Tak Hanya Fisik, Begini Cara Menjaga Kesehatan Mental saat Hamil
Yuk putus hubungan dari hal toxic demi kesehatan mental mama dan janin yang dikandung
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap kehamilan memiliki keunikan tersendiri. Ini adalah momen yang takkan pernah bisa Mama lupakan seumur hidup karena banyak kejutan-kejutan menanti di depan mata. Termasuk segala bahagia, sakit, hingga kebanggaan terasa.
Hanya dalam hitungan bulan, hidup mama akan berubah seutuhnya. Bagi sebagian orang, perubahan ini menimbulkan kekhawatiran luar biasa. Apalagi jika ini adalah kehamilan pertama mama. Selain mempersiapkan kondisi fisik menyambut persalinan, yang tak kalah penting adalah mempersiapkan kesehatan mental di masa ini.
Mama tidak sendiri kok. Berikut ini Popmama.com punya tips cara menjaga kesehatan mental saat hamil hingga menuju persalinan yang dapat membantu Mama melewati masa-masa yang menantang ini, dilansir dari WebMD:
1. Temukan support system
Tak bisa dipungkiri, support system berperan sangat penting dalam menjaga kesehatan mental saat hamil. Tak terkecuali saat Mama hamil anak kedua atau berapapun, mungkin Mama akan membutuhkan lebih banyak bantuan dari orang di sekitar.
Penting untuk membangun tim yang diawali dengan menemukan orang-orang yang dapat diandalkan dalam kehidupan mama sehari-hari. Jika Mama tinggal jauh dari keluarga, bangunlah keluarga kedua yang terdiri dari teman-teman terdekat yang dapat dipercaya.
2. Mengelola ekspektasi
Dunia terus berubah. Begitu pula dengan berbagai tuntutan yang ada di masyarakat. Seringkali masyarakat berharap banyak terhadap kita sebagai orangtua dan terkadang hal ini melelahkan untuk dihadapi ketika kita tidak bisa memenuhi tuntutan dan harapan tersebut.
Ingatlah, Ma, bahwa tiap keluarga punya aturan dan cara hidupnya masing-masing dalam memimpin dan mendidik anak-anaknya. Mungkin Mama dapat mencoba-coba beberapa opsi yang disarankan oleh orang lain, tetapi mana yang paling sesuai hanya keluarga mama yang mengetahuinya. Selama aturan dan cara hidup tersebut tidak merugikan, tak masalah untuk berpedoman pada yang keluarga mama terapkan. Nyatanya, tidak ada satu aturan di dunia ini yang bisa cocok terhadap semua orang bukan?
3. Mengelola kesehatan mental
Apakah Mama pernah menderita masalah emosional, seperti depresi, kecemasan, atau kesulitan mengatur kemarahan? Tidak jarang kondisi-kondisi ini menjadi lebih buruk saat Mama hamil. Hubungi konselor sesegera mungkin di awal kehamilan untuk mendiskusikan cara mengelola kesehatan mental selama kehamilan dan seterusnya.
Apabila Mama biasanya mengonsumsi obat-obatan terkait kondisi mental, bicarakan dengan dokter sebelum Mama membuat keputusan tentang apapun obat yang diminum. Meski hamil bukan berarti Mama harus menghentikan pengobatan, melainkan dokter akan melakukan penyesuaian agar obat-obatan yang dikonsumsi tidak membahayakan janin.
4. Bicarakan pembagian tugas dengan pasangan
Mengandung, melahirkan, hingga merawat bayi adalah aktivitas yang berat, apalagi jika Mama harus menanggungnya seorang diri. Penting untuk membicarakan tentang pembagian tugas dengan pasangan karena fase ini adalah tanggungjawab bersama, bukan hanya Mama seorang.
Diskusikan tentang pembagian tugas ini sejak awal dan sesering mungkin. Buatlah daftar tugas yang detil, mulai dari pembagian pekerjaan rumah sehari-hari hingga pengasuhan kelak. Identifikasi mana yang menjadi tugas mama dan mana yang menjadi tugas papa dengan persetujuan kedua belah pihak. Jangan lupa juga memasukkan tugas peranan, seperti menemani Mama periksa rutin ke dokter kandungan.
Latih hal-hal yang penting, seperti cara mengganti popok. Meski bagi sebagian laki-laki hal-hal seperti ini sulit, tetapi jangan ragu memberi pasangan ruang untuk melakukan berbagai hal dengan gaya mereka sendiri agar merasa dilibatkan secara penuh.
5. Me-time itu penting
Siapa pun membutuhkan waktu untuk dirinya sendiri. Me-time dibutuhkan terutama bagi para ibu di kemudian hari yang harus menghadapi pontang-pantingnya pekerjaan rumah tangga, mengasuh bayi, merawat keluarga, dan pekerjaan pribadi. Sisihkan waktu untuk diri sendiri melakukan hal-hal yang membuat tubuh dan pikiran santai, meski itu hanya sebentar.
Mama dapat membuat daftar kegiatan apa saja yang menjadi favorit mama untuk melepas stres. Misalnya menulis jurnal harian, merawat diri, mendengarkan musik, bermain alat musik, membaca, atau sekadar menyesap secangkir teh di sela-sela kesibukan sehari-hari.
6. Jauhkan diri dari pengaruh negatif
Di masa kehamilan hingga saatnya bayi lahir nanti, tubuh mama rentan terhadap stres. Baik itu stres yang tercipta karena fluktuasi hormon atau pun karena tekanan lingkungan sekitar.
Satu hal yang harus Mama ingat adalah kita tidak dapat menyenangkan semua orang. Ciptakan lingkungan sosial yang sehat, bahkan jika itu harus menjauh dari relasi yang tidak membuat hati mama nyaman. Penting untuk menetapkan batasan yang sehat sekarang untuk menghindari masalah di kemudian hari.
7. Perbanyak kegiatan fisik
Faktanya, kegiatan fisik dan olahraga ringan selama kehamilan adalah cara yang bagus untuk meningkatkan suasana hati lho, Ma. Kegiatan fisik dan olahraga memicu otak melepaskan hormon endorfin, yaitu hormon yang menghilangkan rasa sakit dan mengurangi stres. Dampak yang timbul pun positif, karena Mama akan merasa lebih berenergi dan bersemangat sehingga suasana hati lebih bahagia.
Mama bisa berolahraga ringan seperti berenang, yoga, dan jalan kaki secara teratur setiap hari, selama 15-30 menit.
Itulah cara menjaga kesehatan mental saat hamil. Kesehatan mental dan kesehatan fisik terkait sangat erat. Apabila Mama mulai kewalahan menghadapi masalah yang sedang dialami, cobalah berbicara dengan orang-orang terdekat yang dapat dipercaya. Jika kondisi mental mulai terasa mengganggu kualitas hidup di masa-masa ini, tak masalah jika Mama meminta bantuan dari pihak profesional di bidang kesehatan mental.
Baca juga:
- 6 Cara Mengatasi Stres Kerja selama Hamil Tua
- Mama Wajib Tahu, Kata-kata Afirmasi Dapat Mengurangi Stres saat Hamil
- Bagaimana Stres Dapat secara Ekstrem Memengaruhi Kehamilan?