Ingin Transfusi Darah Saat Hamil? Cek Efek Sampingnya Juga Ya, Ma!
Sebelum transfusi darah, ada baiknya Mama cek efek samping agar tahu risikonya.
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Transfusi darah adalah prosedur medis untuk memindahkan darah atau komponen darah dari atau milik pendonor kepada penerima.
Dalam kondisi darurat, transfusi darah saat hamil kerap kali dibutuhkan para Mama.
Namun, perlu Mama ketahui efek samping yang akan dirasakan ketika transfusi darah atau setelahnya baik yang ringan maupun berat.
Untuk lebih jelasnya, Mama dapat menyimak penjelasan Popmama.com berikut.
1. Alasan transfusi darah
Ada beberapa alasan kenapa Mama disarankan untuk transfusi darah pada saat hamil.
Pertama, anemia berat yang berisiko pendarahan saat melahirkan serta bayi lahir prematur.
Kedua, pendarahan hebat saat kehamilan sehingga Mama kehilangan banyak darah dan mengancam jiwa.
Terakhir, mengidap thalasemia, penyakit kelainan darah yang diturunkan dari orangtua sehingga terus mengalami anemia.
2. Efek samping ringan
Usai transfusi darah, Mama akan mengalami beberapa efek samping ringan yang tidak perlu terlalu dikhawatirkan.
Biasanya, Mama akan mengalami sakit kepala, demam, dan ruam atau gatal.
Akan tetapi, efek samping tersebut dapat diringankan dengan pengobatan.
Setelah istirahat yang cukup, efek tersebut akan membaik kurang lebih dalam waktu satu hari.
3. Efek samping berat
Namun, Mama juga bisa mengalami efek samping berat meliputi sakit kepala hebat, kesulitan bernapas, atau penurunan tekanan darah secara tiba-tiba yang dapat mengancam jiwa.
Bahkan dalam kasus seperti transfusi masif (pemberian darah yang jumlahnya lebih banyak dari total volume darah pasien dalam 24 jam) dan transfusi multiple (berulang) dapat terjadi komplikasi yang lebih berat. Antara lain,
- Hipotermia
- Hiperkalemia (kadar kalium rendah)
- Hipokalsemia (kadar kalsium rendah)
- Koagulopati (gangguan pembekuan darah yang mengakibatkan perdarahan yang berlebihan)
- Sakit kuning
- Infeksi
- Aloimunisasi
- Reaksi Transfusi
Jika efek samping di atas terjadi maka transfusi darah akan segera dihentikan dan dilakukan penanganan oleh tim medis.
4. Solusi selain transfusi darah
Untuk kasus anemia yang tak terlalu berat, Mama punya pilihan selain transfusi, yaitu minum tablet atau sirup zat besi.
Memang membutuhkan waktu pemulihan lebih lama, tetapi mengurangi risiko terkait transfusi darah.
Jika tidak bereaksi dengan tablet atau sirup, biasanya Mama akan diinfus venofer (zat besi) yang efeknya lebih cepat bekerja.
Selain itu, Mama juga wajib mengkonsumsi makanan kaya zat besi, seperti sayuran hijau, daging merah tanpa lemak, kacang-kacangan, dan telur.
5. Amankah jika terpaksa harus transfusi darah?
Apabila kondisinya berisiko mengancam keselamatan Mama dan calon bayi, mau tidak mau transfusi darah harus dilakukan.
Tapi sebelumnya, pastikan Mama memiliki semua informasi terkait dari dokter spesialis kandungan.
Mama tak perlu terlalu khawatir soal darah dari pendonor.
Semua hasil donor telah diuji sehingga hanya darah bebas infeksi seperti HIV atau hepatitis yang digunakan.
Risiko darah yang mengandung infeksi pun sangat kecil.
Baca juga:
- Strain Covid-19 Mematikan Hingga Golongan Darah A Lebih Rentan
- 8 Kondisi Bahaya Penyebab Perdarahan Selama Hamil
- Ketahui Sejak Dini! Ini Dia 5 Jenis Penyakit Kelainan Darah pada Anak