi bagi para perempuan untuk melakukan pindah rumah selama masa kehamilan.
"Studi kami adalah langkah pertama yang baik dalam mengidentifikasi bahwa banyak bergerak saat ingin pindah rumah sebagai faktor risiko potensial yang layak diteliti lebih dalam, tetapi saya tidak berpikir kita cukup tahu pada titik ini,” ungkap Julia Bond sebagai penulis utama studi, dari Departemen Epidemiologi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Washington, kepada Live Science.
Sementara itu, Bond menyarankan ibu hamil mendiskusikan potensi stres selama kehamilan, seperti pindah, dengan tim perawatan kesehatan mereka.
3. Presentase risiko kelahiran prematur antara perempuan yang pindah rumah dan tidak
Studi sebelumnya telah menemukan bahwa ibu hamil yang mengalami tekanan dan stres pada trimester pertama meliputi bencana alam, krisis ekonomi atau kehilangan pekerjaan. Mereka yang mengalami tekanan dan stres saat hamil akan berada pada risiko yang menyangkut kehamilan seperti kelahiran prematur.
Lalu, apa hubungannya pindah rumah dengan kehamilan prematur?
Dari penelitian ini, dapat dikaitkan bahwa saat melakukan pindah rumah, perempuan yang sedang hamil akan memikirkan banyak hal, dari mulai barang-barang apa saja yang harus dibawa, biaya yang harus dikeluarkan ketika proses pindahan, bahkan hingga memikirkan lingkungan baru yang harus mereka hadapi.
Tak jarang juga, ada saja ibu hamil yang ingin mengangkut sendiri barangnya. Meski tak berat, mengangkat barang yang memiliki muatan beban juga tak disarankan pada ibu hamil mengingat akan banyak risiko yang akan ditemui.
Untuk studi baru, para peneliti menganalisis informasi dari akta kelahiran untuk bayi yang lahir di negara bagian Washington dari tahun 2007 hingga 2014. Karena akta kelahiran melaporkan lamanya ibu tinggal di alamatnya saat ini, para peneliti dapat menentukan apakah dia melakukan perpindahan rumah selama trimester pertamanya.
Secara keseluruhan, penelitian ini mencakup data dari sekitar 28.000 perempuan yang pindah selama trimester pertama dan sekitar 112.000 ibu hamil yang tidak pindah rumah selama waktu itu.
“Di antara mereka yang pindah selama trimester pertama, 9,1% melahirkan prematur (sebelum 37 minggu kehamilan), dibandingkan dengan hanya 6,4% dari mereka yang tidak pindah rumah selama trimester pertama,” ungkap penulis penelitian.
Selain itu, di antara mereka yang pindah selama trimester pertama, 6,4% memiliki bayi yang dianggap "berat lahir rendah" (di bawah 24kg., atau sekitar 2.500 gram), dibandingkan dengan 4,5% dari ibu hamil yang tidak melakukan perpindahan selama trimester pertama.
Temuan diadakan bahkan setelah para peneliti memperhitungkan faktor-faktor tertentu yang dapat memengaruhi risiko kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah, seperti usia Mama, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi dan kebiasaan merokok.
4. Faktor utama yang menyebabkan ibu hamil melahirkan bayi prematur atau berat lahir rendah
Studi baru tidak dapat mengungkapkan mengapa pindah rumah pada trimester pertama dikaitkan dengan peningkatan risiko kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah.
Tetapi sejumlah faktor dapat memainkan peran dalam hubungan itu, termasuk gangguan terhadap perawatan kesehatan yang dialami selama pindah rumah, tekanan fisik atau tekanan emosional saat banyak bergerak pada waktu pindah rumah, dan gangguan terhadap dukungan sosial dari keluarga serta teman-teman, yang mungkin tinggal lebih jauh setelah pindah.
5. Peneliti berharap studi ini bisa dikaji lebih dalam
Bond mengatakan dia berharap penelitian di masa depan dapat melihat hubungan lebih dekat pada berbagai alasan untuk pindah, seperti mencari rumah yang lebih besar menanggapi penggusuran atau situasi yang tidak aman, untuk memeriksa apakah faktor-faktor ini mempengaruhi kelahiran prematur.
"Saya pikir itu akan membantu meningkatkan pemahaman kita tentang mengapa kita melihat hubungan antara perpindahan dan hasil kelahiran yang merugikan ini," kata Bond.
Itulah informasi seputar penelitian yang mengaitkan antara pindah rumah saat hamil dengan kelahiran prematur. Dari studi tersebut dapat disimpulkan bahwa, risiko yang terjadi saat hamil dan melahirkan bisa saja terjadi jika ibu hamil melakukan banyak kegiatan yang terlalu keras, mengalami stres berkepanjangan, dan tekanan dari lingkungannya.
Saat pindah rumah, hal-hal tersebut bisa saja terjadi dan kemungkinan dapat memengaruhi kehamilan. Seperti kita ketahui bahwa, ibu hamil butuh istirahat yang cukup, perasaan yang bahagia, dan terhindar dari stres.
Jadi, sebaiknya rencanakan pindah rumah sebelum hamil dan setelah melahirkan serta pastikan kondisi tubuhmu dalam keadaan baik ketika sedang melakukan kegiatan pindah rumah ya agar terhindar dari kejadian yang tidak diinginkan.
Baca juga:
- Cara Cepat Hamil Lagi Setelah Melahirkan Anak Pertama
- Aturan Konsumsi Kepiting bagi Ibu Hamil dan Mengetahui Risikonya
- Jarang Diketahui, Ini 7 Manfaat Buah Kemang untuk Ibu Hamil