5 Komplikasi Kehamilan Kembar yang Perlu Diwaspadai
Kehamilan kembar memberikan kebahagiaan tersendiri, namun waspada juga pada potensi komplikasinya
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Memiliki kehamilan kembar tentu membawa kegembiraan besar bagi Mama dan keluarga. Tetapi di tengah kegembiraan itu, Mama memiliki beberapa pertanyaan soal kesehatan selama kehamilan.
Apakah kehamilan kembar lebih berisiko pada komplikasi?
Memang benar bahwa tambahan janin dapat menimbulkan risiko dan kehamilan diklasifikasikan sebagai berisiko tinggi. Namun jangan khawatir karena sebagian besar mama memiliki kehamilan kembar yang sehat.
Oleh karena itu, bila Mama memiliki kehamilan kembar, kenali beberapa risiko komplikasi agar dapat dilakukan tindakan pencegahan.
Ulasan Popmama.com berikut ini akan membahas potensi risiko komplikasi kehamilan kembar yang mungkin dialami ibu hamil. Ayo disimak, Ma.
1. Persalinan dini dan berat badan lahir rendah
Bayi kembar, rata-rata, keluar lebih cepat — dan lebih kecil — daripada yang bayi tunggal. Rahim merupakan tempat yang nyaman bagi janin.
Namun bila ditempati oleh lebih dari satu janin, ini bisa menjadi tempat yang ramai dan sesak. Itu sebabnya janin kembar dianggap cukup bulan saat memasuki usia kehamilan 38 minggu.
Kelahiran prematur - persalinan sebelum 37 minggu kehamilan - adalah komplikasi paling umum pada kehamilan kembar. Persalinan kembar, rata-rata, terjadi sekitar 35 hingga 36 minggu. Kembar tiga dan kembar empat mungkin akan lahir lebih cepat.
Karena banyak kelahiran kembar terjadi lebih awal, rata-rata bayi kembar lahir dengan berat sekitar 2.5 kg.
Ini dianggap berat lahir rendah. Semua bayi prematur memiliki risiko komplikasi kesehatan selama masa bayi dan masalah jangka panjang seperti ketidakmampuan belajar dan bahkan cerebral palsy.
Untuk mengurangi risikonya, ketahui tanda-tanda persalinan prematur dan hubungi dokter jika mengalami gejalanya.
Dokter biasanya akan mengawasi kemungkinan persalinan prematur dengan mengukur panjang serviks.
Nutrisi yang memadai dan penambahan berat badan sebenarnya dapat membantu menurunkan risiko persalinan prematur.
2. Sindrom Twin to Twin Transfusion
Ini adalah kondisi di dalam rahim di mana janin mendapatkan jumlah darah yang tidak merata. Satu janin mendapat terlalu banyak darah, sementara yang lain mendapat terlalu sedikit.
Kondisi ini merupakan komplikasi langka yang terjadi pada sekitar 5 sampai 15 persen kehamilan di mana kembar identik berbagi plasenta yang sama. Meski tidak berbahaya bagi Mama, komplikasi ini berisiko bagi janin.
Ahli perinatologi (spesialisasi komplikasi kehamilan kembar) dapat melakukan terapi laser pada plasenta untuk menghentikan aliran darah dari satu kembaran ke kembaran lainnya.
Dokter mungkin juga memilih untuk mengalirkan kelebihan cairan ketuban dengan amniosentesis setiap satu atau dua minggu. Tujuannya untuk mengurangi risiko persalinan prematur dengan komplikasi ini.
3. Preeklampsia
Preeklampsia adalah komplikasi kehamilan di mana ibu hamil mengalami tekanan darah tinggi.
Setiap ibu hamil dapat mengalami preeklampsia, tetapi lebih sering terjadi pada mama yang memiliki kehamilan kembar.
Plasenta tambahan dan hormon ekstra karena tambahan janinp dapat menyebabkan tekanan darah tinggi dan preeklampsia.
Kondisi ini memengaruhi 15 sampai 20 persen mama yang memiliki kehamilan kembar. Jika tidak diobati, preeklampsia sangat berisiko, memicu kejang dan kelahiran prematur. Namun berkat pemantauan yang cermat, biasanya kondisi ini diketahui dengan cepat.
Untuk mengurangi risiko, penting untuk memulai perawatan prenatal sejak dini dan melanjutkannya selama kehamilan. Dokter akan memantau tekanan darah dengan hati-hati.
4. Diabetes gestasional
Ibu hamil kembar lebih mungkin memiliki kadar gula darah tinggi selama kehamilan meski sebelumnya tidak memiliki riwayat ini. Kondisi ini dikenal dengan sebutan diabetes gestasional.
Hormon kehamilan dan perubahan lain seperti penambahan berat badan menyebabkan resistensi insulin. Ini berarti tubuh menggunakan insulin dengan kurang efektif.
Insulin adalah hormon yang membantu sel-sel mengubah makanan menjadi energi dengan menyerap gula dari aliran darah. Resistensi insulin, pada gilirannya, menyebabkan diabetes gestasional.
Diabetes gestasional dapat meningkatkan berat lahir janin dan meningkatkan risiko komplikasi persalinan jika tidak terdeteksi.
Untungnya, diet biasanya dapat mengontrol atau bahkan mencegah diabetes gestasional, meskipun beberapa ibu hamil mungkin memerlukan insulin ekstra.
Pastikan untuk mendapatkan tes skrining glukosa pada waktu yang tepat selama kehamilan. Berolahraga secara teratur dan menerapkan pola makan sehat juga dapat membantu Mama menurunkan risiko komplikasi ini.
5. Masalah plasenta
Mama yang memiliki kehamilan kembar berisiko mengalami plasenta previa dan solusio plasenta (pemisahan prematur plasenta dari dinding rahim).
Pemeriksaan prenatal secara teratur dan pemantauan yang cermat selama kehamilan membantu mendeteksi masalah plasenta. Juga dokter dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasinya dengan cepat dan tepat.
Meski bertambahnya janin dapat berarti semakin meningkat potensi komplikasi, Mama tidak perlu khawatir.
Pastikan Mama selalu mengikuti jadwal pemeriksaan kehamilan rutin sehingga dokter dapat mengawasi kondisi kehamilan.
Diskusikan dengan dokter mengenai pola hidup sehat yang harus dijalani agar janin dan kehamilan dalam keadaan baik.
Itulah 5 komplikasi kehamilan kembar yang perlu diwaspadai, Ma. Semoga informasi ini bermanfaat ya.
Baca juga:
- 9 Gejala Komplikasi Kehamilan yang Tidak Boleh Diabaikan
- Janin Kecil untuk Usia Kehamilan: Penyebab dan Komplikasinya
- Mulut Menjadi Kering saat Hamil, Waspada Komplikasi Kehamilan