Awas, 7 Infeksi Ini Dapat Menyebabkan Keguguran pada Ibu Hamil
Jika tidak segera ditangani, bisa berakibat fatal
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Keguguran merupakan hal yang paling dikhawatirkan oleh ibu hamil. Karenanya setiap ibu hamil akan mengusahakan yang terbaik untuk menjaga kehamilannya. Tetapi, risiko keguguran dalam setiap kehamilan tetap saja ada, apalagi jika penyebabnya tidak diketahui sebelumnya.
Salah satu penyebab keguguran adalah infeksi. Ada beberapa infeksi yang selama ini dikaitkan dengan peningkatan risiko keguguran, lahir mati, atau kematian neonatal. Berikut Popmama.com merangkum daftar infeksi yang dapat menyebabkan keguguran pada ibu hamil, dilansir dari Very Well Family:
1. Bakteri Vaginosis (BV)
Bakteri vaginosis (BV) adalah pertumbuhan berlebih yang menyebabkan ketidakseimbangan bakteri vagina menjadi tidak normal, termasuk ureaplasma dan mycoplasma. Umumnya BV tidak memerlukan pengobatan khusus pada perempuan yang tidak hamil. Tetapi saat Mama hamil, penting untuk berkonsultasi dengan dokter setelah mengetahui gejala awal infeksi ini.
BV bukanlah penyakit menular seksual. Tetapi karena ini adalah infeksi yang terjadi pada vagina, banyak perempuan merasakan bau amis yang khas, gatal-gatal pada vagina, keluarnya cairan berwarna putih atau abu-abu, dan atau sensasi terbakar saat buang air kecil.
Pada kehamilan, BV dikaitkan dengan peningkatan risiko keguguran pada trimester kedua. Di kemudian hari dalam kehamilan, BV dapat menyebabkan kontraksi uterus yang tidak nyaman. Tetapi kondisinya mudah diobati dengan antibiotik.
2. Brucellosis
Brucellosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri dari hewan yang terinfeksi atau produk hewan yang terkontaminasi, seperti produk susu yang tidak dipasteurisasi. Gejala Brucellosis biasanya ringan, antara lain demam, sakit kepala, dan kelelahan. Walaupun merupakan infeksi langka dan dapat diobati dengan antibiotik, penelitian menunjukkan bahwa infeksi ini dapat menimbulkan risiko keguguran pada ibu hamil yang terinfeksi dan tidak segera mendapatkan pengobatan yang tepat.
3. Cacar air (varicella)
Meskipun kebanyakan orang dewasa kebal terhadap cacar air (melalui vaksinasi atau sebelumnya menderita penyakit tersebut), sebagian ibu hamil tidak kebal terhadapnya dan dapat tertular virus. Gejala cacar air antara lain berupa ruam gatal, demam, kelelahan, dan sakit kepala
Risiko cacar air pada kehamilan tergantung pada seberapa lama ibu hamil terpapar cacar air. Ada sedikit risiko yang mengintai pada trimester pertama. Hingga usia kehamilan 36 minggu, risiko cacar air terhadap janin bisa dibilang kecil.
Risiko terbesar cacar air justru terjadi saat seseorang tertular cacar air dalam beberapa hari setelah melahirkan. Selama periode waktu ini dapat menyebabkan varicella neonatal, yang membawa risiko kematian pada bayi baru lahir, terutama jika bayi lahir prematur.
4. Klamidia
Klamidia adalah salah satu infeksi menular seksual yang paling umum. Jika tidak diobati, klamidia dapat menyebabkan penyakit radang panggul (PRP).
PRP dikenal sebagai penyebab kehamilan ektopik dan infertilitas. Kehamilan ektopik adalah keadaan darurat kebidanan dan memerlukan pembedahan untuk mencegah komplikasi serius pada ibu ham, termasuk risiko kematian.
Beberapa penelitian yang diterbitkan pada tahun 2011 menunjukkan bahwa klamidia juga dapat menyebabkan keguguran pada trimester pertama.
Secara rutin, ibu hamil perlu melakukan skrining klamidia sejak awal kehamilan sehingga dapat diobati jika terdeteksi.
Gejala klamidia bisa berupa keputihan dan nyeri saat buang air kecil. Seperti semua infeksi bakteri, klamidia diobati dengan antibiotik.
5. Covid-19
Hingga kini, masih sedikit informasi yang tersedia tentang efek virus Covid-19 terhadap risiko keguguran. Namun, masalah keguguran telah diamati pada virus corona lain yang terkait (seperti yang menyebabkan SARS dan MERS).
Menurut CDC, ibu hamil berada pada peningkatan risiko infeksi parah dan kelahiran prematur jika mereka tertular Covid-19.
Untuk menjaga diri dari hal ini, sangat disarankan untuk mengurangi interaksi dengan orang lain selagi memungkinkan. Apalagi di masa pandemi seperti ini. Kenakan masker dengan benar saat Mama berada di tempat umum, jaga jarak minimal dua meter dengan orang lain saat berada di luar rumah, dan sering mencuci tangan.
Gejala Covid-19 termasuk demam, kehilangan penciuman, dan kelelahan. Periksakan diri ke dokter jika Mama mendapati gejala-gejala di atas selama masa kehamilan. Konsultasikan dengan dokter tentang segala kekhawatiran yang Mama miliki tentang Covid-19.
6. Hepatitis
Ada banyak bentuk penyakit hepatitis. Tetapi hanya hepatitis E yang terkait dengan risiko kematian ibu dan bayinya. Jika seseorang terinfeksi virus hepatitis untuk pertama kalinya pada trimester ketiga kehamilan, maka ia berisiko mengalami persalinan prematur. Beberapa bentuk hepatitis juga dapat ditularkan ke janin yang sedang berkembang dan dapat menyebabkan komplikasi kesehatan jangka panjang
7. Rubella
Umumnya dikenal sebagai campak Jerman, rubella adalah infeksi ringan yang umumnya sembuh tanpa efek jangka panjang. Itu tercakup dalam vaksin MMR, dan kekebalan ibu hamil biasanya diuji pada kunjungan prenatal pertama. Namun, jika seseorang tertular rubella selama kehamilan, ada risiko tinggi cacat lahir bawaan, keguguran, atau lahir mati.
Penting untuk mewaspadai infeksi virus dan bakteri yang berpotensi menyebabkan keguguran atau komplikasi kehamilan lainnya. Deteksi dan perawatan yang tepat dan sedini mungkin akan melindungi Mama dan bayi dalam kandungan.
Baca juga:
- Lindungi Janin, Ini 10 Tips untuk Mencegah Infeksi selama Kehamilan
- Serba-serbi Bahaya Infeksi Saluran Kemih pada Ibu Hamil
- Trikomoniasis, Infeksi Menular Seksual Bisa Mengkomplikasi Ibu Hamil